"Tadi kan dikelas gue udah bilang kalo gue nunggu lo diparkiran. Kurang jelas?" Ucap Evan sedikit melembut, tapi tidak untuk matanya yang menatapku tajam.
Aku membuang wajahku kearah lain. Sebenarnya aku tidak suka melihat perempuan itu ada dibelakang Evan! Aku sama sekali tidak suka. Dan dipastikan sebentar lagi cairan bening itu akan keluar dari ujung pelupuk mataku. Aku harus segera pergi darisini, dan melepaskan cengkraman tangan Evan dilenganku.
"Lepasin tangan gue." Ucapku tanpa melihat wajahnya.
"Lo pulang sama gue." Lalu tangan ku ditarik kembali, dan aku hampir menabrak perempuan tadi karna aku berjalan mundur.
Aku melihat sekelilingku, banyak sekali pasang mata yang melihat kami berdua. Aku hanya melotot ke arah mereka, padahal mataku sedang berkaca-kaca.
Aku melirik Motor yang berada disamping kiri ku, itu milik Evan. Tiba-tiba sebuah pelindung kepala berada dikepala ku, dan sukses membuat ku hampir terjatuh karna kaget.
"Ngapain sih lo? Pecicilan banget." Ucapnya sambil memasangkan pelindung kepala tersebut dikepalaku.
"Gu-gue Bisa s-sendiri" ucapku tergagap.
Bayangkan saja! Wajahnya cuma sejengkal dengan ku. Bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Dia sudah selesai memakaikan ku Helm, lalu dia memakai Sweater hitam yang biasa dia gunakan.
"Naek cepet. Tunggu apaan lagi?" Ucapnya kesal, menatapku yang masih diam.
"Lo bukan nya mau Futsal?"
"Udah cepet naek!" Dia menatapku jengkel, "lo mau naek sendiri, apa gue gendong?"
Tanpa babibu lagi aku segera menaiki Motor Evan. Saat dia memakaikan ku Pelindung kepala saja aku sudah gugup, apalagi dia menggendongku? Mungkin aku akan mimisan, seperti siswi disekolahku saat melihat Evan tersenyum. Hey! Apa-apaan aku ini? Kenapa aku bisa bilang seperti itu? Itu tidak mungkin! Airaa Aslee tidak akan pernah memuji Evan Januar prasetya, oke Catat itu. Dan satu lagi, aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan Evan.
"Van," panggil Perempuan tadi, saat motor Evan hampir ingin keluar dari gerbang sekolah.
"GUE NGGAK BISA HARI INI" teriak Evan, tanpa memberhentikan Motornya, dan tanpa menengok kearah perempuan tadi.
Aku menengok ke belakang, lalu menatap perempuan itu. Dia terlihat sangat kecewa. Aku yakin jika perempuan itu menyukai Evan, dan seharusnya Perempuan itu tau jika Evan itu orang yang sangat Cuek, dan dingin. Supaya dia tidak terlalu kecewa seperti itu, kasihan sekali.
"Lo ada janji sama cewe tadi?" Ucapku memecahkan keheningan, kepala ku sedikit maju kedepan agar dia bisa mendengar ucapan ku.
"Nggak ada."
"Tapi tadi kok dia----"
"Berisik! Udah lo mending diem, daripada gue turunin dijalan.." ucapnya kembali menyebalkan.
Tapi seorang Aira tidak takut dengan yang namanya Evan, "Seharusnya kalo lo ada janji sama dia, lo nggak perlu nganterin gue. Tadi---"
"gue lupa arah rumah lo, jadi belok mana nih?" Ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"Lo pikir gue bego, bisa dibohongin sama Badak kayak lo? Mana mungkin lo lupa rumah gue. Udah deh, turunin gue disini aja. Terus lo balik lagi ke sekolah buat jemput cewe tadi, dan tepatin janji lo. Udah berhenti, van!" Ucapku sambil menepuk bahu nya, agar dia berhenti.
"Diem sih ra. Lo mau kita jatoh ya?"
"Ish berhenti! Evan!"
"Apaan si. Gue nggak ada janji sama itu cewe, dia ngajakin jalan abis pulang sekolah tadi pagi pas kita upacara, dan gue juga belom jawab iya. Jadi gue nggak perlu tepatin janji, karna gue nggak janji."
Voila, itu adalah kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut Evan januar Prasetya.
"Yaudah, berhenti disini."
"Mau ngapain lagi sih? Gue kan udah jelasin."
"Lo kan mau futsal, ngaca makanya mas." Ucapku menyindirnya, lihat saja apa yang dia pakai.
"Nggak jadi, gue mau bolos."
Oh, itu tidak mungkin. Tidak mungkin Evan membolos pelajaran yang sangat dia sukai. Evan itu sangat Mencintai Bola, apalagi Juventus. Intinya dia sangat suka hal yang berbau Bola dan semacamnya, makanya dia memilih Ekskul Futsal. Lagipula, sebelum nya Evan tidak pernah membolos dipelajaran ini.
"Serius gue bego."
"Cie serius sama gue.." ucapnya sambil tersenyum, aku melihatnya dikaca Spion.
"Udah deh, cepet berhenti. NOW."
"Batu banget lo, curut. Gue udah bilang gue mau bolos. Masih aja bawel."
"Lo bolos, karna nganterin gue pulang?" Ucapku spontan, dan aku merutukinya. Pasti aku kelihatan sekali ke-Geeran, dan dia akan meledek ku.
Tapi ternyata dugaan ku salah. Evan hanya diam, dan kemungkinan diam dia itu berarti jawaban nya 'ya'. Aish pede sekali aku ini.
Oh, coba lihat sekarang kita sama-sama terdiam. Ini gara-gara mulut ku yang tidak bisa berhenti bicara. Padahal aku sama Evan itu tidak bisa diam seperti ini jika dipertemukan, pasti selalu ribut. Tapi kenapa kali ini berbeda?
"Evan. Lo beneran nggak lupa sama arah rumah gue kan?" Ucapku curiga, karna jalan rumah ku itu tidak lewat jalur ini.
"Enggak." Ugh. Dia kembali menjadi Es batu.
"Terus kok, jalan nya beda 'ya?"
"Ya jelas beda lah."
"Maksud lo?" Ucapku tidak mengerti, karna dia hanya mengeluarkan suaranya sedikit-sedikit. Irit sekali.
"Ck. Karna lo daritadi banyak omong, jadi gue nggak mau pulangin lo dulu."
Aku melebarkan mataku, "IH EVAN! LO MAU BAWA GUE KEMANAA? JADI TUH LO BOLOS, KARNA MAU CULIK GUE YA?"
"Buset lo, ra. Toa banget najis."
"Ih gue mau pulang. Mau pulang. Mau pulang. Mau pulang." Ucapku sambil menarik-narik Sweater yang sedang dipakainya.
"Gue cuma mau makan dulu, Elah." Ucapnya.
"Ih, gue.mau.pulang!" Rengek ku.
"Lo temenin gue makan bentar. Abis itu baru pulang, lagian gue cape daritadi Ngomong mulu."
Rasanya aku ingin memakan kepalanya, yang ada didepan ku. Berbicara terus dibilang Cape? Dasar aneh. Terus apa kabarnya aku yang selalu dihukum sama guru, karna mengobrol terus dikelas? Lagian juga daritadi dia cuma dikit kok bicaranya.
"Tapi lo Isengin gue kok nggak cape?" Ucapku kesal.
"Itu beda.." ucapnya sambil tertawa, yang sangat menyebalkan.
....
Cie Aira, yang mulai suka sama Evan..
-Vomment-
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE Or LOVE?
Teen FictionDibilang Benci? Arghh.. rasanya Aira akan memilih Neraka, jika dibumi ini ada Evan. Dibilang Cinta? Aira dan Evan adalah Musuh abadi Selama lama lama lama lamanya! Tapi jika melihat Evan dekat dengan perempuan selain dirinya, Aira merasa Marah, kesa...