Butterfly V

1.4K 232 26
                                        

Painter and Butterfly : Chapter 15

***


Sudah nyaris dua minggu semenjak Kinal beristirahat di rumah tuan Rudy. Kondisinya kini membaik dan fisiknya kembali bugar seperti biasanya. Bedanya, kini Kinal mengubah semua gaya hidupnya. Alkohol dan rokok yang selama ini menjadi candunya, ia benar-benar tinggalkan. Terkadang gadis itu berpikiran mungkinkah ia mampu meninggalkan pikirannya tentang Veranda semudah ia meninggalkan alkohol dan rokok yang selama ini selalu jadi favoritnya.

Dan yang menjadi kebiasaan barunya kali ini adalah berolahraga. Kinal sering menghabiskan waktunya di lapangan belakang rumah tuan Rudy. Di sana sering dijadikan tempat berolahraga karena lapangannya cukup luas. Yang biasa Kinal lakukan adalah bermain bola kasti. Biasanya ia akan ditemani oleh para pelayan rumah tuan Rudy yang jumlahnya tidak sedikit.

"Ayo Vienny! Giliran kamu yang pukul bola!" teriak Kinal pada salah seorang pelayan yang disebut sebagai si ceroboh.

Gadis berkacamata bulat itu takut-takut memegang pemukulnya. Kedua tangannya bergetar kencang hingga pemukul yang ia genggam sedikit berguncang. Vienny menarik nafasnya sambil melihat ke arah Kinal yang menjadi rekan setimnya.

"Semangat!"

Teriakan Kinal terlontar bersamaan dengan berpantulannya antara tongkat kasti dengan bola yang kini melambung tinggi jauh. Langsung Vienny berlarian bersamaan dengan Kinal yang kini juga berlari menuju titik awal sehingga permainan dimenangkan oleh tim Kinal.

Mereka meloncat kegirangan, dan juga Kinal yang berlarian bersama Vienny sampai tanpa disadari, Kinal mengangkat tubuh Vienny ke udara begitu semangat.

"YEAAAYYY!!!"

Bukannya senang dan gembira, Vienny justru ketakutan karena Kinal mengangkatnya tinggi-tinggi. Orang-orang di sekitar mereka pun menertawai kelakuan mereka berdua. Sementara itu, Kinal yang girang melihat wajah ketakutan Vienny justru ikut tertawa dan makin membuat Vienny menjerit.

"Ampun! Nona Kinal! Saya takut! Astaga!"

"Hahahaha!"

Melihat Vienny hampir menangis, Kinal akhirnya menurunkan pelayan muda itu. Dia tersenyum tipis pada Vienny yang tertunduk sambil menepuk-nepuk dadanya seperti orang baru senam jantung. Tak tega Kinal melihat itu, ia pun mengambilkan sebotol air mineral di pinggir lapangan untuk Vienny.

"Jangan panggil nona lagi. Cuma Michelle yang cocok dipanggil begitu. Cukup panggil Kinal."

Vienny mengangguk mendengar perkataan Kinal. Tak fokus karena sambil meneguk air mineral pemberian Kinal barusan. Jantungnya berdebar kencang berdekatan dengan majikannya sendiri itu. Sudah sejak lama, sejak ia menjadi pelayan pribadi yang mengurus segala keperluan Kinal saat sakit. Tapi Vienny si ceroboh menyadari bahwa dirinya tidak pantas untuk mempunyai rasa debar yang aneh seperti itu untuk sosok seperti Kinal.

Memang tidak ada yang bisa menolak pesona dingin Kinal yang serba gelap. Sorot matanya yang datar dan misterius, berbanding jauh dengan tawa renyahnya yang mampu membuat semua orang jatuh hati. Terlebih dengan status sosialnya yang kini sangatlah tinggi. Jadi anak asuh dari salah satu orang terkaya se-Asia Tenggara.

Hidup Kinal berubah, benar-benar berubah tanpa sosok Veranda hadir. Wanita itu lenyap tanpa kabar lagi. Entah ini ke berapa kalinya Kinal kehilangan Veranda. Hatinya hampa, dibawa pergi oleh sang kekasih yang entah di mana kini ia berada. Gadis itu tersenyum tipis menyadari dirinya diinginkan oleh banyak orang di sekelilingnya namun dirinya sama sekali tak sanggup berikan hati untuk orang selain Veranda.

Painter and ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang