Author's POV
Lingkungan MPPP agaknya sudah tidak seramai hari sebelumnya. Seluruh divisi telah bekerja seperti biasa. Para Kuda Putih Muda pun sudah mulai bertugas. Mereka bertugas dengan memakai seragam masing-masing, sesuai divisinya. Khusus untuk divisi prajurit lapangan, mereka dapat membuat model seragamnya sesuka hati. Dan pastinya tidak melupakan poin-poin penting untuk seragamnya, seperti warna utama yang dipakai adalah warna putih dengan variasi kuning, emblem divisi prajurit, dan emblem tim.
Di taman belakang, Juna dan teman-teman satu timnya telah berkumpul membuat lingkaran kecil yang rapat. Dan untungnya kali ini Ruby tidak terlambat datang seperti saat upacara kemarin.
"Oke semuanya udah lengkap. Ini emblem tim kita silahkan dipasang di seragam kalian. Tepatnya di bagian kanan bahu atau dada atau kerah juga boleh."
Juna membagikan emblem bulat berwarna merah tua kepada anggota timnya. Ia sendiri telah memakai emblem tersebut di kerah kanan seragamnya.
"Sebelum ngebahas misi, baiknya kita kenalan dulu. Mulai dari gue. Panggil gue Juna. Gue dari Negara Bumi. Gue bisa ngendaliin tanah. Karena itu gue bisa memperkirakan keberadaan orang ataupun benda bergerak melalui penglihatan tanah juga. Dan saat ini gue lagi mempelajari pengendalian tumbuhan. Mungkin itu aja, next lo,"
Juna menunjuk seorang pria yang duduk tepat disebelah kanannya. Pria itu berambut dark brown panjang yang diikat kebelakang, berkulit sawo matang dan memiliki warna mata yang redup, navy. "Gue Zeidvyar, atau panggil aja Ze. Gue dari Suku Air Utara. Keahlian gue bikin es. Bukan es krim tapiyak,"
Para anggota tim tertawa hampir bersamaan mendengar candaan Ze, kecuali Juna. Juna hanya melirik heran ke arah Ze, dan seketika membuat tawa Ze dan yang lainnya menguap. "Ya, maksud gue, gue pengendali es." Ze menyelesaikan kalimatnya sembari melirik sinis ke arah Juna yang saat ini sedang fokus menulis di papan jalannya.
"Hm, oke next setelah Ze..," Juna melempar pandangannya ke arah pria bertubuh mungil disebelah Ze.
"Ah aku! Perkenalkan, namaku Xavieryquestoshwinnell. Kalian bisa panggil aku, X atau Xa atau Vi atau Eryq at--"
"Baik, kami akan memanggilmu Erik." Potong Juna yang mengejar waktu.
Anggota tim berusaha menahan tawa mereka melihat tingkah Eryq dan Juna. Eryq yang agak jengkel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu sesegera mungkin ia melanjutkan kalimatnya dengan memasang ekspresi agak serius dari sebelumnya.
"Ah baik! Aku pengendali logam dan kelincahanku memiliki rate yang cukup tinggi."
Eryq mengakhiri kalimatnya sembari memamerkan deret giginya yang sangat rapih.
"Oke. Next, disebelah Erik"
Semua anggota melirik ke arah yang ditunjukkan Juna. Seorang pria berkulit putih pucat dengan rambut hitam kelam yang sedari tadi sibuk memainkan ranting pohon tampak dengan enggan mengangkat kepalanya dan membuka mulutnya.
"Gue Luke, lightbender."
Apa ini?! Ada 2 orang dingin di tim ini?! Ah bagaimana bisa... huhuhuhu
Ruby menatap Luke dengan tatapan nanar, membayangkan bagaimana nasibnya kedepan dalam tim ini. Karena Ruby masih tidak bisa menghilangkan trauma yang entah darimana datangnya terhadap tatapan mata yang dingin. Untungnya saat di Akademi, ada Ken yang selalu menenangkannya. Tapi sekarang berbeda. Entah mengapa Ruby selalu canggung, hilang fokus, bahkan terkadang muncul kilasan kejadian aneh dalam pikirannya saat ia bertatapan dengan orang bermata dingin.
"Next,"
Rasa-rasanya semakin kesini, kalimat yang Juna ucapkan semakin singkat, LOL.
"Saya Theodore, I'm not bender. Saya memiliki kekuatan diatas rata-rata manusia, dan kulit sayapun lebih tebal dibanding manusia biasa. Saya juga ahli berkelahi dengan atau tanpa senjata." Pria botak berperawakan besar itu menampilkan barisan otot-otot lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVATAR : The Soldier Of Peace
Fantasy"Sudah ada 3 laporan orang hilang dari daerah rawa di pinggiran Basingse selama 1 bulan ini, Kolonel!" Ucap Claire sembari mengecek kembali laporan tersebut. "Baiklah, kamu, Ruby dan Juna selidiki kasus ini!" Kolonel Harry beranjak dari kursinya dan...