Aku terbangun dari tidurku, ternyata pagi sudah tiba tapi matahari masih tertidur. Jendela kamar yang ku tempati terbuka. Udara pagi di Bali sangat segar.
"Selamat pagi, cantik." Sapa Valeria yang datang tiba-tiba.
"Pagi Val." Balasku.
"Kau suka dengan udara pagi di sini?" tanyanya.
"Tentu. Aku sangat suka." Balasku.
"Maukah kau berjalan-jalan bersamaku ke perkampungan belakang?" tanyanya.
"Baiklah, aku siap-siap dulu, tunggu aku." Ucapku sambil masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaianku.
Kini aku berjalan pagi bersama valeria, dia selalu menggandeng tanganku, seperti aku anak kecil yang takut kehilangan. Kami melihat beberapa pura dan rumah adat yang sangat asri.
"Dimana suamimu val?" tanyaku.
"Dia sedang ada urusan sebentar. Dia berangkat shubuh tadi." Balasnya.
"Apa berhubungan dengan kakakku?" tanyaku
"Kurasa bukan, entahlah. Sudahlah jangan pikirkan dia. Bagaimana kita ke pantai?" ajak valeria.
"Sepagi ini?" tanyaku.
"Ya, disana kita bisa yoga lebih tenang melakukannya. Bagaimana? Atau kau lelah?" tanyanya.
"Aku tidak lelah. Aku suka dengan yoga." Balasku.
"Benarkah? Aku senang kau memiliki hobi sama sepertiku." Ucapnya.
"Semoga pantai tidak ramai." Lirihku.
"Kurasa tidak akan ramai." Balasnya.
Aku bersama valeria ke pantai pasir putih perasi, matahari mulai terbangun. Ku lihat valeria duduk di pondok sedang melakukan yoga. Aku lebih suka duduk diatas pasir dan menikmati sinar matahari.
"Baby, tumbuh yang sehat agar kau bisa melihat kekuasaan Tuhan begitu indah." Lirihku.
Aku bisa melepas beban apa yang mengganggu di pikiranku saat ini. Melepas emosi dengan air mata, mungkin bisa melegakan hatiku. Tapi entahlah aku tidak yakin, mungkin karena hormon kehamilan juga.
"Apa yang kau lakukan disini sayang?" ucap seseorang dan rangkulan tangannya ke leherku membuatku terkejut, aku menghapus air mataku.
"Kau sia.." tanyaku, berdiri sambil berbalik ternyata dia suamiku.
"Lou, apa yang kau lakukan disini?" tanyaku.
"Astaga wajahmu pucat sekali. Aku mencarimu que, aku lelah. Jangan pergi." Lirihnya sambil memelukku dengan erat.
"Bagaimana bisa kau.." ucapku terputus.
"Sssttt,,,biarkan aku seperti ini, tidur di pelukanmu dan maafkan aku que. Apa kau sakit que?" Lirihnya.
"Kau pantas bahagia dan bisa membahagiakan orang lain lou, ada wanita disana yang selalu membutuhkanmu lou." Ucapku.
"Ya itu hanya kau. Que kau sangat puucat." Ucapnya.
"Bukan aku lou, tapi Jessica dia wanita yang kamu tahu sekarang tidak sempurna. Aku cukup bahagia dengan pemberianmu tanpamu lou." Lirihku.
"Que, please dengarkan aku." Ucapnya memohon sambil memegang kedua pipiku, aku hanya bisa diam.
"Aku tidak tahu dia ada disini, dan aku hanya membantunya untuk 1 hari itu, ketika dia ada disini."
"Kau masih mencintanya?" lirihku sambil menahan rasa sakit pada perutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me In
RomanceSaat ini kami berdua sedang istirahat di ranjang kami dengan saling menatap. "Apa yang kau pikirkan louise?" tanyaku mengelus rahangnya yang kokoh. "Aku masih membayangkan jika Jessica berhasil.." aku langsung menyelanya. "Louise, lihat aku. Sekaran...