Author's POV
"Kapten Harry, kita bisa berangkat sekarang." Hui menghampiri Harry yang tengah berdiri di depan pintu kamar belakang.
"Baiklah, tolong pastikan sekali lagi semua barang telah siap. Saya akan menyusul ke mobil beberapa menit lagi." Hui mengangguk, lalu mengambil langkah menuju mobil untuk kembali melakukan pengecekan barang.
Sejurus kemudian, Harry membuka pintu yang sedari tadi ia tatap.
"Belum berangkat?" Mollisa menolehkan kepalanya kearah pintu yang saat ini terbuka. Disebelahnya, Ruby sedang berkonsentrasi penuh untuk memulihkan Eryq.
"In a minute." Jawab Harry kepada Mollisa.
"May I...." Lirik Harry kepada Mollisa. Seakan Mollisa tahu apa yang Harry maksud, ia pun pergi meninggalkan kamar.
Harry mengambil beberapa langkah ke arah Ruby. Lalu ia menepuk pundak Ruby dengan lembut.
"Beristirahatlah. Kamu sudah melakukannya dengan baik."
Ruby pun terkejut karena tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Kemudian ia pun menoleh dan mendapati Harry-lah yang menepuk pundaknya.
"Beristirahatlah By. Lisa sudah bilang kan, Eryq akan baik-baik saja. Dan lagi, menjaga kesehatan serta keselamatan tubuhmu sendiri juga termasuk dalam misi ini."
Ruby kembali menatap Eryq yang terbaring dengan perban yang membungkus beberapa bagian tubuhnya disertai selang-selang yang menancap di beberapa titik tubuhnya.
Tanpa berkata apapun, Ruby beranjak dari kursinya sembari menghela napas seolah ia enggan meninggalkan Eryq. Harry segera memegang kedua pundak Ruby dari belakang dan menuntun Ruby ke luar kamar Eryq.
"Aku dan tim A akan berangkat sekarang. Kamu bisa beristirahat dan jemputan kedua akan tiba pukul 7 pagi nanti. Bye, sampai ketemu di Republic City." Harry mengusap lembut kepala Ruby lalu segera pergi meninggalkan adiknya yang saat ini tersenyum dan melambai kecil ke arah Harry.
"Ruby, beristirahatlah di kamar sebelah. Aku yang akan menjaga Eryq di dalam." Mollisa datang menghampiri Ruby sembari menggenggam dua cangkir coklat panas. Ia menyodorkan cangkir di tangan kanannya kepada Ruby.
"Terima kasih Kak Lisa," Ruby mengambil cangkir yang disodorkan Mollisa, "kalau begitu, aku ke kamar sebelah ya kak." Mollisa mengangguk dan tersenyum kepada Ruby lalu sejurus kemudian ia masuk ke kamar Eryq.
Ruby mengambil langkah menuju kamarnya, akan tetapi langkah tersebut tiba-tiba terhenti.
"Ah iya, apakah Juna berarti tidur di sofa? Atau..." Ruby mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kosong.
---
"Semuanya sudah siap?"
"Sudah kapten,"
"Baiklah. Juna, untuk tim B kuserahkan padamu." Harry menepuk pundak kanan Juna, "Sampai bertemu di Republic City."
Setelah Harry menaikinya, kereta gandeng tersebut bergerak menjauh dari rumah pak kepala desa. Suara mesin kereta gandeng itu seolah berhasil memecah keheningan malam di Desa Dhoomil. Dalam beberapa detik saja kabut pada malam itu berhasil melenyapkan kereta gandeng dari penglihatan Juna. Juna mengehela napas, terlihat muncul beberapa kerutan pada keningnya.
---
"Kak Har- ah maksudku kapten dan Tim A sudah berangkat?" Ruby berdiri dari sofa sembari menggenggam cangkir yang saat ini sudah kosong.
Juna yang baru saja memasuki pondok penginapan tampak sedikit terkejut akan kehadiran Ruby. Ia kira Ruby sudah tidur karena kelelahan setelah terus-menerus melakukan penyembuhan kepada Eryq dan yang lainnya. Ia menjawab pertanyaan Ruby dengan mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
AVATAR : The Soldier Of Peace
Fantasy"Sudah ada 3 laporan orang hilang dari daerah rawa di pinggiran Basingse selama 1 bulan ini, Kolonel!" Ucap Claire sembari mengecek kembali laporan tersebut. "Baiklah, kamu, Ruby dan Juna selidiki kasus ini!" Kolonel Harry beranjak dari kursinya dan...