Seorang pencinta itu adalah para penguntit handal,
coba tanyakan diri sendiri, berapa kali kau membuka Profil FB atau stalking line, BBM, dan medsos orang yang kau suka dalam sehari?
Hahaha...
Tidak perlu saling menunjuk, karena semua pencinta memang bisa berubah berubah lebay dalam sekejap. Mendadak menjadi penyair karbitan...
Ayo masuki dunia cinta, dari sana kau akan belajar berjuta bahasa cinta.
Yang bisa kau pahami melalui kata-kata, namun ada yang hanya merasakannya lewat sentuhan hati.
Jika kau menderita, ingatlah...
Kau masuk ke dunia cinta bukanlah mencari kesenangan atau sebuah pembebasan.
Kau harus siap dengan perasaan yang terikat pada hati seseorang.
Kau pun harus menegaskan dalam hati, kau ingin memiliki atau hanya mencintai dengan tulus.
Karena perasaan cinta yang tanpa pamrih itulah cinta sejati.
Kau berbahagia hanya dengan melihat senyumnya.
Kau akan sakit bila dia bersedih.
Itu semua akan membuatmu merasa tenang.
Indra masuk ke kosannya setelah memarkir kendaraannya. Laper. Dia menepuk-nepuk perutnya. Rambutku sudah panjang gini. Aku perlu cukur, sekalian cari makan juga. Pikir Indra.
Dia duduk di atas kasurnya, mengambil HP kemudian membuka FB. Dia masih suka menggunakan FB karena Windy cuman aktif di situ. Windy tidak punya akun medsos lain, Instagram, Path, atau apapun. Cuman FB.
Dia buka profilnya, notifikasinya penuh. Beberapa dari update game, beberapa dari grup, sisanya dari Windy. Yaaa... Dia menjadikan Windy 'teman akrab' sehingga semua aktivitas Windy masuk ke notifikasinya. Dia mengklik notif dari windy dan membaca status yang dia update beberapa jam yang lalu.
"Sesederhana inipun aku bahagia. ^_^"
Indra tersenyum sinis. Tentu saja. Dia mengklik profil Windy dan scroll ke bawah. Terus ke bawah mengamati kronologi Windy hingga status FB nya yang dulu-dulu. Berkali-kali dia melihat. Dia tahu tidak akan ada yang berubah. Status-status itu akan tetap ada di situ, tapi entah kenapa dia selalu tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka profil Windy. Melihat ulang status-statusnya, stalking. Bahkan dia menyempatkan membaca beberapa komen Windy dengan teman-temannya di status Windy. Dari sana dia bisa mengenal Windy lebih baik, menambah kekagumannya pada gadis itu. Apa yang tidak bisa dia lihat saat waktu perkuliahan yang singkat bisa dilengkapi dengan memahaminya melalui kata-kata yang dia tulis. Melalui emosi yang dia luapkan di status. Tapi saat melihat ulang status-status galau Windy yang dia yakin sekali ditujukan kepada Heri karena ada inisialnya setiap akhir status dia akan merasa sakit. Tapi dia selalu gagal menahan diri untuk tidak menyakiti dirinya sendiri, menyakiti perasaannya sendiri dengan berkali-kali stalking. Lagi... dan lagi... Laparnya tiba-tiba hilang.
Apa yang membuatnya suka dengan Windy? Mungkin ada yang bertanya-tanya tentang itu. Dia bisa membeberkan ribuan alasan kekagumannya, tapi satu hal yang menjadi alasan utamanya hanyalah dia seorang Windy. Dia mengagumi sepenuh hati Windy dengan segala yang dia punya. Perilakunya dan semuanya, dia kelihatan genuine dan tidak dibuat-buat. Ceria, lucu, dan selalu bersemangat. Pun saat semua anak mengolok-olok logatnya, dia memang berasal dari kabupaten yang logat dan bahasanya sedikit berbeda dengan di kota Banjarmasin. Logat orang Hulu Sungai sedikit unik, tapi dia tidak pernah marah dan hanya tertawa menanggapi. Cantik? Tidak juga. Tapi bukankah saat kita jatuh cinta maka dia akan terlihat cantik? Bukan karena cantik dia cinta, tapi karena cintalah dia jadi terlihat cantik. Itulah yang Indra rasakan.
Dia buka profil si cowok, Heri. Tidak ada status terbaru. Hatinya tergerak untuk membuat status, tapi kemudian dia memikirkan ulang. Buat apa? Dia memang malas mengungkapkan perasaannya di medsos. Dia tahu konsekuensinya jatuh cinta. Sakit.
Hapenya berbunyi, pesan masuk lewat line. "Ndra, Malam ini ngumpul di markas yok!" Pesan dari Haris.
Markas yang dimaksud adalah rumah Danang, teman satu angkatannnya yang dibelikan oleh orang tuanya dekat dengan kampus. Di sana serba lengkap, fasilitas dan juga makanan. Mereka semua senang berkumpul di sana sekadar ngobrol ngalor-ngidul, main game, dan banyak hal. Bagi yang lagi tongpes juga, markas menjadi alternatif paling yahud untuk menginap dan numpang makan. Indra merasa malas, tapi dia tahu mengurung diri seperti ini juga hanya menambah mumet kepalanya. "Jam berapa? Aku mau potong rambut rencananya."
"Baguuuuusss... Rambutmu itu emang udah perlu dipotong. Udah mirip Jack Sparrow kamu saking brewoknya.haha. Aku ikut, sekalian mau potong rambutku juga dah... Nanti kita sekalian ke markas."
"Justru brewok gini gantengku nambah 150 %." Indra ngakak.
"Bullshit... Gantengan juga paman parkir Fakultas kita. Cepet dah siap-siap."
"Iya dah." Indra mengalah.
"Siiippp kalo gitu."
Indra menutup laman FB nya, meletakkan hapenya dan melangkah ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridge of Love
RomanceIndra, mahasiswa Teknik Arsitektur tahun ke dua mengagumi teman satu angkatannya, Windy. Tapi dia menyimpan kekagumannya di dalam hati karena dia tahu kekagumannya hanya sepihak. Ya... semua orang tahu kalau Windy menyukai senior mereka, Heri.