Part 26

180 17 0
                                    

"Jadi..... keputusan nya adalah meninggalkan mereka !" Shiro lantang.

"Akhirnya, selesai juga. Niko ayo beres-beres. Nanti Mai bisa marah lagi" Kiba pun pergi

Sebelum pergi dia memakai Time nya. Tubuh mungilnya berubah menjadi dewasa.

"Baik pangeran. Ah.... aku lupa" Niko gugup.

"Jangan menunduk seperti itu. Rasanya sangat aneh" kata ku kesal.

"Maafkan aku. Ku mohon jangan hukum aku" Niko panik.

"Memang apa yang akan kami lakukan ?" serempak Kiba dan diri ku.

"Lebih baik kalian berdua segera berkemas" Shiro.

Mereka berdua pergi untuk beres-beres. Aku dan Shiro bertatapan. Berjalan mendekati Shiro.  Dengan santai aku berbisik di telingannya.

"Okey Boss" Shiro tersenyum dan pergi.

"Kalian berdua lebih baik diam disini. Dengan keadaan kalian sekarang, tidak ada gunanya masuk kedalam hutan terlarang " kata ku.

"Kamu tidak berhak mengaturku, Cery !Lagi pula kamu adalah seorang budak bukan !" Rin tak mau kalah.

"Hm.... dari mana kamu bisa berpikir kalau aku seorang budak ?" aku penasaran.

"Karena, kamu itu terlihat seperti orang desa ! Cowok yang berdua tadi pasti seorang bangsawan dan teman mu yang bernama Shiro itu pasti seorang budak juga, bukan ?!" Rin sombong.

"DIAM lah kamu penghianat !!! Bagaimana bisa kamu menghianatinya ! Lalu, mengambil kepercayaan pangeran ! Dia sangat mempercayai mu !" marah Jenderal.

"Ini bukan urusanmu ! Kamu lupa kalau pangeran memintamu untuk melindungiku ? Apapun yang terjadi kamu tetap harus melindungiku" wajah Rin penuh dengan kemenangan.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksut untuk ikut campur. Tapi... apa maksud mu dengan..... melindungi mu Rin ?" senyum ku sinis.

Mereka berdua tersentak dan melihat ku bingung. Rin telah melupakan nya. Itu karena kesombongan nya sendiri.

"Aku tidak terlalu mendengar apa yang di katakan pangeran padamu. Namun, yang ku dengar adalah... pangeran meminta Jendral untuk ikut dan mengawasi perjalanan ini. Bukan melindungi mu" kataku pada Jenderal dan Rin santai.

Rin sangat kaget dengan kata-kata ku. Memang Rin sudah tau akan hal itu. Namun, dia berpura-pura tidak tau. Agar Jenderal tidak ingat dengan perintah dari pangeran.

"A-apa yang kamu katakan ! Dari mana kamu tau kalau pangeran berkata seperti itu !" Rin panik.

"Aku tau karena kamu yang memperlihatkannya. Kamu ingat dengan kata-katamu yang waktu itu ?" senyum ku sinis.

"Kata-kata ku waktu itu.... ?" Rin tersentak.

"Kamu mungkin ingat dengan hal itu. Kamu juga melihat sedikit dari ingatan masa lalu ku. Apakah masa lalu ku lebih menyedihkan dari pada masa lalu mu ? Atau kamu mengangap itu adalah mimpi buruk ?" tanya ku sambil tersenyum.

Wajah Rin memucat. Bukan karena kata-kata ku saja. Tapi karena wajah Jenderal yang marah. Memang wajahnya sangat menakut kan. Namun, wajahnya tidak lah ada apa-apanya bagiku. Ketakukan ku bukan berasal dari mata, namun hati. Ku tinggal kan mereka berdua di ruang tengah. Aku keluar melihat gudang dengn tampang lesu dan lelah. Melihat kerangka orang tua ku untuk terakhir kalinya membuat ku sedikit sedih. Memasuki gudang yang telah agak bersih itu, membuat sebuah nostagia berjalan kembali. Walaupun tau akan sangat menyakitkan untuk melihat tubuh mereka. Tapi, rasa sakit itu tidak lah mempan padaku lagi.

DEWI KESEDIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang