Part 10

278 26 1
                                    

'Kau lupa dengan kalung yang di berikan ayah ku ?' peringatku. 

'Aku ingat kok' dia pun menghilang. 

Setelah api itu menghilang. Rambutku kembali seperti semula. Ku lihat kalungku. Sudah setengah nya berwarna merah.

"Sudah ku duga. Kamu tidak akan bisa selamanya seperti itu bukan ?" ejek wanita itu padaku.

"Ya.... begitu lah. Kamu tau buksn ? Kalau aku sangat tidak suka dengan hal itu" gumanku padanya.

"Jangan curhat padaku. Kamu anak kecil yang sangat kuat. Baru pertama kali ada yang bisa melihat ku" wanita itu terlihat memanggil sesuatu.

"Kelihatannya dugaan ku benar. Kamu ingin aku menemukanmu dan bertarung dengan mu bukan ? Dasar nenek peot !" tawaku.

"Apa katamu ? Tidak kah kamu melihatnya. Aku begitu cantik. Mungkin kalau aku mengoda pangeran dia akan jatuh cinta padaku" bangga wanita itu.

"Apa gunanya kecantikan mu ? kalau yang menjadi tumbalnya adalah orang lain ?" marah ku.

"Apa masalah ku ? Aku hanya meminta satu pelayan dari seribu orang di istana ini. Dan lagi.... aku melindungi mereka dari bahaya. Terutama... " wanita itu menghilang.

Dia muncul didepan Kiba. Sambil tersenyum senang. Yang lainnya menghindar dan berlindung didekat Shiro. Shiro terlihat geram melirik penyihir itu.

"Terutama kamu pangeran. Aku sudah membuatmu kembali ke wujud aslimu. Seharusnya kamu senang. Sebagai gantinya.... berikan matamu padaku" wanita itu akan memegang mata Kiba.

Dengan santai aku berpindah tempat dan menampar wanita itu agar menjauh dari Kiba.

"Maaf, tapi aku tidak akan membiar kan mu untuk mencongkel matanya. Dia masih pasean ku" kesalku.

"Sialan kamu gadis kecil !" wanita itu mengeluarkan naga dari sebuah gerbang yang dia panggil.

"Apa ini imajinasi ku saja ? Atau... Pffu hahaha....." tawa ku.

"Bukan saatnya tertawa Mia" Shiro memukul kepala ku.

"Sejak kapan kamu ada di sampingku ?" tanyaku terkejut.

" Dari tadi aku disini. Dan yang lebih penting apa yang terjadi ? Tadi, kamu bisa mengendalikan dirimu sendiri ? " Shiro penasaran.

"Nanti akan ku ceritakan. Pertama–tama kita harus melakukan ritual itu" kataku datar.

"KAU GILA ?" pekik Shiro.

"Ini memang tugasku Shiro" kataku sedih.

"Walau begitu....." ku tutup mulut Shiro

"Tenang saja. Rasa sakitnya cuman sebentar kok. Kalau ritual ini selesai. Penyihir itu akan menjadi baik lagi dan semua masalah di istana akan selesai. Biar kan aku melakukannya Shiro" mohon ku.

"Apa salahnya kalau kita membunuhnya ?" kata Shiro.

"Tidak Shiro. Aku tidak mau siapa pun mati" pinta ku.

"Terserah padamu saja Mia. Aku hanya akan membantu ritual itu sedikit" jengkel Shiro.

"Makasih Shiro. Kamu memang baik" senyum ku.

Shiro membacakan matra yang sangat ku benci. Jika ku mau, aku tidak ingin dia membacakan matra yang sangat menyakitkan itu. Setiap baitnya sangat menyakitkan. Kaki, tangan, dan perutku seperti di tusuk belati. 

'Sakitnya.. ' tangisku. 

Setelah Shiro membacakan matra itu. Shiro mundur kearah yang lain. Dia membuat pelindung untuk yang lainnya. Penyihir itu mendekatiku dengan amarah. Dia menusuk ku dengan sebuah pedang. Sekarang pedang itu menembus jantungku.

"MATI !" pekik penyihir itu senang.

"Aku akan mengambil penderitaanmu" senyum ku.

Ku raih tangannya dan ku dekatkan wajahku. Sekarang kepala kami berdua sudah terbentur. Tidak terlalu keras. Rasa sakit di seluruh tubuhku.

"Aku ingin mengambil penderitaanmu" pintaku tulus.

"Apa yang kau katakan ? Penderitaanku ? Apa yang kau tau tentang ku ? Dasar anak kecil bodoh" penyihir itu berusaha menarik pedang nya

Aku tidak membiar kan itu. Pedang itu ku tarik lagi ke jantungku dengan susah payah. 

'Aku tidak bisa bernafas lagi. Sudah waktunya. Kah.. ' sedihku. 

Shiro hanya melihat dari jauh dengan tampang sedih. Sementara yang lain terdiam. Raja, Ratu, dan Kiba berteriak menyebut namaku.

'Bodoh ! Kamu melakukan hal bodoh lagi !' guman seseorang didalam diriku.

'Karena aku bodonglah, Aku bisa hidup sampai sekarang' gumanku.

"Tertawa lah. Aku akan melihat semua kesedihan mu itu penyihir yang jahat" senyum ku ceria

Tiba–tiba ada sebuah cahaya. Semua nya sangat terang. Terlihat seorang wanita yang sangat cantik. Dia sangat cantik sampai–sampai dia dapat meluluhkan hati banyak laki–laki. Walau banyak yang melamar nya. Dia tidak pernah menerima lamaran itu sedikit pun. Karena dia sangat mencintai seorang pangeran di istana putih. Walau laki–laki itu memiliki sebuah kutukan.

Namun setiap bulan purnama, laki–laki yang dia cintai akan kembali ke wujud aslinya. Mereka selalu bertemu di bawah pohon. Sampai terlintas dalam pikirannya untuk menjadi penyihir. Diapun melakukan permohonan kepada iblis agar bisa menjadi seorang penyihir.

"Tapi ada syaratnya" kata iblis licik.

"Apa itu ? Akan ku kabulkan. Asalkan aku memiliki kekuatan untuk melindungi dan menetralkan kekuatan penyihir lainnya" pintanya sunguh–sungguh.

"Kau harus memberikan ku semua kebahagianmu. Keluargamu harus menjadi tumbal mu. Dengan itu, aku akan menjadikanmu sebagai seorang penyihir yang hebat. Tidak akan ada yang akan dapat mengalahkan mu. Tidak akan ada yang dapat menemukan mu. Dan kamu akan sangat di hormati" goda iblis.

"Akan ku lakukan !" wanita itu lantang.

Wanita itu membunuh keluarga nya, dengan menikam kan pedang yang di berikan iblis padanya. Setelah mendapatkan kekuatan dia kembali kepada sang pangeran. Dia melindungi istana dan menetralkan kutukan sang pangeran. Mereka pun menikah. Namun... mereka tidak bisa memiliki seorang anak. Pangeran sangat putus asa. Wanita itu pun juga sangat sedih.

"Raja nikahi lah wanita lain untuk kelangsungan kerajaan ini. Jadikan lah dia seorang ratu untukmu" pinta wanita itu.

"Tapi bagaimana dengamu ?" sedih Raja.

"Aku akan baik-baik saja. Dengan dirimu disisi ku itu sudah lah cukup. Karena dirimu lah satu–satunya yang ku miliki sekarang " senyum wanita itu.

Dan menikah lah Raja dengan seorang wanita cantik. Mereka memiliki seorang anak. Pertamanya Raja tetap mencinta wanita itu. Namun tiba–tiba Raja di jadikan tumbal. Kedua istrinya tidak bisa berbuat banyak.

"Aku yang salah. Waktu aku masih muda. Kedua orang tua ku tidak melakukan kewajibanya. Sekarang aku harus memenuhi kewajibanku dulu" senyum Raja pada wanita itu.

Wanita itu sangat sedih dan mengurung dirinya di atas kastil tinggi.


BERSAMBUNG.....

TUNGGU KELANJUTNYA YA~

~  ° ^ _ ^ °  ~

DEWI KESEDIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang