12.

89 3 1
                                    

"Jadi tuh kemarin itu diajak jalan Kemana?" Ucap Lana, saat aku baru saja duduk dibangku ku.

Aku mendengus kesal, "jadi, lo yang nyuruh Evan kemaren buat Makan bareng sama gue?"

Chila, Aurel, dan Lana Melebarkan matanya. Kenapa? Apa ada yang salah dari ucapan ku?

"Lo berdua, makan bareng? Dimana?" Ucap Aurel, Sepertinya dia Excited sekali.

"Jadi bener kan, kalian yang nyuruh Evan?" Ucapku kesal.

"Lah, kita aja baru tau sekarang. Berarti dugaan kita bener." Ucap Chila, menatap Lana dan aurel penuh arti.

"Padahal, ra. Tadi gue tuh cuma bercanda ngomong itu, eh lo malah ngaku.. Ciee selamat yaa!" Ucap Lana.

"Anjir.." aku menatap mereka bertiga, dengan pandangan ingin memakan mereka.

Mereka semua hanya tertawa terbahak. Aku melirik bangku pojok yang berada dibelakang, itu tempat sarang nya Evan. Dan aku bersyukur karna Genk Evan tidak sedang berada dikelas.

..

"Ra, Lo nggak ganti baju?" Ucap Chila sesudah berganti pakaian, dari seragam menjadi baju olahraga.

Ya, hari ini aku ada mata pelajaran olahraga. Pelajaran yang paling aku benci, tapi paling disukai oleh Evan. Kita itu selalu bertolak belakang, kita berbeda.

"Enggak ah, nanti aja.." ucapku tanpa menatap Chila.

Aku sibuk dengan Novel yang ku baca sekarang.

"Mau kapan lagi, ra? Vrou udah nyuruh kita buat ke lapangan." Ucap Lana berdiri didepanku, sambil bertolak pinggang.

Guru olahraga ku memang asli Jerman, jadinya dia kita panggil Vrou Maria.

"Yaudah sana deh duluan. Ganggu gue baca aja lo ah." Usirku.

Aku melihat teman-teman ku, belum kunjung juga menuju lapangan. "Heh, udah sana lo semua pada ke lapangan. Tinggal lo bertiga, lo pada mau dialfain?"

"Jangan bilang kalo lo mau bolos pelajaran lagi?" Ucap lana.

Aku hanya memperlihatkan gigi-gigi putihku, "iyaaa..."

"Ya ampun ra, kemaren lo nggak denger Vrou bilang apa? Hari ini kelas kita mau ngambil Nilai buat rapot." Ucap Chila.

"Tau lo, alfa lo udah banyak tuh." Ucap Aurel.

"Kalo Vrou tau ternyata lo masuk, tapi nggak ikut pelajaran dia. Mampus lo, ra." Ucap lana.

"Udah sana deh mending kalian pada ke lapangan. Berisik tau nggak!" Ucapku lalu memasang Headshet ditelingaku, sambil membaca novel yang berada dimejaku.

"Anjritt.. tai lu, ra." Ucap lana.

"Udah na, biarin aja. Ketauan Vrou baru tau rasa dia.." ucap Aurel.

"Ra, udah sih ganti baju. Lo udah sebulan lebih, kagak masuk pelajaran dia." Ucap chila, memohon padaku.

"Ih mager banget pelajaran nya dia. Gue males olahraga." Ucapku pada chila.

Lalu Aurel menarik tangan Chila dan lana, mereka bertiga keluar dari kelas. Dan hanya menyisakan aku sendiri didalam kelas ini.

Aku akhirnya lebih memilih untuk membaca novel, namun tiba-tiba pintu kelas ku terbuka menampilkan sosok orang yang sangat aku benci. Dia tidak memakai baju olahraga? Apa mataku ini tidak salah?

"Ngapain lo disini, Zombie?" Ucap nya lalu menuju sarang nya, ya dipojok belakang.

"Suka-suka gue lah, kelas-kelas gue!" Ucapku sewot.

"AWHH!!" Teriak ku keras, karna Monster ini mencubit tangan ku, dan luar biasa sakitnya. "Sakit bego."

"Lo nggak olahraga?" Ucapnya, berdiri dihadapan ku.

"Enggak!" Aku juga tidak tau, jika berbicara dengan nya tidak bisa lembut, selalu rasanya ingin berteriak.

"Gue bilangin lo." Ancam nya, dan aku tidak takut.

"Bodo." Ucapku tidak perduli. "Awhhh!! Anjrit sakit, bego."

Dasar Siluman badak! Bisa-bisa nya dia mencubit tangan ku lagi. Membuat ku yang sedang membaca, menjadi tidak fokus! Arghhhh... Moodku menjadi rusak karna nya.

"Makanya jangan songong." Ucapnya datar, dengan wajah yang benar-benar menyebalkan minta digaruk.

Aku hanya bisa menggertakan gigiku, sangking kesalnya. Lama-lama aku bisa beneran membunuhnya sungguh! Aku songong dari mana sih lagian? Memang ya sibadak satu ini sepertinya tidak punya kaca.

"Aaaa udah deh! Jangan gangguin gue mulu bisa nggak sih lo!" Ucapku menatapnya, yang berdiri didepanku.

"Dih pede banget------" ucapan Evan terputus, karna tiba-tiba pintu kelas terbuka.

"Kalian ngapain dikelas? Berdua?" Ucap Bu Reni, selaku guru BP disekolahku.

Bu reni menatap aku dan evan, dengan Mata tajamnya. "Yang lain pada kemana?"

"Dilapangan bu, pada olahraga." Ucap Evan santai. Sepertinya dia tidak pernah merasa takut dengan guru terkiller pun.

"Lalu kenapa kalian berada disini?" Ucap Bu Reni. "Siapa Guru olahraga kalian?"

Aish. Sepertinya hari ini aku kurang beruntung, Atau mungkin tuhan sudah tidak memberikan ku waktu untuk membolos pelajaran lagi?

"Dia lagi sakit, bu. Nah saya tadinya mau bantu dia ke UKS, eh dia malah teriak-teriak." Ucap Evan.

Aku hanya menatap Evan tidak percaya, sekaligus bersyukur dalam hati.

"Siapa guru olahraga kalian? Memangnya kalian sudah Izin?" Ucap bu Reni.

"Vrou Maria, bu. Tadi saya udah bilang kok." Ucap Evan lagi.

Aku benar-benar melongo menatap Evan, tumben sekali dia membantu ku.

"Yaudah, kalo begitu kalian cepet sana ke UKS. Ibu pergi dulu." Bu reni lalu pergi meninggalkan kelasku.

"Berisik sih lo, untung gue pinter." Ucap Evan, lalu pergi menuju tempat duduknya.

"Iya, Pinter Bohong." Ucapku menyindirnya.

Namun dia tidak membalas perkataan ku lagi, membuat ku bersyukur. Aku menatap ke belakang, menatap nya yang sedang tiduran diatas meja dengan satu tangan yang berada diatas matanya, mungkin untuk menghindari sinar lampu agar tidur nya bisa lebih nyaman.

Aku menghela nafas. Jika dipikir-pikir aneh juga, kenapa aku selalu ditempatkan satu tempat terus sama evan? Semuanya selalu berbarengan. Seperti contoh nya saat ini.

-------------------

Sejujurnya lagi nggak Mood buat nulis :(

HATE Or LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang