NH 11 - Izinkan Aku Memilikimu

827 86 42
                                    

REYHAN POINT OF VIEW

Mobil putih ini berhenti tepat di halaman rumah Shafira. Rumah yang megah dengan hingar-bingar di dalamnya. Sekarang, rumah itu mirip sekali dengan bar di PT. Alexander Group.

Sejujurnya, aku sangat malas datang ke pesta seperti ini. Berhubung Shafira adalah sahabat baik April, mau tidak mau ya harus kuhadiri. Banyak pasang mata dari kalangan hawa menatapku begitu memasuki ruangan besar ini. Mata-mata itu terus mengikutiku dengan berbagai macam pujian dari mulut mereka. Mungkin, ini juga harus ditambahkan sebagai salah satu alasan yang membuatku malas menghadiri acara ini.

"Rey!"

Suara Josh menarikku untuk segera bergabung dengan teman-temanku. Sorot lampu warna-warni itu mengarah ke bagian pojok ruangan ini yang menampilkan sahabat-sahabatku, Josh dan Yance. Mereka tengah menikmati sebuah donat yang kurasa itu buatan April.

"Hey teman. Apa kalian semua melihat di mana April?" tanyaku sambil menolehkan kepala ke kanan dan kiri.

"Itu, Cuy." Yance menunjuk seseorang di belakangku.

Aku menoleh.

Ya Tuhan. Mengapa perempuan ini tidak pernah membuatku berhenti untuk memujinya. Senyuman itu terus saja terpancar dari bibirnya yang merona. Mata hitamnya yang terus memaparkan ribuan bintang di sana. Aku tak pernah berhenti berharap untuk dapat memilikinya.

"Selamat malam, Rani Aprilia."

April mengangguk sekali dengan ribuan bintang di sana. Tangannya yang terbalut dress putih itu terangkat menunjukkan sebuah donat topping vanila kesukaanku. Dia memang benar-benar wanita idaman.

"Kamu selalu meninggalkan rasa yang khas pada donat ini yang membuat jantungku terus berdebar," kataku begitu menggigit donat ini.

Aku tidak tahu apa yang dilakukan April sehingga membuat donat vanila ini menebarkan rasa manis di tiap gigitannya, seperti menatap dirinya di tiap kedipan mataku.

Tidak membutuhkan waktu lama, donat ini sudah menghilang dari pandanganku. Josh dan Yance tertawa.

"Kamu harus melihat betapa tololnya wajahmu ketika sedang menikmati donat itu." Josh menyentuh perutnya yang bergetar karena tawa.

"Eike bingung. Dia tolol karena memakan donat itu atau karena April ada di sampingnya, Cuy?" Yance memperjelas perasaanku.

"Opsi kedua sepertinya bagus juga." Aku melirik April yang terseyum di bawah lampu sorot ini. Lenganku bergerak pelan melingkari tubuhnya yang ramping. Tanganku yang satunya bergerak menyentuh rambutnya yang tergerai ikal gantung di sisi bahunya. Ah, cantik sekali. Tidak. April memang selalu cantik sejak aku berkenalan dengannya waktu kecil. Harus kuakui itu adalah waktuku yang paling berharga. Dan aku tidak akan menyesalinya.

April menunduk begitu lengan ini berhasil melingkari pinggangnya. Dia tersenyum manis padaku. Mata itu memandangku lembut yang berhasil membuat jantungku bergerak tidak karuan. Katakanlah aku terlalu berlebihan, tetapi memang itu kenyataannya jika aku bertemu April.

Selama beberapa saat, mata kami hanya terpaku di tempat. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran April saat ini. Apakah perasaanku ini sudah menyentuh hatinya? Jika belum, tolong beritahu aku kapan terbukanya hati itu agar aku bisa lebih bersabar menantikan saat itu. Tuhan, bantu aku. Kuatkan hati ini yang telah berhasil menunggunya selama 16 tahun.

"Reyhan, Cuy."

Jujur, aku ingin mengumpat. Siapa pun itu yang merusak momenku dengan April akan segera berurusan denganku. Aku menghela napas menatap Yance. Laki-laki cantik itu menunjuk ke arah panggung.

Nuansa HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang