NH 21 - Ciuman Pertama

790 63 55
                                    

REYHAN POINT OF VIEW

Aku telah bertekad. Baiklah, aku harap aku tidak menyesal atas keputusanku ini.

Besok malamnya, aku menjemput April untuk pergi jalan-jalan. Tanpa kuduga, rambut hitam yang selalu digulungkan ke atas itu digerai indah. Rapi dan tidak berantakan. Jarang-jarang lho aku melihatnya mau menggerai rambutnya itu. Padahal, jika rambut di bawah bahu sedikit itu akan lebih cantik jika dibiarkan tergerai.

Tapi karena dasarnya April kurang percaya diri, jadi ya... sudahlah.

Dia sedikit memoles lipgloss di bibir tipis merona itu. Apalagi sepanjang perjalanan, dia terus tersenyum. Menambah kesan cantik luar dalam pada dirinya.

Aku tahu, aku tidak akan menemukan perempuan sepertinya di tempat lain. Dan aku tahu, aku bakal menyesal atas keputusanku ini.

Kami berdua sudah sampai di perusahaan Alexander Group. Ingatkan jika aku pernah bercerita tentang helikopter? Yup. Kali ini aku akan menyetirnya sendiri untuk April. Dia perlu melihat indahnya kota ini dalam malam hari.

Mungkin seperti Las Vegas? Hm, mungkin jauh lebih keren daripada Las Vegas.

"Selamat malam, Tuan Muda Reyhan," sapa Albert, pengontrol helikopter kami.

Aku menyentuh pinggang April sambil tersenyum pada Albert. "Jangan panggil aku Tuan Muda, Albert." Entah kenapa aku déjà vu sekali dengan percakapan ini.

Albert terkekeh. Kemudian dia menyapa perempuan cantik di sampingku. "Selamat malam, Nona Muda Reyhan." Albert mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Nah, kali ini sapaanmu benar." Aku tertawa lebar. "Ya, nggak, Pril?"

Wow. Pipinya merah. Aku semakin tidak rela untuk pergi darinya. Kulihat tangan mungil April mencubit pinggangku.

"Aw..." kataku menggoda. April langsung melotot padaku. Heran ya, jika gadis-gadis lainnya mendengarkanku berkata menggoda seperti itu, mereka akan langsung melambung tinggi. Berbeda jauh dengan respon yang diberikan April. Luar biasa!

Bahkan Albert saja bisa melambung tinggi. Dan Yance pastinya.

Albert membukakan pintu helikopter itu untuk April. Kemudian aku. Begitu senangnya hati ini. Akhirnya bangku yang selalu kosong di samping kursi pilot itu terisi. Biasanya selalu kosong ketika aku ingin mencari angin. Ini kali pertamanya seumur hidup aku mengajak April terbang bersamaku.

"Sabuk pengamannya dipakai, Sayang." Aku melirik April. Dia memasang raut lucu saat aku mengucapkan "Sayang". Itu kenyataannya lho, Pril. Habis ini kamu harus kursus peka, ya. Biar kamu bisa mengerti apa yang kuucapkan, karena aku bukan cowok yang mudah frontal.

Aku memiliki cara sendiri dalam mengungkapkan perasaanku.

Setelah sabuk kami terpakaikan, kami memasang semacam headset di mana Albert mengawasi kami di atas rooftop perusahaan.

"Siap, Reyhan?" tanya Albert dari luar helikopter.

"Siap," kataku mulai menekan alat-alat untuk menyiapkan helikopter ini.

"Semua panel sudah dinyalakan? Kalau sudah, kamu boleh menarik lepas remnya. Kemudian seperti yang biasa kamu lakukan. Hati-hati, aku akan mengawasimu dari sini," kata Albert melambaikan tangan.

"Oke." Aku melambaikan tangan pada Albert. Kemudian aku mulai menerbangan helikopter ini dengan jantung berdegup kencang. Hei, April ada di sampingku. Dia terus mengamati semua gerak-gerikku. Ini pertama kalinya bagiku membiarkan seorang gadis menduduki kursi terhormat itu. Ditatapnya seperti itu, aku menjadi gerogi.

Nuansa HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang