Six

1K 144 0
                                    



Hari ini adalah hari senin, dan Yerim harus kembali ke sekolah. Sebenarnya Yerim hari ini tidak ingin kesekolah, mengingat suasana hatinya sedang buruk dari kemarin dan matanya semakin membengkak seperti habis disengat lebah. Gadis itu tidak mau ke sekolah, namun appa-nya tetap memaksanya untuk pergi ke sekolah.


"Yerim-a, kau sudah siap?", Taehyung mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit. Yerim menghela napasnya sebelum akhirnya mengambil ranselnya dan membuka pintu kamarnya. Gadis itu kemudian mengangguk penuh semangat, atau lebih tepatnya memaksakan diri untuk terlihat bersemangat. "Ya, aku siap!"

Perjalanan dari rumah menuju sekolahnya terasa begitu cepat, dan Yerim terus melamun selama perjalanannya. Gadis itu terkesiap ketika melihat oppa-nya menoleh kearah belakang, menoleh kearahnya. "Kita sudah sampai"

Yerim segera beranjak turun dari motor sport milik Taehyung dan segera melepas helm yang dikenakannya perlahan. "Terima kasih karna sudah mengantarku."

Taehyung memberenggut sebelum akhirnya mengacak rambut Yerim. "Eiy, kau tidak perlu bersikap sopan seperti itu. Lupakan soal eomma, bagiku kau tetap adik kesayanganku."

Yerim tersenyum tipis sebelum akhirnya menarik jaket kulit yang dikenakan Taehyung. "Oppa, cepat turun dari motor."

Taehyung mengernyitkan dahinya dan Yerim mendengus melihatnya. "Cepat turun.", ulang Yerim sambil terus menarik jaketnya. Taehyung menyerah dan memilih mengikuti perkataan adiknya. Belum sempat pria itu berkata – kata, Yerim dengan cepat berjingkat dan mencium pipi Taehyung sekilas. Taehyung terkesiap dan mengerjap beberapa kali.

"Terima kasih, aku sungguh beruntung memiliki oppa yang baik sepertimu.", Yerim kemudian memeluk Taehyung tanpa menyadari bahwa kakaknya itu mematung. Taehyung mencoba berdeham beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum dan balas memeluk adiknya. "Ini sama sekali bukan gayamu, kau banyak sekali berterima kasih pagi ini. Ayo cepat masuk kelas, bel sebentar lagi berbunyi."

**

Bel istirahat berbunyi dan para siswa segera berlarian menuju kantin. Begitu pula dengan kelas 3 – 3, semua orang pergi keluar kelas kecuali satu. Anak baru dikelas itu, Jeon Jungkook. Pria itu menghela napasnya dan mengacak rambutnya dengan frustasi. Jika bel kali ini menandakan waktunya untuk istirahat, namun bagi Jungkook ini adalah saatnya membersihkan taman. Ya, pria itu mendapat hukuman karna telat pada hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya.

Sial, mereka pasti senang karna aku tidak dapat melakukan apapun disini. Jungkook mengumpat dalam hati. Dia merasa sangat yakin orang tuanya sengaja memindahkannya ke sekolah ini agar dia tidak bisa berkutik. Sekolah dengan puluhan peraturan ini tentunya akan membuat siswa pembuat onar seperti Jungkook berubah menjadi kutu buku dengan kacamata tebal. Sialan. Dengan malas, Jungkook melangkahkan kakinya menuju taman sekolah yang berada tepat di samping kiri gedung utama.

Jungkook kembali mengumpat dalam hati begitu melihat ruangan terbuka yang disebut – sebut taman sekolah itu. What the fart? Yang benar saja. Jungkook benar – benar berada dalam masalah. Pertama, taman itu luas sekali. Cukup luas untuk bermain bola disana. Kedua, mungkin memang tidak ada sampah disana, namun guru killer yang memberinya hukuman itu menyuruh Jungkook agar membersihkan daun – daun yang berguguran dengan tangan kosong. Guru itu pasti sudah gila. Taman ini penuh dengan daun – daun yang berguguran dan dia menyuruh Jungkook untuk membersihkannya sendirian, tanpa alat bantu.

