Indra bangun dengan malas, meraih hape. Pukul 09.23 WITA.
"Shit. Aku telat." Dia segera meraih handuknya. Ke kamar mandi sebentar, cuman cuci muka dan menggosok giginya.
Diraihnya gelas, minum secangkir air putih. Memasang jaket andalan dan memasukkan gambar kerjanya ke dalam tas ransel bututnya. Memasang sepatu dan segera meraih kunci sepeda motor.
Di parkiran dia bahkan menggores motor sebelahnya.
Di depan tangga dia berhenti sebentar. Windy dan Linda berlari ke arahnya sambil ngos-ngosan.
"Indra..." Windy memanggil. "Kamu selesai ga?" Mukanya kelihatan panik.
Indra cuman mengangkat bahu. "Sudah, tapi yaah...begitulah, gambarku ga kaya punyamu."
"Aku belum selesai, site plannya belum sempat kukasi warna, dimensi denahnya juga lupa aku... duuuh." Mukanya memelas.
"Pfffttt... Merendah apa ngejek nie?" Indra tersenyum. "Taruhan, pasti gambarmu dapet nilai A nanti"
"Apaannn??? Eh tapi amin dah. Yuuuk buruan." Windy mendahuluinya menaiki per dua anak tangga sekaligus.
Ni anak ga tau bahaya apa. Indra gemas. Dia segera menyusul Windy sambil memegang ujung ranselnya. Menjaganya, khawatir jatuh. Dia melakukannya sembunyi-sembunyi tentu saja, tanpa si empunya tahu. Linda memandang mafhum.
Kelas sudah dimulai, Studio Perancangan Arsitektur 3, massa banyak. Mereka bertiga masuk diam-diam mencari bangku kosong.
"...jangan karena mentang-mentang temanya massa banyak kalian asal bikin bangunan banyak dan fungsinya yang dicari-cari, terus di sebar aja di lahan kosong, asal keliatan banyak. Setidaknya kalian menerapkan satu dua teori tata massa yang sudah dijelaskan dari awal semester. Satu lagi, kalian banyak yang malas asistensi. Dosen pembimbing banyak yang komplain ke saya, katanya mahasiswa bimbingannya banyak yang tidak datang. Yang datang paling satu dua orang. Itupun yang datang bawa gambar seadanya. Liat... yang kaya gini apanya yang mau diasistensikan? Saya ingatkan lagi, 40 % penilaian ada di pembimbingan. Jadi jangan sepelekan asistensi." Bu Murni, dosen koordinator mata kuliah memberikan pengarahan dengan sedikit jengkel.
"Punyamu mana Ndra?" Doni yang duduk di sebelahnya menanyai Indra.
"Aku ga asistensi kemaren, kamu asist?" Indra balik nanya.
"Asist, tapi ya gitu dah. Punyamu Win?" Doni menanya Windy.
"Punyaku banyak yang ga selesai. Liat punyamu dong?"
"Aku mau liat punyamu juga."
"Oke kita tukeran." Mereka saling menyerahkan gambar.
"Ajiiibbb... Yang kaya gini dibilang ga selesai?" Doni ternganga.
"Lebay bro..." Windy tertawa kecil.
"Konsepnya apa Win?" Doni bertanya lagi.
"Aku mengambil konsep..." Windy menjelaskan panjang lebar ke Doni.
Indra ikut melihat. Ini yang dia bilang tidak selesai? Bahkan dia sempat Fban tadi malam. Seketika dia merasakan lagi apa yang dia rasakan tadi malam. Minder.
Indra merasa muak dengan dirinya sendiri. Sudahlah...
-------
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridge of Love
RomanceIndra, mahasiswa Teknik Arsitektur tahun ke dua mengagumi teman satu angkatannya, Windy. Tapi dia menyimpan kekagumannya di dalam hati karena dia tahu kekagumannya hanya sepihak. Ya... semua orang tahu kalau Windy menyukai senior mereka, Heri.