16.

101 4 1
                                    

"Kenapa si? Muka lo bete terus anjir.." ucap Aurel, menatap ku yang berada dibelakang tempat duduknya.

"Satu kelompok lagii sama dia! Gue kan kesel." Ucapku.

Aurel tertawa jahil. "Jodoh pasti bertemuu" ucapnya sambil bernyanyi lagu afgan.

"Dihhhh.." ucapku jijik. "Aneh ya, padahal kan setiap pembagian kelompok tuh selalu dikocok. Terus kenapa gue sama dia mulu sih!"

"Itu karna lo jodoh, ra." Ucap aurel.

Aku menatap ke belakang, tempat duduknya evan. Ternyata itu cowo lagi ngeliatin aku, berarti dia denger dong? Yaudahlah bodo amat.

"Lo berdua nggak ganti baju?" Ucap lana, sepertinya dia sudah selesai berganti baju seragam menjadi pakaian olahraga.

Sumpah deh, aku benci banget sama pelajaran olahraga. Semua materinya aku selalu, bego. Aku segera mengambil baju olahraga yang berada didalam tas ku, lalu siap-siap mengganti pakaian dikamar mandi.

Sudah selesai berganti pakaian, aku dan teman-teman ku segera menuju lapangan. Sambil menunggu pak radi--guru olahraga ku ke lapangan, aku sibuk dengan handphone ku sendiri. Dipikir-pikir sudah beberapa hari ini aku lupa menghubungi Reyhan. Lebih baik aku menelepon nya saja sekarang.

"Hallo? Aira? Kamu kemana aja?"

"Kenapa emang" Aku bingung mau ngomong apalagi.

"Kamu masih marah?"

"Enggak.."

"Nanti aku jemput. Aku nggak mau kita putus, ra---"

"AW! EVAAAAAANNNNNN!!" aku segera mematikan telepon ku dengan reyhan.

Monster satu ini berulah lagi dengan melempar bola Voli kearah kepala ku, memang sih tidak terlalu sakit. Tapi tetap saja, sikap dan tingkah nya itu kelewatan! Aku mengejar nya yang terus berlari menjauhiku, lihat saja ketika aku sudah dapat.

Namun kenyataan nya selalu dia yang menang dan aku yang selalu kalah. Lagi-lagi aku yang selalu terkulai lemas tidak berdaya karna mengejarnya yang berlari dengan sangat cepat. Ugh! aku melihat nya dari kejauhan sedang menertawaiku. Dia sekarang sedang berjalan mendekatiku, tau gitu mending aku nggak usah ngejar dia tadi!

"Sakit nggak ra?" Ucapnya sambil tertawa.

"Lo pikir begitu lucu?" Ucapku sinis.

Dia masih tertawa, membuat ku ingin membunuh nya saja jika tidak dosa. Aku berdiri, berniat untuk memberinya pelajaran. Namun sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan, Evan kemudian mulai berbalik dan melangkah pergi dengan cepat. Tepat saat itu juga aku mencoba menendang kakinya yang sedang melangkah. Namun yang aku rasakan, justru kaki ku yang terasa sakit. Aku merasakan nyeri dibagian tulang kering ku.

"Aww!!" Aku berhenti berjalan. Karna sekarang aku merasakan kaki ku sakit teramat sangat.

"Kenape lo, ra?" Ucap Evan berbalik menghadapku.

"Aduuuhh kaki gue sakit banget.." aku mencoba melihat bagian kaki ku yang terasa sakit, dan ternyata benar, kaki ku memar dan sedikit berdarah.

Aku bingung. Aku tadikan menendang kaki nya evan, tapi kenapa justru aku yang kesakitan?

"Van! Lo ngapain aira lagi sih? Sampe dia nangis gitu.." ucap Chila.

Aku baru sadar, jika sekarang aku sudah menangis. Ugh! Ini benar-benar sakit.

"Gue aja nggak tau dia kenapa.." ucap Evan.

"Ini gara-gara elo!" Ucap ku kesal.

"Gue? Emang nya gue ngapain? Udah tau itu salah lo sendiri, kenapa tiang malah ditendang.."

Jadi tuh aku nendang tiang? Ih! Padahal disaat aku lagi diisengin pun, Evan selalu menang! Kenapa sihhhhh?

Lama kelamaan, rasa sakit itu malah semakin bertambah. Aku segera memeluk Chila yang berada disampingku, lalu menangis agar sakitnya berkurang.

Tapi nihil, justru malah tambah sakit.

"Eh Van, bercanda lo udah kelewatan tau ngga.." ucap Aurel, dia menghampiriku yang masih menangis.

"Kenape lo ra?" Ucap Nethan, mendekatiku diikuti teman se-Genk nya.

"Udeh elah nangis nya. Kayak anak kecil aje lo." Ucap Ody tidak berperikemanusiaan.

Aku menatapnya horor, "gila lo ye? Kalo ngga sakit, gue juga ngga akan nangis!"

"Udeh ra, biarin aje. Lo mending ikut gue ke UKS." Ucap lana.

Akhirnya aku dibantu lana berdiri untuk menuju UKS.

.
.
.

"Masih sakit kaki lo?" Ucap aurel, ketika aku baru saja masuk ke kelas.

Semua teman sekelas ku sudah berganti pakaian menjadi seragam lagi, kecuali aku.

"Masih." Ucapku dengan wajah memelas, lalu mengedarkan kepala ku mencari evan yang ternyata sedang asik bercanda dengan teman-teman nya.

"Tai banget ya tuh orang." Ucap ku kesal, rasanya pengen ngamuk. Aku kesakitan gini kan karna ulahnya. Dia malah biasa aja, seakan-akan nggak ngelakuin apa-apa.

Aku melihat aurel tersenyum, "dia tadi pengen minta maaf sama lo ra, tapi ya gitu."

"Ya gitu apaan?" Ucapku tidak mengerti.

"Kegedean Gengsi."

Aku menggelengkan kepalaku, sungguh sangat panas mendengarnya. "Stres kali ya tuh orang. Ih! Aneh kok gue bisa suka sama orang kayak gitu sih!"

Upsss.. barusan aku bilang apa? Aku melebarkan mataku kaget, sepertinya aku salah berbicara. Sial!

"Sumpah rel, tadi itu gue salah ngomong anjir."

Aurel tertawa mengejek, "yaelah ra. tanpa lo bilang, semua orang juga tau kalo lo suka sama evan kali."

"What the fuck, njir! Gue ga pernah suka sama dia. Ih."

"Bener nih ga suka? Yaudah. Tadinya sih gue pengen cerita tentang gimana khawatirnya dia saat lo ke UKS tadi." Ucap aurel.

"Tapi ternyata lo ngga suka dia kan? Jadi buat apa juga gue ceritain yakan.." lanjut aurel.

Sumpah aku penasaran!! Tapi aku kan malu kalo bilang gitu.

"Dia emang kenapa sih rel?" Ucapku penasaran.

"Ah ngga penting juga ra, lo ga suka dia kan?"

Shit! Aku harus apa sekarang? Mengakui bahwa aku menyukai evan? Arghhh.. lebih baik aku berenang ke seluruh samudra! Tapi aku benar-benar penasaran.

"Oke, gue suka dia 'PUAS?" ucapku menekan kata 'puas'.

Rasanya aku ingin menghilang sekarang, ketika melihat senyum penuh kemenangan yang barusan ditunjukan oleh aurel.

Ah. Sial!

.
.




Heyyyyy...
Aku dataaanggg hehe *apaan si garing -_-
Yaudahhh deh biar cepet, semoga kalian sukaa sama part ini yaaa..

Salam cinta dari evan :*

HATE Or LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang