"Ocaaa... Raka sudah datang," teriak mama Oca di lantai dasar. Oca pun segera menyelesaikan riasannya dan segera turun menemui Raka.
"Yuk," ajak Oca dengan wajah ceria.
Hari ini Oca terlihat begitu ceria dan bersemangat. Raka semakin tidak tega harus mengakhiri hubungannya dan mematahkan hatinya. Jadi mungkin ia akan membicarakan masalah ini nanti, supaya tidak merusak mood Oca.
"Ayooo," rengek Oca dengan suara manja ketika Raka tak menanggapi ajakannya. Oca meraih tangan Raka dan menariknya keluar. Raka pun keluar mengikuti Oca.
"Kita ke toko buah dulu ya kak," ujar Oca.
"Iya," sahut Raka. "Memangnya kita mau kemana sih de?" Tanya Raka penasaran. Karena semalam Oca meminta Raka untuk menemaninya pergi.
"Jengukin teman," jawab Oca.
"Ohh, yaudah yuk," kata Raka yang sudah berada di atas motornya. Oca mengangguk lalu naik ke atas motor Raka. Mereka pun pergi meninggalkan halaman rumah Oca menggunakan motor Raka.
☆
Raka dan Oca berjalan di koridor rumah sakit dengan santai. Kedua tangan Oca menangkup sebuah parsel buah yang cukup besar.
"Nanti kalo jengukinnya udah selesai, kakak mau ngomong sesuatu sama ade," Ujar Raka dengan ragu-ragu.
"Oke," sahut Oca singkat tanpa curiga.
Oca berjalan sedikit lambat dari Raka, membuat Raka harus beberapa kali berhenti untuk menunggu Oca mensejajarkan langkahnya.
"Berat 'kan?" Tanya Raka dengan kesal.
Oca hanya mengangguk kecil.
"Sini kakak aja yang bawa," kata Raka sembari merebut parsel buah dari tangan Oca. Sebenarnya dari tadi Raka sudah menawarkan diri untuk membawa parselnya, tapi Oca tetap kukuh ingin membawanya sendiri. Dan kali ini Raka berhasil mengambil parsel tersebut dari tangan Oca.
Mereka pun kembali berjalan menuju kamar yang mereka tuju.
"Memangnya siapa yang sakit de?" Tanya Raka.
"Nggak ada yang sakit kok," jawab Oca.
Refleks Raka menoleh ke arah Oca dengan dahi yang berkerut.
"Terus ngapain kesini kalo nggak ada yang sakit?" Tanya Raka dengan wajah bingung."Aku kesini buat jengukin teman aku, dia baru melahirkan." Jawab Oca dengan santai.
Degg
Raka merasa ada sesuatu yang tak beres dengan hatinya saat mendengar kata melahirkan.
"Kakak ingat kan, ade pernah cerita sama kakak kalo ade punya teman baru yang lagi hamil?" Lanjut Oca dengan antusias.
Tiba-tiba Raka teringat percakapannya dengan Oca beberapa hari yang lalu saat Oca bercerita tentang teman barunya.
"Iya aku kenal sama dia itu dari si rekan kerja aku, lebih tepatnya sih adik si rekan kerja," ujar Oca. "Dan dia itu lagi hamil loh kak, padahal umurnya satu tahun lebih tua dariku. Dan yang lebih kasihan lagi, dia itu di perkosa sama pacarnya sendiri karena si pacarnya itu cemburu. Dan sekarang si cowok itu belum tahu kalo si pacarnya lagi hamil anaknya dia. Gila ya kak itu cowok, nggak mikir banget." Kata Oca dengan serius dan sedikit emosi. (Flashback part 19)
"Ade juga pernah janji 'kan waktu itu sama kakak, kalo ade mau ngenalin kakak sama kak Lea? Nah sekarang waktu yang pas," lanjut Oca lagi.
Astaga! Lea teman Oca itu kan adiknya Rival, berarti dia itu Lea gadis manisku. Dan berarti anak yang dilahirkannya itu adalah anak....ku. Dan sekarang aku datang dengan... Batin Raka.
"Nah itu dia ruangannya kak," Oca menunjuk sebuah pintu ruangan dengan girang.
Bagaimana ini? Aku tidak mungkin menemui Lea dengan Oca bersamaku. Aku harus memberitahu Oca dulu, supaya tidak terjadi salah paham. Lagipula aku belum punya persiapan apapun, aku belum memikirkan apa yang akan pertama kali aku katakan saat bertemu dengan Lea. Batin Raka.
Oca sedikit berlari kecil ke arah pintu.
"Oc...." mata Raka membulat melihat Oca berlari ke arah pintu. Dan sebelum sempat Raka memanggil Oca, Oca sudah terlebih dulu membuka pintunya.
Oca melambaikan tangannya ke arah Raka, memberi intruksi agar Raka segera menghampirinya. Raka membuang nafas pasrah, lalu berjalan lunglai menghampiri Oca. Ia pasrah atas apa yang nanti akan terjadi.
Raka menutup pintu ruangan tersebut dan ia melihat...
Ranjang kosong?
"Dimana pasiennya?" Tanya Oca kebingungan.
Raka yang juga bingung hanya menggeleng sementara matanya tetap meneliti ranjang kosong tersebut.
Ranjang tersebut kosong, tapi berantakan. Berarti ada...
Ceklekk
Pintu kamar mandi terbuka, dan keluarlah dua orang wanita. Seorang wanita paruh baya memapah seorang wanita muda yang terlihat seperti seorang gadis.
Raka terus memperhatikan mereka berdua, agar dapat melihat wajah gadis tersebut dengan jelas.
"Kak Lea," sapa Oca dengan lembut dan senyum manis di bibirnya.
Lea tersenyum senang melihat Oca. Oca langsung menghampiri mereka berdua dan membantu memapah Lea keluar dari kamar mandi. Lea pun naik kembali ke atas ranjang dengan susah payah.
"Terima kasih nak Oca. Titip dulu Lea ya, ibu mau bersihin dulu toiletnya." Kata ibu Lea.
Oca tersenyum lalu mempersilahkan ibu Lea untuk melakukan aktivitasnya.
"Kak Rival kemana? Kok ninggalin kak Lea sama ibu?" Tanya Oca saat menyadari tidak ada kehadiran Rival di ruangan tersebut.
"Kak Rival lagi ke kostannya dulu, ngambil baju ganti." Jawab Lea yang terlihat begitu lemah.
"Ohh," Oca ber'oh'ria. "Ohh iya kak, aku bawain buah buat kakak," Oca bangkit dari duduknya lalu menghampiri Raka yang berdiri mematung menyaksikan mereka berdua. Oca mengambil parsel buah dari tangan Raka kemudian menarik tangan Raka untuk mendekati ranjang Lea.
"Ini kak, dimakan ya buahnya biar cepat pulih," ujar Oca sembari meletakkan parsel tersebut di atas nakas. "Maaf ya kak, aku nggak bawa hadiah apa-apa. Karena ku nggak tahu hadiah apa yang harus aku kasih buat wanita yang baru melahirkan," jelas Oca dengan menampilkan raut wajah menyesal. " Tapi kakak tinggal bilang aja mau apa, nanti aku kasih," lanjut Oca dengan senyum dibibirnya.
Lea hanya tersenyum menanggapi Oca yang begitu bersemangat.
"Dan kenalin, ini Kak Raka," ujar Oca memperkenalkan Raka kepada Lea.
Lea melihat ke arah Raka, begitu pula Raka. Terdapat perubahan ekspresi di wajah keduanya. Wajah Raka menyiratkan rasa rindu, menyesal dan cinta. Sementara Lea menampilkan ekspresi yang tidak dapat dibaca.
Mata Raka menatap wajah Lea dengan lekat, begitu juga dengan Lea. Raka menatap mata teduh Lea yang selama ini dicarinya, tapi kali ini mata itu menatapnya meneliti. Mereka saling bertatapan selama beberapa waktu, kemudian saling mengamati tubuh setiap inchinya. Seolah-olah mencari tanda dan bukti bahwa orang dihadapannya benar.
Ya tuhan! Lea.... benarkan dia adalah Lea? Kenapa dia terlihat sangat rapuh dan lemah? Batin Raka.
Setetes air mata terjun bebas dari mata Lea, membasahi pipi putihnya. Seolah-olah mengungkapkan rasa rindu, cinta, kecewa, marah dan sayang.
"A..a..aku merindukanmu," Raka memeluk tubuh lemah Lea dengan erat, mengisyaratkan bahwa dia tak mau melepaskan Lea lagi. Walau pun ia harus menyakiti Lea sendiri dan orang-orang disekitarnya.
Sementara itu Oca mematung menyaksikan kejadian dihadapannya. Ia tidak mengerti atas apa yang telah terjadi sebelumnya. Tapi yang jelas, mereka terlihat saling merindukan dan tak mau kehilangan dengan tatapan penuh cinta.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai You!
Teen FictionHidup itu seperti labirin, kalau tidak ya riddle, berbelit-belit dan penuh teka-teki. Cinta itu seperti perang. Ada yang memperjuangkan, diperjuangkan, dan dikorbankan. "Bermain cinta di sebuah labirin dengan riddle sebagai surat cinta."