15.

96 2 0
                                    

Semua pasang mata menatap ke arah ku dan Evan. Argh! Aku juga nggak perduli! Aku benci evan. Aku mau pulang, terus kenapa dia yang ribet sih!

"Gue mau sholat dulu."

Aku menatap cowo yang sedang berjalan menjauh itu dengan bengis. Argh!!! Rasanya pengen murkaaaa! Terus tangan aku keluar api, abis itu pengen aku kenain ke diaaa.. tapi nggak mungkin juga kan. Emang nya aku apaan bisa kayak begitu.

"Udah Ra, udah. Entar juga dibalikin kok kuncinya." Ucap lana.

"Tai banget sih itu orang! Emang nya disini ada masjid?"

"Bloon. Itu disebelah sana masjid." Ucap yudha memutar kedua bola matanya kesal.

"Ih pengen pulang." Ucap ku kesal.

"Nanti dibalikin ra. Justru kalo lo mencak-mencak begitu, dia malah seneng." Ucap yudha.

Emang ya tuh monster! Minta disantet banget kayak nya, arghhh ..

"Masalahnya tuh dibalikin nya kapan! Kalo maghrib baru dikasih, gimana?" Ucapku masih kesal.

"Makanya lo biasa aja. Normal gitu kek, biar dia nggak jailin lo mulu.." ucap yudha.

"Maksud lo gue nggak normal gitu?!"

Yudha lalu tertawa dan aku langsung memberinya pukulan dilengan nya. Menyebalkan!

.
.
.
.
.
.

Ini sudah setengah jam, dan si monster itu belum balik-balik juga! Sebenarnya dia tuh kemana sih? Kok lama banget. Atau jangan-jangan dia pulang? Ehh.. nggak mungkin juga, tas nya masih ada disini kok. Terus dia kemana??

Aku mendengar suara seseorang yang sangat aku kenal, itu milik Evan! Sepertinya dia sedang menuju kesini. Aku ingat perkataan Yudha tadi, bahwa aku harus biasa saja. Oke, aku akan bersikap seperti itu. Aku mengambil handphone ku yang berada ditas, lalu pura-pura sibuk dengan benda tersebut.

"Zombie! Baca wattpad mulu lo, rusak lama-lama tuh mata.." ucap evan berdiri disamping ku.

Aku sama sekali tidak perduli dengan keberadaan nya. Lagian kan aku hanya mengikuti perkataan yudha.

"Van, balikin bego koncinya." Lana berbicara. "Aira mau pulang tuh."

"Tau lo van. Udah sini konci motor gue mana? Gue mau balik, udah jam 5. Macet." Ucap chila.

"lo mau balik chil? Na?" Ucap evan.

"Iya. Cepet mana koncinya?" Ucap chila.

"Nih gue kasih. Lo berdua pulang duluan aja, dia balik sama gue."

Sudah ku pastikan bahwa kata "dia" itu adalah aku! Ih! Aku nggak mau.

"Ra, lo balik sama evan ya." Ucap lana.

"Ih nggak mau!" Ucapku

"Heh zombie. Lo balik sama gue nanti abis maghrib, ribet banget sih."

"Yang ribet tuh elo! Kurang kerjaan banget gue, disini sampe maghrib." Aku menatap chila, "ayo chil, pulang."

"Koncinya aja sama dia, ra." Ucap Chila menunjuk evan.

Ya ampun monster ini! Bener-bener bikin orang dengki mulu. Aku menatap nya dengan kesal. "Balikin nggak!"

"Gue akan balikin, kalo lo makan."

Aku menghentakan kaki ku dengan kesal. APA LAGI SIH MAUNYA DIAAAAA?!! Aku lalu duduk dan memainkan handphone ku yang sebentar lagi akan mati daya. Pokoknya aku nggak mau makan! Aku nggak mau nurutin perintah nya dia. Bodo!

"Ra, makan cepet. Mau pulang nggak?" Ucap chila.

"Enggak! Gue kenyang."

"Van! Balikin sih kuncinya. Aira udah mau nangis tuh. Jangan godain dia mulu napa sih." Ucap lana.

Memangnya muka aku pengen nangis apa! Tapi kayak nya iya, soalnya penglihatan ku udah mulai buram, karna airmata.

Evan tertawa, aku tau dia tuh seneng ngeliat aku menderita. Tapi kan nggak usah ditunjukin juga! Lagian kenapa sih takdir tuh selalu berpihak ke dia mulu? Kenapa nggak pernah ke aku!

"Kalo lo nggak mau makan nasi padang, yaudah seenggaknya makan rujak nih." Ucapnya.

Aku tidak bergeming, tidak perduli lagi. Mau pulang malem juga aku jabanin, daripada harus mohon-mohon kayak tadi. Ih!

Evan mengambil potongan bengkoang, "nih makan satu aja deh kalo enggak. Abis itu gue kasih kuncinya."

Dia mencoba menyuapi ku, dan memaksa ku untuk makan? Kurang kerjaan banget sih. Aku tuh cuma mau pulang. Titik.

"Gue nggak mau." Ucapku menatapnya.

"Apa susahnya sih tinggal makan doang?"

"Apa susahnya sih tinggal kasih kuncinya?"

Evan lalu diam, setelah aku berbicara seperti itu. "Lo balik nanti aja sama gue."

"Kok lo maksa sih! Gue nggak mau makan, itu urusan gue." Ucapku kesal.

"Udah sih! Lo berdua berantem mulu dari tadi." Ucap ody.

"Tau nih. Urusan dirumah nanti aja dilanjutin nya, hahaha" ucap yang lain.

Jadi tuh mereka dari tadi pada denger ya? Ih kan jadi malu -,- nih juga, ngapain sih evan ngeliatin aku terus! Aku memandangnya dengan menaikan salah satu alisku.

"Emangnya kalo balik abis maghrib kenapa sih? Kalo lo sekarang pulangnya, pasti macet. Lo emangnya nggak kasian sama chila? Rumah lo kan dijakarta selatan, sedangkan dia utara. Lo mending balik sama gue, kita kan searah." Ucapnya panjang lebar.

Jadi itu alasan nya. Aku berfikir sebentar, sebenernya sih ada baiknya juga. Yang dikatakan dia juga bener, kasian chila. Tapi tuh masalahnya aku males pulang sama dia. Pasti nanti dia isengin aku, siapa tau yakan?

"Gue mau pulang sekarang." Ucapku pada akhirnya.

Lagian juga ngapain sih disini lama-lama? Cuma liatin dia sama anak cowo yang lain ngerokok? Males! Bikin penyakit aja. Dari tadi banyak kok yang pada pulang, tapi sama dia nggak ditahan-tahan. Tapi pas aku mau pulang, kenapa dibikin ribet sih?

Aku melihat evan menghela nafas. "Tunggu sebentar lagi."

"Lo kenapa ribet banget sih, van! Gue mau pulang, Chila juga nggak keberatan buat nganterin gue. Terus sekarang apalagi?"

"Motor gue lagi dipake Ojan, nunggu bentar doang sampe dia balik kesini. Abis itu lo pulang sama gue."

Fyi, ojan itu teman seangkatan aku.

"Gue nggak mau balik sama lo. Kurang jelas ya?" Ucapku penuh penekanan.

"Okee.." ucap evan lalu menaruh kunci motor chila diatas meja. Dia berlalu pergi, entah kemana.

"Ayok ra pulang." Ucap chila.

Kok aku jadi nggak seneng ya, denger kata pulang? Perasaan tadi aku pengen banget. Setelah evan pergi, aku jadi ngerasa bersalah.

Aku jadi ngerasa kehilangan (?)

♡¤♡¤♡

Sumpah gue bingung mau alur kayak gmna 😑
Soalnya yagituuu. Gue juga nggak ngerti masalahnya apa. Gue ngomong apa sih (?)
Yaudahlah yaa... semoga kalian baca dapet feel nya :)
Kalo enggak yaudah maafin saya..

HATE Or LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang