ALDEN menarik kausnya melewati leher, lalu menaruhnya sembarang tempat di kamarnya yang besar. Bertelanjang dada, Alden tidur telentang di tempat tidur. Seperti remaja kebanyakan, Alden langsung membuka ponselnya untuk chat ke gebetan.Alden: Iris, udah makan belum?
Iris: Udah sama Ari.
Punggung Alden menegak. Dia terduduk dan menyilakan kedua tungkai kakinya. Mata cokelat Alden membaca ulang chat dari Iris. Sementara jantungnya sudah berdegup melebihi ritme karena rasa panik dan kecolongan.
Alden: Oh... Iris emang lagi dimana?
Lima menit yang serasa lima jam itu, akhirnya Iris menjawab.
Iris: Kepo.
Alden guling-guling untuk menetralisir rasa ingin menonjok orang. Jadi dia menonjok bantal yang ada di sebelahnya. Hari ini Alden tak berkutang tapi dia merasa panas.
Alden: Alden 'kan gurunya Iris. Jadi Iris harus nurut dong, ke Alden. Kalo ditanya jawab.
Iris: Geli, ish. Jadi Alden-Iris begini. Nggak jelas.
Alden: Iris lagi dimana?
Iris tidak menjawab, hanya dibaca. Menghela napas, Alden pun kembali berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu. Ya, mungkin dia masih tidak ada harganya di mata Iris. Alden pun sangat tahu bahwa Iris itu introvert. Sulit baginya untuk masuk ke kehidupan Iris. Iris selalu membatasi dirinya dari dunia luar.
Dan Alden termasuk ke dalam dunia luar itu.
"'Cause I know I can treat you better than he can," nyanyi Alden setelah mengingat lagu yang disukai Ira. Kemarin-kemarin, Ira pernah memutarnya di mobil. Dan Alden jadi ikut kecanduan karena lagu ini sesuai dengan perasaannya sekarang. "And any girl like you deserve a gentleman."
Alden mendadak berdiri dan mengambil gitar tuanya. Waktu SMP, Alden getol memainkan gitar ini saat bosan. Tapi karena semakin lama fisiknya semakin lemah, Alden jadi malas. Apalagi setelah treatment transfusi darah Alden sulit sekali memainkannya.
"Hm... kunci pertamanya apa, ya?" tanya Alden lebih kepada diri sendiri. "C? Atau A#? Ah, cari di internet aja, lah."
Ketika sedang mencari-cari, senyum Alden terbit. "Lihat aja nanti, Iris Sayang. Semua cewek itu kelepek-kelepek kalo dinyanyiin pake gitar–kata Zaki sih, gitu."
Alden bersusah payah mengambil hati Iris sementara Ira memberikan hatinya secara cuma-cuma. Dan terkadang, takdir memang sekejam itu.
• • •
SETELAH makan malam yang memiliki kecanggungan setengah mati, Iris sama sekali tidak berkata apa-apa. Ira pun begitu, cewek itu hanya bersedekap dengan wajah keras andalannya. Hanya Ari yang bingung harus mengatakan apa sehingga dia akhirnya meninggalkan keduanya di ruang makan, memberikan privasi.
Malam ini Iris ke rumah Ira dengan maksud berbaikan. Dia tidak tahu sebenarnya siapa yang salah antara mereka. Masalah itu sudah berlarut-larut sehingga Iris tidak bisa membedakan yang salah dan yang benar. Yang Iris tahu, dia harus meminta maaf, terlepas dari itu semua.
"Ra," panggil Iris lembut.
Ira menoleh. Wajahnya masih saja keras. Tidak ada senyum di wajahnya. Matanya pun menatap Iris sangat dingin seolah hanya Iris yang salah di antara mereka. Padahal tiap hubungan persahabatan, semua pihak haruslah mengintropeksi diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf U
Teen FictionI Wuf U: Ketika terlalu takut mengatakan "I Love You". Bila saja semua orang bisa berani menyatakan perasaannya. Pasti dinamika yang mengatasnamakan cinta tidak akan terjadi. Iris, Ira, Ari, dan Alden. Kalian akan berkenalan dengan Iris, perempuan y...