Part 29

150 14 0
                                    

"Tenangkan dirimu Mai" Shiro mengelus kepala ku lembut.

"Aku...hiks...aku...hiks...takut...hiks...sendirian" tangis ku.

"Tenanglah kami ada disini. Kamu tidak sendirian lagi" jelas Shiro.

Namun, hal itu tidak bisa membuat hatiku tenang. Aku takut mereka pergi. Seperti halnya ibuku, yang pergi meningalkan ku disetiap malam. Tempat ini membuat ku ingat dengan masa lalu. Aku tidak suka dengan tempat ini ! Dan aku tidak pernah suka akan kegelapan malam dan hatiku !

'Aku menikmati hal ini sekarang. Seperti makan penutup sebelum tidur' puji diri ku yang lain.

'Aku tidak peduli pada mu ! Namun, air mata ini tidak mau berhenti, jantung ini tidak bisa teratur, dan apakah jiwa ku baik-baik saja ?' kesal ku.

Setelah 1 jam aku menangis, jiwa ku kembali tenang. Niko membawakan air panas untuk di minum. Suara ku rasanya serak setelah menangis terlalu lama. Sementara mereka hanya menatap dengan khawatir.

'Apa yang ku lakukan ? Padahal aku yang menjadi pemandu. Tapi malah aku yang seperti ini' pikir ku.

'Tidak kah kamu ingin menangis lagi ? Mungkin akan membuat perut ku kenyang dengan kesediha mu itu' diri ku yang lain.

'Berisik !' kesal ku.

"Kamu benar-benar tidak apa-apa ?" khawatir Kiba.

"Aku tidak apa-apa" sambil tersenyum.

"Kamu ingat dengan masa lalu mu ?" tebak Shiro.

"Ya, begitulah. Aku ingat dengan masa lalu yang kejam itu. Aku terlalu takut untuk tidur dan aku terlalu takut untuk sendiraan. Kalian tidur lah aku tidak apa-apa sekarang" kataku.

"Benaran kamu gak apa-apa ?" Niko ikut kawatir.

"Ha..h kalau kalian khawatir padaku. Lebih baik kalian tidur sekarang. Aku akan jauh merasa lebih baik, bila kalian tertidur" pinta ku.

"Baiklah, ayo kita tidur lagi" Robet.

Niko, Kiba, dan Robet pun tidur kembali. Hanya tinggal aku dan Shiro. Shiro beberapa kali melirik ku, seolah meyelidik apa yang terjadi di mimpiku. Tapi, aku hanya diam dan menatap lantai. Dia mendekat padaku dan memenggang wajah ku.

"Mata mu merah dan wajah mu tidak terlihat cantik lagi" goda Shiro.

"Jangan mengoda ku Shiro" peringat ku.

"Hahaha... kamu jangan marah seperti itu. Ayo tersenyum" Shiro tersenyum lebar.

Aku tertawa melihat wajah Shiro yang lucu. Pada akhirnya aku tersenyum lagi. Kami tidak tertidur sampai pagi. Melainkan saling berbagai cerita. Soal masa lalu yang indah tanpa rasa menderita sedikitpun. Hanya sebuah cerita biasa, yang penuh dengan kerinduan. Shiro juga bercerita tentang pengalama nya selama hidup. Dari dia kecil sampai menjadi seorang yang hebat. Walau aku menyangkal hal itu, karena sikapnya tetap saja tidak dewasa. Pagi harinya, ku buka pintu raksasa itu dengan susah payah. Sinar masuk kedalam ruangan yang gelap dan udara yang segar memasuki ruangan yang pengap. Semua orang yang tertidur bangun dari mimpi mereka. Kami pun melakukan rapat pagi.

"Bagaimana rencana kita selanjutnya ?" tanya Kiba.

"Aku akan memeriksa wilayah disekitar rumah ini" Shiro.

"Aku ingin bertanya. Kita mandi nya dimana ?" kata Niko.

"Aku juga gak tau" jelas ku.

"..." tanpa suara.

"Aku akan mencari sungai disekitar sini" kata ku.

"Tidak ! kalau kamu pergi sendiri, itu sangat berbahaya bagi mu" sangah Shiro.

DEWI KESEDIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang