8. Musuh abadi.

112 5 0
                                    

Aku menatap Lautan ini dengan takjub. Sambil menikmati angin yang membuat rambutku berantakan, tapi aku sama sekali tidak perduli.

Aku duduk sendirian dibelakang kapal, teman-teman ku yang lain nya sibuk didepan kapal dan ada juga yang sedang berada dilantai dua sambil bermain gitar. Ya, kami semua menyewa kapal ini, alhasil hanya ada kita dan pengemudi kapal nya disini. Aku menatap dengan senang lautan didepan ku sekarang, sesekali memasukan tanganku didalam sana, lalu menariknya kembali. Sekedar hanya ingin merasakan berada didalam nya.

Tiba tiba kapal ini sedikit miring, aku menatap orang yang sedang duduk dipinggir kapal ini. Dia sedang asik menceburkan kaki nya didalam laut, lalu kemudian menyipratkan air laut itu ke wajahku.

ASTAGA YA TUHAN!

"Bisa diem nggak sih lo?" Aku menutup wajahku dengan tangan, karna dia terus saja menyipratkan air itu kewajah ku.

"Autis lo ya? Nggak bisa dibilangin!" Ucap ku yang mulai kesal. Kenapa sih dia selalu mengganggu aku?

"BERHENTI EVAN!!" aku berdiri sambil menatapnya bengis.

"Kenapa? Airnya Asin ye? Sama kayak ketek lo tau.." ucapnya dengan wajah yang benar-benar menyebalkan.

Dan aku, sama sekali tidak ada waktu dengan orang seperti itu. Aku memutuskan menuju lantai dua, meninggalkan dia sendiri berharap jika ada ikan hiu yang memakan nya.

Aku baru saja menaiki tangga, tetapi tiba-tiba kaki ku dicubit, aku lalu menatap bawah dan menemukan Evan yang sedang menyengir menatapku. Lelaki ini benar-benar membuatku ingin menelan nya! Dengan kasar aku melayangkan kaki ku ke arahnya, berharap dapat mengenai kepala nya atau matanya dan dapat mengakibatkan cacat mental. Aku tidak perduli jika harus masuk penjara, karna membuat nya cacat. Justru aku akan sangat bahagia, bisa jauh darinya.

Sayangnya, kaki ku tidak mengenai kepalanya, Dan justru membuat ku kehilangan keseimbangan. Aku tambah kesal, karna aku tidak pernah bisa membalas nya! Dengan keki aku kembali menaiki tangga, lalu melepas sendal ku dan tepat mengenai wajahnya yang berada dibawahku. Hahaha aku tersenyum sinis.

"Yahhh ada Airaa.." ucap lana ketika aku baru saja duduk disampingnya.

"Dihh jahat banget." Ucapku pura-pura sedih.

"Masalah nya tuh, kalo ada lo pasti ada Evan juga. Sebentar lagi pasti ada suara-suara berisik deh pasti.." ucap yudha sambil memainkan gitarnya.

Chila dan Aurel sedang asik bernyanyi, dan aku sedang asik menatap lautan dari atas sini.

"Yahh, tuhkan..." ucap Lana sambil memutar kedua bola matanya menatap Evan yang baru saja datang.

"Zombie! Turun lo sana. Ngapain sih lo disini?" Ucapnya dengan nada suara yang amat teramat sangat menyebalkan.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk menghiraukan nya, dengan cara ikut bernyanyi bersama yang lain. Namun tiba-tiba Gitar tersebut diambil alih oleh Evan. Kami semua menatap nya dengan malas.

"Dengerin ye, gue mau nyanyi.." ucapnya sambil nyengir, membuat ku ingin muntah. Ugh!

Evan mulai memetik gitarnya, yang lain hanya melihatnya dengan diam. Aku seperti tau lagu ini, tapi aku sedikit ragu sih..

"Apa mau mu?"

"Apa mau ku?"

"Selalu saja menjadi satu masalah yang tak kunjung henti.."

"Bukan maksudku,"

"Bukan inginku."

"Untuk selalu, meributkan hal. Yang itu-itu sajaa.."

Ah iya! Aku ingat. Judul lagu ini adalah Air dan Api, tapi aku lupa nama penyanyi nya hehe..

"Mengapa kita saling membenci awalnya kita saling memberi...."

Evan menatap ku seperti sedang menjelaskan sesuatu, aku hanya diam sambil melotot ke arahnya. Soal suara, jujur suaranya lumayan bagus sih, tapi karna aku malas memujinya bahkan sangat! Jadi menurut ku suara nya jelek, fals, dan sumbang! Bodo jika aku berdosa karna berbohong.

"Ataukah kita, belum mencoba memberi waktu pada logika."

"Jangan seperti selama ini, hidup bagaikan Air Dan Apiiii......"

Lalu kemudian dia selesai bernyanyi, dan mendapat tepuk tangan dari kita semua, terkecuali aku. Yaiyalah! Males banget tepuk tangan buat tuh Monster, kasian juga kan tangan aku nanti cape buat hal yang nggak penting.

"Cieelah.. kayak nya tuh lagu mempunyai makna tersendiri ya van, buat seseorang?" Ucap Nethan yang baru saja datang dari bawah.

Evan hanya membalas nya dengan senyum, yang menunjukan lesung pipi nya. Sebenarnya kasian sekali lesung pipinya itu, harus berada dipipi yang salah! Kenapa nggak dipipi aku aja?

"Yaudahlah jadian aja.." ucap Aurel.

Aku hanya diam, karna sama sekali tidak mengerti dengan ucapan mereka semua. Toh, aku juga tidak perduli tentang Evan.

"Aira. Jadi jawaban nya apaan?" Ucap Ody sambil cengengesan.

"Jawaban apanya?" Ucapku balik bertanya.

"Yahhh payah banget lo, ra. Masa nggak ngerti kode dari Evan barusan.." ucap Nethan.

Jadi, lagu tadi itu tuh buat aku? Evan bernyanyi tadi itu untuk aku? Dan tadi Aurel bilang jadian aja, itu untuk kami berdua? Jadi selama ini Evan suka sama aku? Dan cewe yang dimaksud adik kelas ku kemarin itu aku? Kita itu FriendZone gitu?

"Dihh, emang nya gue nyanyi buat die. Ogah banget, Masa gue yang ganteng gini suka sama Zombie.." ucap Evan.

Seketika semua pertanyaan yang aku pikirkan tadi, Lenyap. Ugh! Kenapa juga harus memikirkan bahwa Evan menyukai ku? Arghh.. itu tidak akan terjadi! Karna kita itu musuh Abadi. Ya, kali ini aku benar. Kita selamanya akan menjadi musuh abadi.

HATE Or LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang