BAB 10

225K 13.6K 3.6K
                                    




PERASAAN Iris membaik setelah kehadiran Ari tadi siang. Hal ini yang membuat senyum Iris mengembang sepanjang hari. Dia tetap tersenyum saat pembagian nilai ulangan meski mendapat nilai D. Dia juga tidak masalah ketika Ira menyindirnya dengan kata-kata pedas. Semua itu karna Ari. Dan sungguh pengaruh yang besar dari satu orang itu kadang membuat Iris bahagia.

Maka dari itu, Iris ingin sekali berjuang menaikkan nilai-nilainya lagi. Setidaknya dia harus berjuang demi Ari. Tidak peduli seburuk apapun nilai Iris, Ari tidak memandangnya sebelah mata. Ari selalu ada bahkan di saat-saat terburuk Iris. Tidak seperti orangtuanya yang bahkan tidak pernah melirik piala-piala penghargaan Iris di rumah.

Dan di sinilah Iris. Telinganya tersumpal earphone kesayangan yang mengalunkan lagu terbaru dari Against The Current, Running With The Wild Things. Lagu itu sukses membuat Iris menghentakkan kepalanya sesuai nada, sementara tangannya sibuk menulis di atas kertas.

Sejenak Iris berhenti. Matanya melirik kunci jawaban, pH dari pencampuran dua larutan itu 4, sementara jawaban Iris 7. Iris mengusap wajahnya yang mulai berminyak, salah satu efek samping bila kepalanya diputar-putar seperti ini dan dirinya mulai stress.

"Cara yang di situnya salah, Neng."

Iris sontak kaget dan menoleh ke asal suara. Di sana, Alden sudah duduk di hadapannya dengan segelas air mineral di tangan. Entah kenapa Iris terheran karena kurang lazim bagi pengunjung kafe membeli botol mineral alih-alih kopi atau teh. Tapi itu tidak penting. Yang penting, kenapa setan ini bisa ada di hadapannya setelah mengatakan bahwa dia menyayangi Iris dengan sangat frontal?

Tanpa membalas ucapan Alden, Iris meningkatkan volume lagu sehingga kata-kata Alden sekarang samar-samar. Dari balik bulu matanya, Iris bisa melihat Alden cemberut. Sebenarnya hal itu menggemaskan, tapi kenyataan bahwa cowok ini menyayangi Iris hanya dalam waktu seminggu itu mengerikan. Tanpa Iris tahu, Alden sudah menyayangi Iris selama setahun penuh tanpa melihat cewek lain.

Pats!

Alden mencabut earphone kiri Iris dan menyumpalkannya di telinganya. Kepalanya mengangguk-angguk sesuai irama lagu. "Wah, nggak nyangka selera musik kita sama."

Iris mendengus geli. Dia tetap memperbaiki kesalahannya menjawab soal.

"Bukan gitu, Iris. Larutannya harus dikonversi ke ml dulu," celetuk Alden sambil merebut pulpen Iris dengan tak sabar. Cowok itu menulis secara terbalik tanpa kesulitan sama sekali. Sementara Iris diam-diam kagum karena kecekatan Alden. "Inget ya, kalo belajar kimia itu harus runtut. Stoikiometri lo kemarin dapet berapa?"

"D-," jawab Iris pelan.

Alden menepuk kepalanya, capek deh! "Untung gue sayang sama lo, Ris. Kalo nggak udah gue apain dari tadi."

Iris cemberut. "Ya udah, nggak usah bantuin gue juga bisa."

"Gini ya, Sayang, kalo jadi orang itu jangan keras kepala," kekeh Alden. Dia menegak air mineralnya lalu kembali menatap Iris. Ada warna hangat dalam mata Alden yang membuat Iris tidak bisa berpaling. "Gue akan ngajarin lo, nggak kurang dan nggak lebih. Karena gue sayang lo, gue mau lo bisa, dan gue akan bahagia dengan keberhasilan lo nantinya."

Kali ini, Iris terdiam. Kedatangan Alden memang sangat berguna. Cowok itu juga tampak tulus dan bersungguh-sungguh. Tapi tetap saja, sisi introvert Iris tidak ingin merasa mudah menerima kehadiran cowok berambut acak-acakan hitam gelap itu.

Iris diam ketika Alden mengambil kacamata dari tas, lalu memakainya. Ketika sadar tatapan Iris, Alden nyengir. "Kenapa? Gantengan pake kacamata, ya?"

Iris menunduk seraya bergumam. "Najis. Gantengan juga orang gila."

"Gue ada minus, tapi gue pake kacamata kalo lagi pengin aja," sahut Alden tanpa diminta. Dia mengambil kertas dari binder Iris dan menulis sesuatu di sana. Sementara mulutnya tidak berhenti mengoceh. "Tepatnya kalo lagi pengin ngerebut hati lo."

I Wuf UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang