28 September? Hmmm...
Tanggal 28 bermakna banyak bagi Windy, karena di hari itulah dia pertama kali bertemu dengannya, melihat dia pertama kali, dan tahu namanya pertama kali.
Hari itu adalah hari pengarahan kegiatan P2B dari BEM universitas Lambung Mangkurat.
Ketika mata Windy hanya tertambat pada satu sosok karismatik, tidak banyak bicara dan senyum, dan muncul sedikit sekali sepanjang acara,
Acara pengarahan berjalan seru, tapi seperti biasa Windy kurang antusias mengikuti kegiatan semacam ini. Namun aku mendadak semangat ketika masuk acara pengenalan anggota BEM.
"Perkenalkan ini anggota BEM, dari kiri ke kanan...*blab la bla*..., dan ini wakil ketua BEM kita Adi Pratama. Dari Teknik Sipil. Dan yang terakhir, ketua BEM kita dari Heriawan Pramudhita Hassan. eeh mana orangnya, ko ngilang?..." MC yang membawakan acara pengenalan celingak-celinguk mencari si ketua. Dan, voila... dengan senyum manisnya dia berjongkok melambaikan tangan diantara kaki-kaki pengurus BEM yang lain, rupanya dia sedang membidik objek untuk di foto dari tempat yang tersembunyi...hahahaaa manis banget. Dia seperti burung yang bebas diantara ikatan tugas. Karakter yang unik.
Dia... Hei... Dia membuatku terkesan hanya dalam momen sesingkat itu.. Bisik Windy dalam hati. Tidak juga. Windy memiliki karakter yang mudah kagum, tapi mudah pula lupa. Kejadian selanjutnya, dan selanjutnya lagi lah yang membuat Windy tak mampu melupakan sosok Heri.
Pengarahan P2B dari Himpunan Mahasiswa arsitektur dilaksanakan besok harinya. Mereka duduk sesuai kelompok yang dibentuk pada saat pengarahan BEM sebelumnya. Tidak ada yang menarik, dan Windy duduk terkantuk-kantuk mendengar penjeasan dari ketua Himpunan. Windy memang kurang supel dan pemalu, jadi dia juga tidak berusaha menyapa orang lain, hanya sedikit senyum jika ada yang memandang ke arahnya.
Namun perhatian windy mulai terusik ketika satu kaki menutupi pandangannya ke arah dosen tamu yang sedang memberi penjelasan tentang himpunan. Dan ketika Windy mengangkat kepalanya. Dia melihat dia... ya... Si ketua BEM membidikkan kamera ke arahnya, apa-apa an orang ini. Aku tidak biasa di foto. Bahkan di SMA foto ku termasuk yang paling langka. Windy mendadak grogi dan bertingkah tidak jelas. Kesal juga dia.
"Ka... jangan.. jangan... yang lain aja... itu ke arah sana" kata Windy menolak.
"Ga papa ko..." katanya simpel.
Hwaaaaa nie orang benar-benar ga perasa...ckckck... Windy gusar.
"Jangan ka. Pliiiis..." tangan Windy bahan membuat gerakan mengusir. Tapi Heri tetap bergeming... dengan tersenyum dia tetap membidikan kameranya ke arah Windy. Serta merta Windy menyurukkan wajahnya ke arah lutut, di antara 2 kakinya, dia melihat Heri berjalan menjauh. Terdengar suaranya bergumam entah apa.
Hahaha akhirnya... bebaaaassss... Windy lega.
Windy mengangkat wajahnya dan melihat Heri sedang memfoto anak gendut yang berfose gaya. Teman satu angkatannya, si Bambang.
hmmm dia dominan tanpa disadarinya... Kesan ke dua yang Windy tangkap dari sosok seorang Heri.
Windy selalu tertarik dengan karakter seperti itu, baginya orang yang dominan itu seperti mudah melewati berbagai hal. Dan dia tidak sulit untuk menentukan pilihan.
Perlahan, dia mulai mencuri perhatian Windy.
--------
Sepatah kata dariku (Author):
Bagi yang kurang paham chapter ini, aku cuman mau ngasi tau kalau ini adalah cerita Flashback...
Untuk beberapa chapter ke depan juga masih akan saya kubikin Flashback untuk lebih memahami karakter masing-masing tokoh di cerita ini.
Terima kasih untuk yang bertahan membaca cerita ini... Mohon dukungan, kritik dan sarannya juga. Doumo... ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridge of Love
RomantikIndra, mahasiswa Teknik Arsitektur tahun ke dua mengagumi teman satu angkatannya, Windy. Tapi dia menyimpan kekagumannya di dalam hati karena dia tahu kekagumannya hanya sepihak. Ya... semua orang tahu kalau Windy menyukai senior mereka, Heri.