"Kakak!!" Teriak seorang wanita saat Rival akan memasuki rumahnya.
Rival mengenali suara itu, suara yang sangat di rindukannya. Rival segera berlari ke dalam rumah dan menemukan wanita itu sedang berdiri melihat ke arahnya.
"Lea sayaaaang." Rival langsung memeluk wanita yang di panggil Lea tersebut.
"Hati-hati kakak, aku sedang mengandung." Protes Lea saat Rival memeluknya erat.
"Aku tidak peduli." Rival merenggangkan pelukannya. "Aku sangat merindukanmu sayang." Rival mencium kening Lea singkat.
"Haishh kakak kebiasaan deh." Lea mengelap keningnya yang terasa basah karena di cium Rival.
"Liat deh, perut kamu jadi buncit gini." Kata Rival sambil menunjuk-nunjuk perut Lea menggunakan telunjuknya.
"Haish aku kan sedang hamil." Lea menepis tangan Rival dan mengusap perutnya.
Rival terkekeh dan segera menggiring Lea ke kamarnya.
"Kok ke kamar sih?" Protes Lea.
"Emang mau kemana?" Tanya Rival menutup pintu.
"Aku mau jalan-jalan." Rengek Lea kemudian duduk di ranjang Rival.
"Yakin mau jalan-jalan perut buncit gitu?" Ledek Rival.
"Ihh kakak kok ngomongnya gitu sih. Aku kan lagi hamil bukan buncit karena gendut."
"Ahahah bercanda sayang." Kata Rival kemudian menghampiri Lea dan duduk di sampingnya.
"Kakak nggak senang aku hamil?"
"Nggak." Jawab Rival cepat.
"Ihh kok kakak jadi gitu sih. Dulu aja bilangnya nggak apa-apa. Tapi sekarang malah gitu bilangnya. Yaudah deh Lea pergi lagi." Kata Lea dengan wajah cemberut kemudian turun dari ranjang.
"Ahahah jangan! Bercanda kok. Suwear deh." Kata Rival sambil tertawa dan meraih tangan Lea. Lea berbalik dan menatap Rival.
"Sini naik lagi." Kata Rival sambil menepuk-nepuk kasur yang tadi di duduki Lea.
Lea kembali naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Rival.
"Kamu nggak kangen sama kakak?" Tanya Rival.
"Kangen banget. Makanya aku pulang." Jawab Lea manja.
Rival menarik kepala Lea dan menyandarkannya di pundak Rival.
"Kok baru pulang sekarang? Emang dulu-dulu nggak kangen gitu?"
"Kangen kakak, kangen banget banget banget. Tapi aku nggak boleh pulang."
"Emang kamu tinggal dimana? Kalau kamu ngasih tau alamatnya kan kakak bisa jengukin kamu tiap hari."
"Iya itu masalahnya. Kalau kakak tau, kakak bakalan ngejengukin aku terus, terus nanti tempat aku bukan tempat rahasia lagi." Jelas Lea.
"Biar apa pake di rahasiain segala?" Tanya Rival sambil mencubit hidung Lea.
"Biar dia nggak tau." Lea bangun dari sandarannya dan menatap wajah Rival.
"Kenapa?"
"Aku belum siap ngasih tau dia kak, aku takut dia menolak anakku. Kalau anaknya udah lahir baru aku mau kasih tau dia, jadi kalau dia mau nolak anak ini, aku tinggal bawa anak ini pergi dari hidupnya. Dan aku tidak akan pernah merasa bersalah karena tidak pernah mempertemukan mereka." Jelas Lea.
"Terus ninggalin kakak lagi, gitu?"
Lea hanya terkekeh pelan. Rival menatap wajah Lea dengan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai You!
أدب المراهقينHidup itu seperti labirin, kalau tidak ya riddle, berbelit-belit dan penuh teka-teki. Cinta itu seperti perang. Ada yang memperjuangkan, diperjuangkan, dan dikorbankan. "Bermain cinta di sebuah labirin dengan riddle sebagai surat cinta."