"Emang lu pernah ngeliat jendela itu dibanting kayak gitu kapan aja bay?" tanya ka Rahmat.
Aku duduk dan mulai cerita ke ka Rahmat "yang paling serem itu dulu pas acara pelantikan pramuka, peserta lagi di ruangan ini duduk sila teratur mengerjakan soal pengetahuan umum. Nah gue di luar duduk di deket pintu itu." sambil nunjuk pintu Lab sebelah kiri.
"Terus?"
"Ya pas gitu, tiba tiba jendelanya bunyi keras kayak ada yg ngebanting. Spontan semua yg ada di dalem pada ketakutan, gue juga kan ada diluar bingung koq bisa gitu. Gue masuk ke dalem ruang dan bilang ke peserta kalo itu tadi cuma getaran tanah soalnya kan sekolah kita pinggir jalan, jadi kalo ada truk lewat getarannya kerasa. Pas peserta udah mulai tenang ya ujian di lanjut lagi di dalam ruang ini" ceritaku ke Ka Rahmat.
"Setiap kegiatan Pramuka kalo nginep jendela ini pasti kayak begitu bay. Sadar gak lu?" tanya ka Rahmat minta pendapat aku.
"Iya sihh, cuman pas waktu itu emang paling keras banget" kata aku mengiyakan. "Terus gimana cerita tentang si dodinya nih?" tambahku penasaran.
Ka Rahmat mematikan rokoknya yang sudah hampir habis lalu lanjut bercerita. "Jadi gini dodi itu temen gue waktu smp, dia anak pramuka yang aktif juga."
"Ah masa anak pramuka jadi hantu? Gimana tadinya tuh?" kata aku memotong cerita ka Rahmat.
"Makanya dengerin dulu!"
"Oh iya, oke siap. Lanjut ka Rahmat!" kata aku setuju.
"Waktu itu mau ada pelantikan Terap disekolah, tapi siang harinya hujan lebat dan juga gelap banget." kata ka rahmat sambil nyalain lagi batang rokok yang ke dua.
"Terus?" kataku.
"Semua peserta pelantikan udah pada dateng di sekolah jam 2 meski hujan kecuali si dodi itu. Tau sendiri lah gak ada alasan buat Pramuka telat kalau lagi ada acara atau kegiatan." kata ka Rahmat.
"Iyalah, sampai sekarang juga pramuka kita gak pernah telat kok" kataku mendukung argumen ka Rahmat. "Eh tapi ka Rahmat, jadi ini kejadian taun berapa yah?" tambahku penasaran.
"Tahun 1990 lah waktu itu gue baru naik ke kelas 3 SMP" jawab Ka Rahmat.
"Oh, terus?"
"Iya kegiatan kita terus berlangsung sampai besok paginya berita duka datang ke kita." kata ka rahmat sambil membuang nafas beratnya.
"Berita duka gimana?" tanyaku.
"Dodi ditemukan meninggal di tengah kebon nangka di kadu bereum. Itu kata orang kampung yang pagi hari ke sekolah karena melihat badge pramuka sekolah dan nama dia di seragam yang di pakai dodi saat dia di temukan." kata Ka Rahmat setelah itu dia mengambil kursi kayu lain untuk di jejerkan dengan kursi yang dia dudukin. Rupanya dia pegal, mungkin karena kerja membuat lemari buku itu.
"Meninggalnya kenapa ka Rahmat?" tanyaku yang sudah mulai merasa ngeri denger cerita ini.
Setelah posisi duduknya enak ka Rahmat kembali cerita. "Ya pas hari itu kita gak tau dong kenapanya. Lagian kita gak boleh ke TKP sama instruktur dan guru-guru. Dulu instruktur gue panggilannya ka Uwok, orangnya kurus tinggi,putih dan rada cina gitu karena matanya sipit."
"Dodi itu orangnya tinggi, hitam manis, dengan rambut cepak. Dia anaknya penuh semangat dan suka banget kegiatan Pramuka. Tapi sayangnya dia lemah fisiknya dan punya penyakit asma yang sering kambuh kalo lagi di hukum lari apa push-up sama senior dulu." kata ka Rahmat.
"Terus kapan ketauan sebab kematiannya, ka Rahmat?" Tanyaku, sambil mengayunkan telapak tanganku ke udara, karena asap rokok ka Rahmat mengganggu sekali bagiku yang bukan perokok.
"Besoknya pas sekolah barulah kita tahu sebabnya, menurut polisi kemungkinan dia meninggal adalah karena kekurangan udara disebabkan oleh asmanya kambuh." kata ka Rahmat.
"Ya elah masa serangan asma di tengah kebon gitu gada yang nolongin apa yah?" kata ku mulai berlogika
Ka Rahmat menyilangkan kakinya dan berkata "pas dulu mah itu kebon udah kayak hutan bay, jauh banget dari rumah warga. Jadi intinya menurut cerita polisi kemungkinan dia sedang berjalan mau ke sekolah ditengah hujan dan berlari tetapi mulai kelelahan dan kehabisan nafas makanya asmanya kambuh. Karena gak bawa inhaler dan tidak ada orang yang menolongnya dia meninggal dunia."
"Lagian lewat kebon, kenapa gak lewat jalan raya aja sih?" tanya ku kesal mulai terbawa cerita.
Ka Rahmat terkekeh lagi, "hehe bay, dia itu orang Karang Tanjung jadi dia lewat kebon itu motong jalan. Lewat Villa diklat dan jembatan Kaburon terus tembus kebon sampai ke perum bugenvil masih sepi sih baru di buka waktu itu"
"Oh terus gimana? Udah tamat ceritanya" tanyaku.
"Belom bay, disini ternyata ada kisah sedihnya dan kita baru tahu pas yasinan dirumahnya dodi. Emaknya yang cerita sambil menangis menyesal" kata ka rahmat.
"Menyesal kenapa nih?" kataku semakin penasaran.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramuka Horror Story
Horror-PRAKATA- Ini tentang kumpulan cerita horor yang aku alami selama kegiatan Pramuka dengan penambahan unsur fiksi biar seru. Jadi ga semuanya bener dan ga semuanya bohong. Tapi tetep aja suasana anak pramuka dalam cerita ini bakal terasa, so kalo kam...