Part 21

213 18 0
                                    

Tiba–tiba Shiro datang membawa minuman.

"Kamu sudah menemukanya ?" Shiro.

"Belum.... aku masih belum menemukan buku penelitian ayahku" tuturku yang masih membaca buku.

"Mia ! Shiro ! Waktu nya makan !" teriak Kiba dari luar.

"Kita makan dulu. Baru kita periksa lagi" Shiro berjalan pergi.

"Iya" aku berdiri dan meletakan buku di meja.

Ku pandangi meja kerja ayah. Aku berpikir kemungkinan yang akan dilakukan ayah.

'Kalau memang itu sangat berharga. Kemungkinan besar masih ada ruang lain di rumah ini. Apalagi tidak wajar rasanya.... Ruang kerja ayah terlalu sederhana untuk penelitian sekala besar' sambil termenung.

"Mia.... jangan terdiam seperti itu. Ayo makan ! Kalau kamu sakit bisa gawat kan ?" teriak Shiro dari luar.

"Baik aku kesana" balasku.

Akupun pergi makan bersama mereka. Tidak ada hal yang menarik untuk dibicarakan. Kami hanya bercanda, setelah itu menceritakan masalahku dan Rin. Kadang ada pikiran tentang tempat persembunyian ayah ku yang lain. 

'Lebih baikku bicarakan saja pada mereka' pikir ku.

"Oh, ya semuanya" kataku gugup.

Semua memperhatikan ku. Akupun menceritakan tentang ruang kerja ayah.

"Jadi, gak ketemu ya ?" Kiba sedih.

"Tapi... ada kemukinan lain" kataku memancing.

"Ruang lain kan ?" pikir Shiro serius.

"Hahaha ... rumahmu memang penuh misteri ya ! Rasanya sangat mendebarkan" ujar Niko.

"Kamu benar ! Rasanya sedikit meneganggkan. Padahal tujuan kita hanya satu buku" Kiba.

"Tapi... malah terasa lebih rumit dan berantakan" Shiro kesal.

"Ha...h memang kedua orang tuaku itu, terlalu waspada dengan ancaman" keluhku.

"Setidaknya, dengan hal itu. Tidak ada orang yang tau tentang Daun Kyu sampai sekarang" tutus Shiro berbisik.

"Kenapa berbisik ?" heran Kiba.

"Kalau ada yang mendengar bisa gawat kan ?" Shiro melihatku.

"Itu benar, semua orang disini tidak ingin, ada yang masuk ke hutan terlarang. Karena hutan itu sakral" senyum ku.

"Sakral ! Apa ada hantu, nya ?" Niko panik.

"Niko aku ingin bertanya hal ini padamu. Bukankah, kamu sudah terbiasa melihat hantu. Lalu, kenapa harus takut ?" Kiba serius.

"Karena saya bisa melihatnya lah makanya menakutkan" keluh Niko.

"Sudah sudah, jangan terlihat lesu begitu" lerai ku.

"Kita berpencar. Aku juga merasa aneh dengan ruang kerja itu" Shiro.

"Aneh ?" Kiba bingung.

"Kiba jangan terlihat seperti itu. Nanti, Mia bisa mimisan" Shiro kesal.

"Eh ?" kiba melihatku.

"Lucunya" pujiku.

"Mia itu suka dengan yang lucu-lucu. Jadi, jangan terlihat polos kamu !!!" kesal Shiro.

"Apa salahnya dia terlihat lucu !" kesal ku.

"Sudahlah, kamu cari di gudang !" perintah Shiro sambil mendorongku keluar.

DEWI KESEDIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang