#9

38 4 2
                                    


Ruby's POV

Hari ini aku dan Juna bertugas untuk langsung turun ke TKP. Kami pergi ke luar perbatasan desa, dan perlahan mencari petunjuk. Masih agak berkabut di sini, karena waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Mengapa hari pertama bertugasku begitu "luar biasa"? Aku menghela napas dalam-dalam.

"Ngantuk?" Suara berat Juna memecah keheningan pagi itu. Aku yang baru saja menghela napas dalam-dalam, hampir tersedak karena terkejut.

"Ugh-ah engga kok. Gue cuma menikmati udara segar, he-he" Aku menghirup dan menghembuskan udara disekitarku berulang kali. Juna yang melihatku hanya memalingkan mukanya dan kembali menyusuri rerumputan.

Huh, mengagetkan saja. Baiklah aku akan fokus mencari petunjuk.

Aneh.

Aku tidak merasakan kekuatan roh jahat. Lalu apakah makhluk aneh ini murni hewan atau apa? Karena biasanya monster yang pernah kulihat sebelumnya mengeluarkan aura roh jahat.

Karena di wilayah ini nihil akan petunjuk, kami memperluas wilayah pencarian. Kami menuju perkebunan di lereng pegunungan dimana para penduduk biasa mengolah sumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari, sebelum teror melanda.

Semakin aneh!

Perkebunan sayur ini terlihat sangat wajar. Layaknya perkebunan sayur biasa, yang baru saja dipanen!

"By, kentang-kentang ini.." Juna merogoh beberapa undakan tanah yang masih berserak dengan kentang-kentang kecil di sekitarnya.

"Iya, baru saja dipanen."

Juna terlihat sangat fokus untuk mencari petunjuk. Ia berjongkok dan meletakkan tangannya di atas tanah. Terlihat seperti meraba butir-butir tanah itu lalu ia memejamkan matanya.

"Gue ngeliat jejak samar-samar, terlihat seperti jejak manusia."

"Manusia? Apa mungkin mereka masih hidup? Seperti dijadikan budak atau--" Aku dan Juna saling bertatap heran dan sedetik kemudian Juna berlari ke arahku, memelukku, dan kamipun tersungkur bersama.

Saat aku membuka mataku, Juna sudah berada di depanku dan jarak 4m didepannya berdiri seorang pria berotot yang muncul dari bawah tanah. Agaknya ia memiliki postur tubuh seperti Theo, namun dengan kulit yang lebih gelap.


"Lo harusnya lebih waspada By." Juna bangkit sembari menepuk-nepuk seragamnya yang kini telah berubah warna menjadi kecoklatan dan memasang posisi siaganya menghadap sesosok pria bertubuh besar yang kini menyeringai kearah kami.

-----

Author's POV

"Lo harusnya lebih waspada By."

Mendengar ucapan Juna, Ruby bergegas bangkit dan memasang posisi siaganya di belakang Juna.

"Sorry Jun," ucap Ruby berbisik. Melihat punggung Juna, membuat ia merasa bersalah dan malu karena kelalaiannya.

Tenang By, harus fokus!

Ruby bergumam pada dirinya sendiri.

Di hadapan Ruby dan Juna berdiri seorang pria berperawakan besar dengan sebilah pedang raksasa di punggungnya menyeringai ke arah mereka. Sejurus kemudian ia menghentakkan kakinya sehingga padatan-padatan tanah meluncur deras ke arah Ruby dan Juna.

Dengan cekatan, Juna mengibaskan lengannya sehingga padatan tanah berjajar membentuk dinding yang cukup tinggi di depannya, lalu ia dan Ruby berlari menjauh dari dinding tersebut. Sedetik kemudian, dinding tersebut dihujani oleh padatan tanah yang menghujam tajam sehingga hujan debu tak dapat dihindari.

"Bender ya? Menarik." Ucap pria besar yang kini mengambil pedang raksasa di punggungnya.

"Tapi kalian mengganggu waktu makan ku!"

Pria besar itu berlari pada pijakan-pijakan tanah yang ia buat layaknya tangga menuju langit, lalu ia meloncat disertai hujan bebatuan ke arah Ruby.

"Ladies first!"

"Sebenernya gue males ngomong kayak gini, tapi gue gasuka jadi nomor 2!" Juna melancarkan serangan ke arah pria besar itu. Akar-akar kokoh yang Juna panggil berhasil menarik si pria besar. Ia terguling ke tanah.

"By, jangan keluarin kekuatan lo dulu. Biar gue aja. Nanti kalo waktunya udah tepat-"

Belum sempat Juna menyelesaikan kalimatnya, tanah dimana Juna berpijak mencengkeramnya dan bergeser mendekat ke arah si pria besar.

Ruby menganggukkan kepalanya, lalu ia berlari ke arah sebuah pohon besar. Ia mengerti apa yang Juna maskud. Juna tak ingin si pria besar mengetahui kekuatan Ruby dan mengubah pola serangannya.

"Baiklah si nomor 1!" si pria besar bergegas mengayunkan pedangnya ke arah Juna yang terkurung tanah.

"Nah gitu dong!" Juna memecahkan kurungannya, dan menangkis ayunan pedang itu dengan kedua tangannya yang telah dilapisi tanah liat yang mengeras.

Krash!!

Lapisan tanah liat di tangan Juna berhasil ditembus oleh pedang si pria besar. Sedetik sebelum pedang tersebut menyentuh kulit Juna, akar-akar kokoh menyeruak dari bawah tanah dan melilit lengan serta pedang si pria besar. Kesempatan ini dipakai Juna untuk mundur beberapa meter, lalu ia bergegas untuk membuat kurungan raksasa untuk si pria besar yang saat ini sudah hampir 100% terlilit oleh akar-akar yang Juna bangkitkan.

Boom!!

"JUNA!!!" Ruby berteriak dan berlari sekuat tenaga ke arah ledakan yang tepat bersumber di bawah Juna berpijak.

"Nggak, nggak! Ini nggak mungkin kan?!" Ruby bergumam pada dirinya yang tidak percaya akan penglihatannya.

Asap masih mengepul tebal pasca ledakan. Ruby masuk kedalam kepulan asap tersebut, mencari Juna.

"Jun! Lo dimana? Lo gapapa?"

Masih belum ada balasan. Kepulan asap ini cukup tebal dan besar. Memungkinkan untuk terlihat dari radius 300 meter sekalipun.

Ruby mencoba mencari Juna dengan bantuan penglihatan air yang ia punya. Ia mendeteksi keberadaan air di dalam kepulan asap itu, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki 'kandungan air' di dalam tubuhnya, dan berjalan ke arah sana.

"Juna! Lo gapapa?!"

Juna tergeletak tak sadarkan diri dengan perisai tanah liat yang sudah nyaris hancur tak tersisa. Pakaiannya sudah nyaris tak berwarna karena diselimuti debu tebal. 

-----

Mulmed : Si pria besar

HELLO!! Setelah hiatus beberapa tahun (lama syekali), aku akhirnya bisa ngasih chapt 9 ini. Maaf kalo di chapt 9 ini jauh lebih sedikit dari chapt sebelum-sebelumnya. Soalnya nanggung (?) Semoga kalian suka! Oiya, maaf kalau bahasanya masih labil, aku masih suka bingung mau bawa pake bahasa informal atau formal T.T huhu ditunggu vommentnya ya saran juga boleh, thanku :3


AVATAR : The Soldier Of PeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang