#3

92 7 4
                                    

Author's POV

Hari ini merupakan hari pelantikan untuk para Kuda Putih Muda. Para Kuda Putih Muda dari seluruh negara berkumpul di Markas Pusat yaitu di Republic City.

Cahaya matahari pagi menyeruak masuk ke dalam kamar seorang gadis yang didominasi oleh warna maroon. Ia nampak bergulat dengan guling dan selimut beludrunya ketika wajah cantiknya tersapu oleh cahaya matahari.

"Heh By, cepet bangun! Atau kamu berangkat sendiri aja ya? Masa Kapten baru yang tampan ini telat gara-gara anak baru sepertimu huh?!" Seorang pria berumur 28 tahun yang berparas tampan disertai mata sayunya masuk ke kamar gadis itu dan segera menuju tempat tidur dimana gadis itu masih bergulat dengan guling dan selimutnya. Mengguncang ringan badan Ruby, akhirnya Harry berhasil membangunkan  gadis Kuda Putih Muda ini.

"Bareng dong berangkatnya kak, huhu" Ruby menjawab dengan suara seraknya sembari mengucek matanya yang masih berat.

"Yamakanya bangun, mandi cepetan. Jangan megap-megap plongo aja di sini," Harry menepuk kening Ruby dan sedetik kemudian ia lari keluar kamar sembari terkekeh.

"Aish! Iya iya ini bangun kok KAPTEN!" Ruby bangun dari posisi tidurnya dengan enggan sembari mengelus keningnya yang agak berkedut karena tepukan Harry tadi.

Setelah berhasil mengumpulkan keseluruhan nyawanya, Ruby beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Sedangkan Harry sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

-----

Juna baru saja tiba di Markas Pusat Pasukan Perdamaian (MPPP) bersama teman-temannya dari Basingse. Mereka bergegas ke bangunan besar dimana mereka harus menaruh barang bawaan dan selanjutnya mereka dapat masuk ke area pelantikan di Lapangan Utama. Mereka diberikan gelang yang terbuat dari logam sebagai tanda pengenal kepemilikan barang masing-masing.

"Wow ini keren! Aku bahkan tidak bisa mengubah bentuk ukirannya sedikitpun!" Lee terkagum-kagum memandangi gelang tanda kepemilikan barang tersebut dan masih berusaha mengubah ukiran unik pada gelangnya.

"Brackey namanya. Itu dibuat dengan campuran logam khusus. Jadi tidak dapat diubah oleh siapapun kecuali ia tau mantra tambahannya," Juna melirik ke arah Lee dengan tatapan datarnya. "Jadi berhentilah memutar-mutar tangan lo yang rusuh itu dikeramaian kayak gini sebelum-"

PLAK!

Belum selesai Juna dengan kalimatnya, tetapi tangan Lee sudah berhasil mendarat di wajah seorang perempuan. Otomatis Lee dan Juna menengok ke sumber suara tersebut, dimana telapak tangan Lee mendarat. Lee masih ragu untuk menyingkirkan tangannya dari wajah perempuan itu. Sedangkan Juna masih melongo melihat kejadian itu.

BRUGH!

"Eh, ngapain pada berenti di tengah jalan sih woi?!" Teriak Genta, salah satu teman Juna dari Basingse yang menabrak Juna dan Lee dari belakang. Tanpa komando, Genta, Tibo dan Doff menolehkan kepalanya ke arah yang sama dengan Juna dan Lee. Mereka menelusuri dari ujung kaki sampai ujung rambut sosok perempuan yang kena tampolan Lee. Sejurus kemudian mereka melotot terkejut, dan Genta dengan sigap menarik tangan Lee dari wajah perempuan itu.

"Eh dongo, lo ngapain sih? Lo gatau siapa dia? Cepet minta maaf!" Bisik Genta dengan cepat kepada Lee.

Lee masih tidak mengerti dengan ucapan temannya itu. Meskipun begitu, ia langsung meminta maaf kepada perempuan itu dengan sedikit menyunggingkan senyum kikuknya. Perempuan itu meringis kesakitan, namun sedetik kemudian ia tersenyum ke arah Lee.

"Tangan lo gede juga ya. Panjang dan gede. Apa jalannya yang kurang lebar ya," Jawab perempuan itu dengan ekspresi yang 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Senyumnya sudah tak bertengger di sudut bibir mungil itu.

AVATAR : The Soldier Of PeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang