Author's POV
Jam dinding menunjukkan pukul 4.50 pagi. Riuh suara penggorengan dan spatula yang saling beradu dari arah dapur seolah membangunkan Ruby dari tidurnya. Ia melirik ke arah jam dinding, lalu bangkit dari tidurnya sembari mengusap-usap kelopak matanya yang masih terasa agak berat.
Di dapur, nampak Luke dan Theo yang sibuk menyiapkan sarapan untuk teman-temannya. Sedangkan Juna, Eryq dan Senna masih terlelap di kamarnya setelah melakukan patroli malam tadi.
"Di kamar mandi ada orang gak Luke?" tanya Ruby yang kini telah membawa perlengkapan mandinya kepada Luke yang sedang menyiapkan piring-piring di meja makan.
"Hm, ada Ze di dalem." Jawab Luke sembari menunjuk ke kamar mandi yang dimaksud.
Perlu diketahui, di rumah penginapan tersebut terdapat dua kamar mandi. Satu berada di dalam rumah, yaitu di samping dapur, dan satu lagi berada di luar rumah yaitu di halaman belakang.
"Oh oke, thank you Luke." Ruby mengambil langkah menuju kamar mandi luar. Luke membalas dengan mengacungkan jempolnya, ia sekarang sibuk mengaduk dan mencicipi sup jamur di panci.
Di luar, kabut tipis masih menyelimuti desa. Ruby menghirup udara pagi dengan penuh antusias dan terselip sedikit risau ketika terlintas kembali kejadian tadi malam, dimana Juna memberi tahu kepada anggota tim bahwa Ruby adalah blood bender. Beberapa ada yang melotot tak percaya, beberapa ada yang tidak kaget sedikitpun. Tetapi Ruby tidak mau terlalu ambil pusing. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar misi berhasil tanpa memakan korban.
-----
Senna dan Ruby tampak bersembunyi di sebuah pohon besar yang berada di perbatasan pemukiman desa. Senna masih sibuk memantau daerah perkebunan dengan menggunakan binokular berwarna hitam pekat.
"Nggak ada tanda-tanda pergerakan." Ucapnya seraya menurunkan binokular dari depan matanya.
"Oke. Cover gue ya, gue mau cek ke deket semak yang disana sebentar."
"Sip."
Ruby turun dari pohon dan berlari dengan hati-hati menuju semak-semak yang ia maksud. Semak-semak itu cukup tinggi dan rimbun, berjarak kira-kira 10 meter dari pohon tempat Ruby dan Senna bersembunyi. Dengan setengah menunduk, Ruby berhati-hati mengecek ke daerah perkebunan di sisi lain. Masih belum ada pergerakan. Setelah mengamati beberapa saat, Ruby berlari kembali ke pohon persembunyiannya dengan hati-hati.
"Roaarr!!"
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara erangan si pria besar. Dengan sigap, Senna mengarahkan binokularnya ke arah suara tersebut. Sedangkan Ruby yang belum sempat sampai ke pohon dimana Senna berada, ia kembali ke semak yang sebelumnya ia hampiri.
"Area 2!" teriak Senna dari atas pohon. Ruby mengangguk dan segera mengambil langkah menuju pemukiman. Sedangkan Senna masih tak bergeming di posisinya, memantau si pria besar yang nampak mengamuk terkena jebakan yang dipasang tim Ace.
Tak jauh dari perbatasan pemukiman Desa Dhoomil, tampak Eryq yang sedang berjaga ditemani oleh dua orang warga setempat. Sedangkan kondisi desa agak lengang, dikarenakan untuk hari ini warga desa diminta untuk tidak beraktivitas diluar rumah hingga ada perintah selanjutnya dari kepala desa.
"Ryq! Udah dimulai! Area 2!" teriak Ruby sembari menghampiri Eryq. Dengan sigap Eryq dan kedua warga segera berlari terpisah. Eryq menuju rumah penginapan, dan kedua warga menuju titik penjagaan yang lain.
-----
Di waktu yang sama, Harry yang tertidur pulas di atas meja kerjanya bersama dengan buku-buku dan kertas yang bertebaran tersentak akibat suara ketukan pintu yang bergema di ruang kerjanya.
"Ya," Harry bergegas menutup buku-buku itu dan menyelipkan kertas-kertas yang bertebaran tadi ke dalamnya. "Masuk."
"Maaf mengganggu waktumu, Harry." Seorang pria berpakaian rapih lengkap dengan lencana "Kapten" yang menggantung di dada kiri seragamnya masuk ke ruangan Harry dengan raut muka panik dan tampak tergesa-gesa. "Sebaiknya kau bersiap dan ikut aku sekarang. Penting."
Harry nampak masih mencerna perkataan Ben, kapten Tim Fire.
"Batu itu nyata!"
Mendengar ucapan Ben, sontak Harry bangun dari kursinya,
"Oke, bentar."
Harry memasukkan buku-bukunya ke laci lalu menyambar jubah dan topinya kemudian pergi bersama Ben.
-----
Matahari nampak akan terbenam di balik Pegunungan Dhoomil. Si pria besar sudah memasuki area 6, yaitu area perkebunan yang dikelilingi pepohonan tinggi. Kabut tipis mulai menghiasi desa. Kali ini si pria besar berhasil meloloskan diri dari jebakan terakhir di area 6. Ia berteriak jengkel karena hari ini ia tidak mendapatkan makanan sama sekali. Padahal ia telah berkeliling perkebunan. Ia mengambil langkah menuju pemukiman, namun berhasil dihadang oleh Senna.
Si pria besar berkelahi dengan Senna yang kemudian dibantu Eryq. Kombinasi yang sangat berbahaya! Ketika Senna dan laras pendeknya sudah mendekati si pria besar, Eryq mengubah laras pendek Senna menjadi laras panjang. Jadilah si pria besar tertusuk di lengan kirinya. Namun sayang, sedetik kemudian Senna dihantam oleh padatan tanah seperti dinding yang muncul dari bawah kaki si pria besar.
"Sen!? Lo gapapa?" Eryq berteriak sembari kembali beradu dengan si pria besar.
"Gapapa," Senna berdiri dan menepuk pakaiannya yang berdebu pasca tersungkur, "Cuih." Ia meludahkan darah yang membasahi bagian dalam dinding mulutnya, kemudian kembali menyerang si pria besar bersama Eryq. Si pria besar menggunakan trik yang sama seperti saat melawan Juna, ledakan bawah tanah. Sayangnya, kali ini ia gagal. Karena kombinasi Eryq dan Senna bisa menanganinya dengan apik.
Keadaan perkebunan sudah tak karuan, banyak pepohonan yang rusak bahkan tumbang, kabut yang semakin tebal, dan si pria besar mulai terdesak.
"Ada yang bergerak mendekat! Atur jarak aman!" Juna berteriak kepada Senna, Eryq dan Luke. Telapak tangannya masih di atas tanah pijakan, ia sedang menggunakan pengelihatan buminya. "Sial! Mereka cepat dan lebih dari 1!" kini ia membuka matanya dan menoleh ke arah Luke. "Luke, tolong urus sebentar, gue ke pemukiman dulu!" Juna bergegas menuju pemukiman warga, meninggalkan Luke yang kini memantau pergerakan si pria besar.
"Cih! Dasar manusia-manusia pengganggu!!" si pria besar berteriak dan menyilangkan lengannya didepan, meninggalkan pedangnya yang tertancap di tanah. Sejurus kemudian, bebatuan melayang dan mengelilingi si pria besar disertai perubahan bentuk tubuh si pria besar yang kini semakin besar dan memiliki tanduk di kepalanya. Luka-lukanya perlahan mengalami regenerasi.
"Sial! Sekarang lo bisa regen hah?!" Eryq tersenyum sinis, ia semakin bersemangat untuk menghabisi si pria besar. Begitu pula Senna. Bahkan Luke kini ikut membantu melawan si pria besar.
-----
Juna telah sampai di pemukiman. Ia kembali menurunkan telapak tangannya ke tanah, untuk memeriksa pergerakan bawah tanah yang ia rasakan tadi.
"Kenapa Jun?" tanya Ruby yang sedang berjaga di pemukiman.
"3! Ada 3 orang-" Juna belum sempat menyelesaikan kalimatnya, saat tiba-tiba muncul seseorang dari bawah tanah di hadapannya. Seorang pria berpakaian lusuh, dengan otot-otot tubuh yang mencuat berlebihan, berjarak sekitar 7 meter dari posisi Juna dan Ruby. Juna dan Ruby memasang posisi pertahanan.
"Itu Jun?" tanya Ruby dengan suara agak serak.
"Salah satunya."
"Dia bukan manusia," Ruby tersengal sejenak, tatapannya bergetar seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Dia mayat hidup."
-----

KAMU SEDANG MEMBACA
AVATAR : The Soldier Of Peace
Fantasía"Sudah ada 3 laporan orang hilang dari daerah rawa di pinggiran Basingse selama 1 bulan ini, Kolonel!" Ucap Claire sembari mengecek kembali laporan tersebut. "Baiklah, kamu, Ruby dan Juna selidiki kasus ini!" Kolonel Harry beranjak dari kursinya dan...