"Iya, gue suka lo." Kata Rival.
Oca mengerutkan keningnya tak mengerti, "maksud lo?" Tanya Oca.
"Iya, gue suka lo." Jawab Rival santai.
Oca membulatkan matanya tak percaya. "Lo? Suka? Gue?" Tanya Oca dengan menunjuk Rival kemudian dirinya.
Rival mengangguk pasti sambil menatap Oca.
Oca merasa kakinya lemas, tak mampu untuk menopang berat tubuhnya. Pipi Oca memanas, hatinya tak karuan.
What the hell! Kenapa aku bisa melting gini? Sadar please! Dia cuman bilang suka! Batin Oca.
"Kok bisa?" Tanya Oca gugup.
"Kenapa nggak." Rival mengedikan bahu.
"Dasar aneh!" Oca memalingkan wajahnya yang pasti sudah seperti kepiting rebus.
"Gue? Aneh?"
"Iya! Lo aneh. Kemarin-kemarin lo bikin gue jijik, terus nyuruh gue buat jauhin Raka, dan sekarang bilang suka sama gue." Cerocos Oca untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Gue cuman jawab pertanyaan lo aja."
"Hah? Pertanyaan yang mana?"
"Gak usah pura-pura lupa, tadi pagi aja ngotot pengen di jawab dan sekarang pura-pura lupa. Kenapa sih cewek suka malu-malu kucing?" Rival melipat tangannya di dada dan menatap Oca.
"Gue emang nggak nanya apa-apa!" Kata Oca ngotot.
"Perlu bukti?"
"Hm!" Oca mengangguk pasti.
Rival mengeluarkan hpnya kemudian mencari chatnya dengan Oca dan memberikannya kepada Oca.
Oca membelalakan matanya melihat chat tersebut. "Ini bukan gue yang ngchat!" Kata Oca gelagapan.
"Ya terus?" Rival mengambil kembali handphonenya.
"Itu bajak teman gue! Tadi pagi hp gue dipinjem teman. Gue nggak pernah ngchat kayak gitu." Jelas Oca.
"Gue nggak peduli, yang jelas gue suka elo!" Rival menarik tangan Oca menuju lingkungan tripu.
Tapi bohong. Lanjutnya dalam hati.
Oca menurut saja karena tangannya ditarik dengan kuat. Ditambah lagi dengan pernyataan Rival yang membuatnya speechless, sehingga membuat Oca kehilangan kekuatannya untuk sekedar protes.
Ternyata efeknya sangat besar.
"Mmm yang maen tarik-tarik." Goda Dirga saat mereka berpapasan di pinggir lapangan.
Oca langsung menepis tangan Rival dari tangannya. Pipi Oca langsung blushing malu.
"Dari pada maen dorong-dorong, bahaya." Kata Rival.
"Kasihan tuh Oca nya blushing." Dirga mengedikan dagunya ke arah Oca.
Rival menoleh ke arah Oca, Oca menundukan kepalanya karena tambah malu.
"Ahaha elo sih pake gangguin kita yang lagi maen tarik-tarikan." Rival tertawa dan sebelah tangannya merangkul Oca.
Tubuh Oca menegang seolah-olah tersengat aliran listrik ribuan volt.
"Tegang amat neng." Bisik Rival sembari meniup telinga Oca dengan jahil yang membuat Oca geli.
Oca mendorong tubuh Rival untuk menjauh sembari melotot ke arah Rival.
Dirga yang menonton adegan itu hanya terkekeh geli, "latihannya bentar lagi mulai, jangan keluyuran terus. Apalagi sampe berkuda." Kata Dirga sambil tertawa kemudian berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai You!
Teen FictionHidup itu seperti labirin, kalau tidak ya riddle, berbelit-belit dan penuh teka-teki. Cinta itu seperti perang. Ada yang memperjuangkan, diperjuangkan, dan dikorbankan. "Bermain cinta di sebuah labirin dengan riddle sebagai surat cinta."