NH 19 - Kehilangan

697 71 56
                                    

APRIL POINT OF VIEW


Malam kemarin adalah malam yang paling buruk untukku. Semua yang kami takutkan pun kembali terjadi. Aku kira mereka telah melupakan kasusnya, nyatanya... kasus itu masih berlanjut.

Ayah Reyhan, mengunjungi gubuk kami semalam. Bersamaan dengan acara kampung yang sebenarnya acara perpisahan itu kembali dibuat hening penuh duka. Ayah Reyhan datang pada kami dengan sejuta belati. Semakin memperjelas bagaimana sakitnya.

Beliau datang dengan membawa surat-surat pengusiran-lebih halusnya, mengambil alih kampung kami untuk dijadikan pembangunan hotel. Berbagai macam kami coba bernegosiasi, jawabannya tetap satu; Maaf, ini sudah keputusan kita bersama.

Keputusan apa yang telah kita buat bersama? Kita hanya bisa diam, sedangkan mereka melakukan keputusannya sendiri. Kami tidak mampu melawan makhluk-makhluk berdasi itu. Bahkan mereka belum menjanjikan kami mendapatkan tempat yang layak sebagai gantinya.

Lantas, di manakah peran Negeri ini?

Yang kami lakukan sekarang hanyalah berkemas-kemas. Dalam jangka waktu dua hari, kampung ini harus terkosongkan.

Kami akan meninggalkan kampung kelahiran kami. Di mana kami akan singgah, kami tak tahu. Kami hanya akan terus berjalan mengikuti ke mana kaki kami membawa. Kampung yang awalnya kokoh, namun rapuh saat disentuhnya. Kampung Diponegoro ini akan benar-benar lenyap. Di mana pun, di atas peta, di bawah tanah, namun tidak di benak kami.

Berita duka selanjutnya kudapatkan pagi ini.

Semua saluran televisi sedang memberitakan kasus penembakan polisi kepada pria yang diduga melarikan diri atas kasus penjualan obat-obatan terlarang.

Yang membuat aku syok adalah... pria-yang-diduga-melarikan-diri-itu adalah Josh! Sahabat Reyhan! Josh! J-O-S-H! Laki-laki sebagai bartender itu!

Kejadian kedua ini yang paling membuatku hancur. Josh, laki-laki yang baik terhadapku itu... telah lenyap. Aku tidak ingin mempercayai waktu, tetapi fakta-faktanya mendesakku untuk mempercayainya.

Begitu cepat Josh meninggalkan kami. Saat mendapatkan berita duka itu, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Reyhan dan Yance dibawa pergi oleh aparat kepolisian sebagai terdakwa membantu oknum melarikan diri. Kemudian ayah Reyhan datang dan menyangkal atas semua tuduhannya.

Aku hanya bisa menangis... seperti saat ini.

***

Langit biru penuh awan. Semilir angin menerbangkan seluruh daun-daun kering. Rerumputan hijau bergerak melawan angin. Pohon itu berdiri kokoh di hadapan kami semua.

Nuansa hitam yang telah menemani duka ini perlahan menyepi. Semua tetesan air mata telah berhenti dan meninggalkan kubu penuh duka. Pahatan indah itu duduk secara kokoh menemani duka kami bertuliskan;

Keenan N Joshua

Lahir : 1 April 1996

Wafat : 1 April 2016

Di samping pahatan penuh luka itu hanya tersisa dua orang mengenakan kacamata hitam. Bibir mereka bungkam, tangan mereka mengatup. Wajah itu tampak datar, namun terus mengeluarkan setitik air kesedihan.

"Jika meminta maaf berguna, buat apa ada polisi?!"

Suara gertakan Reyhan menggema di seluruh kantor polisi ini. Reyhan terus mengumpatkan kalimat itu seolah sedang menuntut seluruh kepolisian di negara ini.

Semua insiden penembakan Josh benar-benar di luar kesadaran pihak polisi. Seharusnya tembakan itu menyasar pada daerah kaki sebagai peringatan, namun karena kecerobohan, peluru itu menusuk dada Josh. Seluruh aparat kepolisian berusaha meminta maaf, kemudian pencabutan jabatan kepada polisi yang mengaku melakukan salah sasaran tembakan, serta pelaksanaan kebijakan peraturan kepolisian.

Nuansa HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang