Heri membuka kulkas, kosong. Ibu pasti belum pulang. Pikir Heri. Dia menggaruk-garuk kepala. Masuk kembali ke dalam kamar. Hapenya berbunyi, notif line. Dia meraih hapenya, "Aa, De sudah pulang." Dia membaca line yang masuk.
"Alhamdulillah... Ya sudah istirahat gih." Dia me reply.
"Iya a..."
Sms masuk di hape yang satunya. "Mas bro... Maaf mengganggu, Boleh tanya?" Windy.
"Ga ganggu kok. Silakan... ^^" Heri membalas cepat.
"Kami sudah masuk SPA 3. Hehehe Tugas kelompok kami redesain kawasan Veteran Banjarmasin. Aku mau tanya-tanya tentang desain kawasan."
"Area yang mana yang di redesain?"
"Tepi sungainya, itu kumuh banget kan."
"Sudah ada kepikiran konsepnya? Kawasan kumuh itu harus di gali esensi terdalamnya. Kaya Romo Mangunwijaya, sampe puluhan tahun dulu berusaha bending sama masyarakatnya, hingga arsitektur yang jadi adalah arsitektur yang bernyawa."
"Yup bener. Bukan hanya sekadar gusur dan letakin desain di atasnya. Em... Kira-kira memungkinkankah untuk memperbaiki kualitas sungai Veteran?"
"Kenapa tidak?"
Hening sejenak. "Kukira aku harus menggali dulu permasalahnnya. Ga jadi tanya mas bro...hehehe maaf.."
Eh? Secepat itu? "Em... Besok aku ke kampus ya."
"Eh? Mau apa?"
"Mau liat desainmu."
"Lah? Mas bro bukannya kerja?"
Heri berpikir sejenak. "Aku sekalian ada yang di urus juga di perpus." Begini saja tidak mencurigakan kan? Heri ragu-ragu.
"Iya mas bro. Sampai ketemu besok." Smsan berakhir.
Heri meletakkan hape bututnya yang hanya bisa digunakan untuk sms dan telepon. Hati manusia memang yang paling rentan. Heri mendesah kemudian tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridge of Love
RomanceIndra, mahasiswa Teknik Arsitektur tahun ke dua mengagumi teman satu angkatannya, Windy. Tapi dia menyimpan kekagumannya di dalam hati karena dia tahu kekagumannya hanya sepihak. Ya... semua orang tahu kalau Windy menyukai senior mereka, Heri.