"IRIS main game yuk."
Dengan malas, Iris melihat ke arah Alden. "Game apa?"
"Ah, ya," Alden tampak senang karena ucapannya digubris oleh Iris. "Kita main pacar-pacaran. Tapi syaratnya nggak boleh putus. Eh, boleh kok putus kalo berlanjut ke jenjang yang lebih serius."
Seharusnya dari awal Iris tidak perlu menggubris perkataan Alden. Cowok itu hanya ingin mempermainkannya saja. Mungkin dia bosan karena Ira sudah pulang lebih dulu dan akhirnya dia malah menggoda Iris. Sudah begitu, godaannya kacangan lagi.
"Ira kayaknya balik ke kelas karena ada barangnya yang ketinggalan," ucap Iris, bohong, bermaksud mengusir Alden secara halus.
Selesai latihan tari bersama Ira, Iris menunggu Ari di dekat studio. Hari ini mereka ingin jalan-jalan berdua. Namun setelah sepuluh menit lebih menunggu, tidak ada batang hidung Ari. Yang muncul malah Alden, merecokinya dengan kata-kata aneh soal pacaran. Ke jenjang serius pula.
Alden menautkan kedua alisnya. Dia bersedekap. "Gue nyari lo, bukan nyari Ira."
Iris nggak percaya.
Sampai kapan, sih, Alden terus merecoki kehidupannya? Dia tiba-tiba datang. Mendeklarasikan cintanya kepada Iris. Membuat Iris bingung sekaligus resah. Bagaimana bila Ari tahu kalau kelakuan Alden seperti ini?
Iris menatap sekeliling koridor. Sudah sepi, tidak ada orang yang berlalu-lalang. Pantas. Sekarang sudah jam lima lebih. Siswa lain pasti sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Kecuali anak OSIS-MPK yang sering rapat dan anak-anak ekskul.
"Ris, hari ini kita harus belajar," cetus Alden ketika Iris mendiamkannya. "Besok lo ada ulangan matematika. Kalo lo nggak belajar sekarang, nilai lo jeblok lagi."
Sebenarnya Iris sudah tahu itu. Besok ada ulangan penting. Bila Iris gagal lagi, bisa-bisa dia tidak diperbolehkan lagi dalam perlombaan. Namun ini kali pertamanya dia jalan dengan Ari setelah perang dingin antara mereka. Iris tidak mau ini gagal.
"Gue nggak bisa. Gue ada janji sama Ari."
Maka Iris hanya mengabaikan Alden. Dia berjalan menjauh, meninggalkan Alden di sisi koridor, dekat pintu studio. Alden tidak bisa seenaknya menyuruh Iris ini dan itu. Dia tidak... berhak.
Sekarang Iris hanya perlu mencari Ari. Fokus kepada Ari, Ari, dan Ari.
Alden tidak pernah tahu bahwa ditinggalkan oleh orang yang ia harap tidak pernah meninggalkannya ternyata begitu menyakitkan. Apalagi Alden sudah bersusah payah membantunya. Alden sudah menyiapkan soal-soal yang kemungkinan keluar di ulangan besok.
Bahkan dia... bolos treatment lagi.
Alden perlu tiga sampai empat kali transfusi darah dalam seminggu. Sekali saja dia bolos, kondisi kesehatannya akan semakin nemburuk. Alden mengira, tak kenapa, asal Iris ada di sampingnya, Alden sudah merasa sangat sehat. Iris itu penyembuh yang hanya Alden temukan di diri Iris.
Tapi Iris memilih sahabat Alden. Bukan Alden. Tapi Ari, Ari, dan Ari.
Bahkan Ari nggak membantu masa depan Iris sama sekali. Cowok macam mana yang tahu nilai-nilai gebetannya menurun tapi bukannya ngajak belajar malah ngajak jalan? Menjengkelkan.
Alden mengambil ponsel dari saku celana abu-abunya. Mengetikkan beberapa kata di sana, lalu berjalan mantap menuju kafe. Mungkin kalau Alden sabar menunggu, kesempatan itu akan ada. Mungkin.
Alden: Ris, gue tunggu lo di kafe. Setidaknya pulang dari acara 'janjian' lo sama Ari, lo masih bisa belajar sama gue.
Yang harus Alden lakukan sekarang adalah menunggu. Dan itu lebih baik dibanding tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf U
Teen FictionI Wuf U: Ketika terlalu takut mengatakan "I Love You". Bila saja semua orang bisa berani menyatakan perasaannya. Pasti dinamika yang mengatasnamakan cinta tidak akan terjadi. Iris, Ira, Ari, dan Alden. Kalian akan berkenalan dengan Iris, perempuan y...