Tanpa membuang waktu, Jungkook segera memunguti daun – daun yang berada didekatnya terlebih dahulu. Setelah tangannya penuh dengan daun – daun, pria itu segera membuangnya ke tempat sampah. Hal itu terus berulang hingga semuanya bersih. Ini hal yang sangat memalukan, playboy brengsek dan berandalan sekolah memungut sampah? Yang benar saja. Jungkook berharap tidak ada yang melihatnya saat ini. Dia juga berharap agar tidak ada orang yang sedang menghabiskan waktu istirahatnya di taman. Dia berharap agar sekali ini saja Tuhan mengabulkan permintaannya. Namun sayang, semuanya itu tidak terkabul. Baru saja Jungkook berdoa, pria itu mendapati sepasang sepatu kets berwarna putih dihadapannya. Sial.

Jungkook mengangkat kepalanya dan mendapati seorang gadis sedang duduk di bangku taman. Gadis itu kini sedang menatapnya heran. Salah tingkah, Jungkook segera berdiri tegak dan menjatuhkan kembali seluruh daun yang telah dipungutnya. Otaknya segera berpikir keras untuk berbohong. Namun belum sempat pria itu berkata – kata, gadis itu sudah mendahuluinya. "Kau sedang dihukum?"

Jungkook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dengan kikuk pria itu menangguk pelan dan memalingkan pandangannya. Gadis dihadapannya itu tersenyum kecil kemudian kembali bertanya. "Mau kubantu?"

Jungkook dengan cepat menatap mata gadis itu lalu kemudian dengan cepat ia mengangguk. "Kalau kau tidak keberatan", pernyataan itu dibalas si gadis. "Sama sekali tidak.", dan kemudian gadis itu segera memunguti daun – daun, diikuti dengan Jungkook disampingnya.

Selang beberapa menit kemudian, Jungkook tersadar. Wajah gadis itu tidak asing, dan Jungkook yakin dia pernah melihatnya disuatu tempat. Setelah menatap wajah gadis itu cukup lama, barulah Jungkook ingat siapa gadis itu. "Apakah kau si Panda?"

Gadis itu menoleh lalu mengernyit heran. "Siapa?"

"Kau si Panda kan? Gadis yang waktu itu pingsan di rumah sakit? Kau tidak mengingatku?", Jungkook menaikkan alisnya. Tidak mungkin ada gadis yang tidak mengingatnya.

Gadis itu terlihat mencoba mengingat – ngingat lalu kemudian memekik pelan setelah mengingat wajah pria yang menolongnya waktu itu. "Ah! Kau Jeon Jungkook kan?", gadis itu tertawa kecil sebelum kembali melanjutkan. "Aku bukan Panda, namaku Kim Yerim"

Yerim? Namanya terlalu bagus untuk seorang gadis dengan kantung mata hitam yang hampir menutupi pipinya. "Yerim? Nama yang bagus." balas Jungkook singkat dan kembali dibalas dengan senyuman oleh Yerim.

"Kau anak kelas tiga?"

"Tidak, aku kelas satu", jawab Yerim sopan dan dibalas dengan anggukan singkat dari Jungkook. Setelah itu mereka kembali memunguti daun dalam diam hingga selesai. Jungkook kemudian meregangkan seluruh otot – ototnya yang kaku setelah tugasnya selesai. Tiba – tiba saja sebuah memori terlintas dipikirannya. "Yerim, apa kau berniat untuk mengembalikan pakaianku?"

"Ah! Aku tidak membawanya hari ini. Tadinya aku berniat akan pulang dulu sebelum kembali ke rumah sakit. Aku tidak tahu kalau kau ternyata satu sekolah denganku. Maaf, besok akan aku kembalikan"

"Bagaimana kalau aku ikut ke rumahmu?"

"Tidak!", pekik Yerim spontan dan membuat Jungkook terbelalak. "Maksudku, tidak perlu. Kau tidak perlu ke rumahku. Aku akan membawanya besok,aku janji.", awalnya Jungkook ingin menyetujui begitu saja perkataan Yerim. Namun raut wajah Yerim yang panik membuatnya penasaran dan ingin mengerjai gadis itu. Dengan cepat Jungkook mengangguk mengiyakan perkataan Yerim. "Baiklah, besok dan jangan sampai lupa. Terima kasih untuk bantuannya, aku pergi dulu." Sambil melangkah santai, Jungkook mengeluarkan cengiran jahilnya.

Kim Yerim, aku punya kejutan untukmu.

Protect My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang