NH 14 - Perjuangan Tak Kenal Lelah

646 74 26
                                    

REYHAN POINT OF VIEW

Koran Harian.

Herdy Alexander, selaku pemilik PT. Alexander Group mengumumkan bahwa Alexander Reyhan, penerus perusahaan tersebut, dikabarkan menghilang dari rumah sejak seminggu yang lalu. Beberapa orang dan polisi yang ditugaskan telah berpencar ke seluruh penjuru kota. "Imbauan kepada seluruhnya, jika menemukan anak saya dengan foto di bawah ini, mohon bantuannya untuk menghubungi PT. Alexander Group. 1 milyar bagi siapa pun yang menemukannya," tutur pemilik perusahaan Alexander Group.

Benar. Seminggu ini mendadak kota penuh dengan berita menghilangku. Entah di acara TV, koran, radio, maupun iklan-iklan di pinggir jalan. Mungkin sekarang aku jauh lebih tenar dari presiden negara ini.

Aku tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Papa. Aku tahu beliau sangat khawatir dengan keberadaanku, namun bukankah ini terlalu berlebihan?

Selama seminggu ini, April dan Emak terus gelisah. Bagaimana tidak? Orang-orang dan polisi Papa terus mengunjungi kediaman April. Sedangkan aku telah berpesan pada mereka untuk menyembunyikan keberadaanku. Aku tahu aku merepotkan, tetapi ini keadaan mendesak.

Papa tetap tidak mengubah pikirannya tentang pembangunan proyek tersebut. Aku mendengar desas-desus dari koran. Jadi buat apa aku kembali?

"Kamu teh apa nggak lebih baik pulang saja atuh ke rumah? Kasian Bapak kamu mencari Nak Reyhan terus." Emak menatapku khawatir.

"Pasti saya sudah merepotkan Emak. Maaf ya, Mak." Aku memasang raut bersalah.

"Emak seneng-seneng aje ada Nak Reyhan di sini. Tapi Emak cuma khawatir aje sama kamu, teh. Nanti kalau Bapak kamu semakin marah, bagimane?"

Aku tersenyum ceria. "Nggak akan, Mak. Percaya deh. Ini juga salah saya yang nggak berhasil merubah pikiran Papa. Emak sakit juga gara-gara kampung ini mau digusur, kan? Emak tenang aja. Saya nggak bakal membiarkan hal itu terjadi. Emak sama April yang sabar, ya..."

April menatapku dengan senyuman sedih. Aku sangat tahu apa yang sedang ia rasakan. Sedih karena nasib kampung ini, khawatir karena aku dicari seluruh penjuru kota, dan bahagia ketika mendengar janjiku barusan. Seperti yang pernah aku katakan. Aku adalah Reyhan. Dan Reyhan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan tangannya sendiri.

Namun untuk kasus ini memang butuh proses yang sedikit memakan waktu. Ditambah lagi, aku harus bekerja sebagai pengangkut karung tepung dari toko ke toko. Sebenarnya bisa saja aku bekerja di kantor, tetapi itu sangat mengambil risiko tertangkap. Dengan penyamaran sederhana ini, mungkin tampangku tidak akan mudah dikenali untuk beberapa saat.

Satu hal lagi. Teman-teman yang mengerti posisiku sekarang hanyalah Josh dan Yance. Tidak dengan yang lainnya, termasuk Maddame dan Shafira. Terkadang aku juga menginap di rumah Yance yang cukup besar. Sedangkan rumah Josh sangat kecil. Keluarganya telah dipecat dari tugasnya, kemudian mereka hidup sederhana.

Oh ya. Kudengar-dengar ibu Josh sedang sakit tiga hari ini. Kuharap wanita itu cepat sembuh.

"Ya sudah, saya pamit mau bekerja dulu ya, Mak, Pril." Aku berdiri dan memasang seluruh penyamaranku. Mulai dari pakaian, hingga sedikit make up di wajah.

Emak menyalamiku. "Hati-hati ye ngangkut karungnye, Nak Reyhan. Kasian kalo cakep-cakep begini kena tepung. Emak sama April makasih banget teh kamu sudah mau membantu kite."

Nuansa HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang