"Kudengar mereka mengirimkan Kuda Putih kak."
Seorang perempuan bertubuh mungil namun sangat sexy nampak sedang membenarkan make up nya. Disebrangnya, seorang pria sedang menatap ke luar jendela besar yang ada di ruangan tersebut.
"Ya, aku tahu. Mereka terlalu gampangan."
"Mudah ditebak, maksudmu?" Kali ini perempuan itu berdiri dan mengambil mantel bulu berwarna hitam miliknya.
"Perfectly."
"Tentu saja, mereka hanya sekumpulan orang-orang bodoh! Ha ha ha ha"
Lalu perempuan itu berlalu keluar ruangan tersebut. Sang pria masih menatap keluar jendela, dimana berisi pemandangan pegunungan es di malam hari serta langit yang bertabur bintang. Tatapannya dingin, sangat dingin. Bahkan senyumannya tampak dingin dan mengerikan.
"Ya, orang-orang bodoh yang memiliki segalanya."
-----
"Hey, lihat! Itukah Kuda Putih?!" Seorang anak laki-laki bersuara cempreng berteriak kepada teman-temannya yang sedang membuat mainan semacam ketapel.
"Oh, sungguh itu mereka?" Anak lain pun menyahut.
"Hey, akukan bertanya!" si anak laki-laki ini menyikut temannya. Mereka masih tak yakin, karena hari sudah gelap dan agak berkabut menyulitkan mereka untuk melihat jarak jauh.
Benar saja, tim Ace sudah sampai di desa Dhoomil.
Ruby yang dari kejauhan melihat sekumpulan anak-anak yang nampaknya sedang membicarakan kedatangan mereka, melambai-lambaikan tangannya dengan riang.
"Yo, lihat! Kakak itu melambaikan tangannya ke arah kita!"
Sejurus kemudian, 5 orang anak tersebut berlarian menghampiri Ruby dkk.
"Kakak kuda putih ya?" Tanya si cempreng yang serba ingin tahu itu. Ia menarik sudut jubah yang dipakai Ruby. Ruby menganggukkan kepalanya sembari mengusap sembarang rambut si cempreng.
"Uwoaaah om kuat banget!!" seorang anak yang lebih kecil, bergelantungan di kaki Theo yang masih berjalan menarik gerobak. Theo hanya tertawa melihat bocah kecil itu.
"Aku bukan om-om!" Theo berlagak sangar ke anak kecil itu. Tapi anak itu masih saja bergelantungan di kaki Theo, bahkan kini ia mulai mencabuti bulu kaki Theo. "H-hei, jangan dicabut!!" anak kecil itu hanya cekikikan karenanya.
"Dik, bisa antar kami ke rumah kepala desa?" tanya Juna kepada seorang anak berbadan gemuk yang sedari tadi memperhatikan mereka. Anak itu mengangguk. Segera Juna berhenti dan memberikan pundaknya ke anak itu, sedangkan anak itu kebingungan.
"Naiklah ke bahu kakak."
"Sungguh?" nampak raut terkejut sekaligus senang dari wajah anak itu.
"Yup!"
Hup!!
Tobi sudah naik ke atas bahu Juna. Junapun melangkah cepat dan berjalan di depan anggotanya menuju rumah kepala desa dengan panduan anak yang ada di bahunya.
Woah dia menyukai anak kecil? Si dingin itu?
Ruby yang kini berada di belakang kiri Juna menatap heran kepada Juna. Bagaimana bisa pria dingin itu mengajak anak kecil untuk naik ke bahunya? Bukankah melihat matanya saja sudah seram? Juna memang penuh misteri, ungkapnya dalam hati. Tidak hanya Ruby, bahkan Ze dan Eryq pun menatap Juna penuh tanya. Mereka hanya saling melempar pandang, heran.
"Ini rumah kepala desa kak!!" Tobi menunjuk rumah sederhana namun cukup luas tersebut dari luar pagar. Juna berjongkok dan kemudian Tobi turun dari bahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AVATAR : The Soldier Of Peace
Fantasi"Sudah ada 3 laporan orang hilang dari daerah rawa di pinggiran Basingse selama 1 bulan ini, Kolonel!" Ucap Claire sembari mengecek kembali laporan tersebut. "Baiklah, kamu, Ruby dan Juna selidiki kasus ini!" Kolonel Harry beranjak dari kursinya dan...