Previous :
"Aw!"
Veranda mengerang sekaligus mendesis kesakitan ketika tubuh kurusnya jatuh membentur lantai keras yang dingin. Wanita itu menatap tidak percaya pada Marius yang berdiri tidak tegak di depannya.
"Jangan – pernah –sentuh – aku!" kecamnya dengan lantang.
Tidak, Veranda tak ingin kalah dari hal sesepele ini. Sebelumnya ia pernah dihardik lebih dari ini, ia tak boleh kalah dari kecaman dari Marius. Lekas Veranda berdiri sambil berusaha menahan sakitnya. Ia mendekat, menggenggam erat lengan suaminya dengan tatapan terluka.
"Kenapa? Kenapa tidak boleh? Aku istri kamu..."
Marius menolehkan kepalanya, memandang Veranda dengan pandangan jijik. Kedua mata merahnya menatap tajam pada iris kecoklatan Veranda.
"Istri?" ulangnya, kemudian dengan senyuman muak, Marius tertawa lebar setelahnya.
" HAHAHAHAHAHA!"
"Nggak Veranda, kamu bukan istriku..."
Tangan kanan Marius beranjak mencengkram erat rahang halus Veranda. Masih dengan tatapan seolah menghina dan seringainya yang mengerikan, Marius membuka bibirnya yang kemerahan. Mengucapkan sepatah kata-kata untuk Veranda.
"Kamu bukan istriku, Veranda. Kamu..."
"PELACUR!!!"
=================
Author POV
Surga dan neraka, dua keagungan dari segala hal yang Tuhan punyai. Keduanya tak pernah sama, terlampau jauh perbedaannya sehingga terciptakan segalanya serba berbanding terbalik. Antara, nikmat, dan kesengsaraan.
Dari tangan seorang Marius, Veranda mampu merasakan keduanya dalam waktu yang terbilang sangat singkat. Berbulan-bulan lalu ia merasakan secerca kenikmatan surga yang Marius limpahkan padanya. Namun dalam waktu singkat, dengan tangan penuh kuasanya, Marius mampu mengubah surga itu menjadi neraka dengan siksaan terkejam yang pernah dirasakannya.
Wanita itu baru saja mampu menghirup udara segar sejenak, tapi seperti sudah takdirnya demikian, siksaan Tuhan terlimpah begitu saja padanya. Veranda, merasakan kembali hatinya teriris. Meratapi nasibnya sendiri semenjak Marius merubah sikapnya.
"KAMU BUKAN ISTRIKU, VERANDA! KAMU PELACUR! INGAT ITU!!!"
Caci dan maki yang serupa, tak pernah lolos dari telinga Veranda setiap harinya. Pelacur, pelacur, pelacur, mantra yang selalu terlontar dari mulut tajam Marius. Meskipun begitu, ia masih mampu menguatkan hatinya sendiri untuk tak pedulikan makian Marius. Dengan berbesar hati, Veranda meneguhkan dirinya untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai sosok istri. Menemani Marius sarapan, dan menunggu hingga suaminya itu pulang bekerja.
Namun kenyataan memeng tak selalu sejalan dengan harapan. Veranda hanya mampu tersenyum getir karena pada nyatanya, Marius tak pernah muncul di hadapannya disaat ia membuka mata. Pria itu hanya datang dan pergi di waktu Veranda sedang terlelap, atau bahkan tak pulang sama sekali.
Seperti pagi ini, Veranda hanya mampu menyaksikan kepergian suaminya dari balkon kamarnya. Wanita itu menatap Marius yang telah berangkat menuju kantor dengan mobil hitamnya. Veranda memandang sedih atas kepergian Marius yang mengacuhkannya selama ini.
"Kinal, mengapa ini terasa perih sekali..."
Jalang?
Memang...
![](https://img.wattpad.com/cover/46025646-288-k252045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Painter and Butterfly
FanficHanya melukis yang kutahu. Andai melukiskan cinta, yang kutahu hanya dirimu. Jadi cinta yang kutahu adalah dirimu. Wahai kupu-kupu malamku. Kemarilah, dan kau kujadikan bidadariku. Aku mencintaimu, Veranda.... Oh Nona pelukis, hidupku gelap walau te...