fifteen

885 130 1
                                    



Jungkook terbangun dan menyadari bahwa ada aktivitas yang terjadi di dalam rumahnya. Suara yang menurutnya mungkin dari dapur itu membuatnya terdiam sejenak. Jungkook ingat bahwa kedua orang tuanya tidak disini dan dia sendirian. Lalu siapa? Apakah pencuri? Pria itu tersentak begitu meyakini bahwa suara itu pasti ulah pencuri. Dengan sigap Jungkook segera bangun dari tidurnya lalu membawa selimut besarnya dan melangkah perlahan menuju dapur. Sampai di depan pintu dapur, pria itu mendengar bahwa langkah kaki itu mendekat. Dengan cepat Jungkook bersembunyi di samping pintu dapur, siap untuk menjebaknya. Saat sosok itu ada di depannya tanpa pikir panjang Jungkook segera menyelimuti tubuh pencuri itu dengan selimut besarnya seperti mumi, dan membopongnya kearah ruang tamu.

"Ya! sunbae lepaskan! Kenapa kau melakukan ini!?" Jungkook terdiam sejenak ketika mendengar kata sunbae. Matanya seketika terbelalak begitu mengingat bahwa ada seorang gadis yang menginap di rumahnya. Dengan cepat Jungkook menghempaskan tubuh gadis itu diatas sofa dan membiarkan gadis itu melepaskan dirinya dari lilitan selimut. Ah benar, Kim Yerim menginap dirumahnya semalam.

"Sunbae! Ini tidak lucu! Kau membuatku ketakutan setengah mati di pagi hari." Yerim menatap seniornya itu dengan kesal dan cemberut.

Jungkook tertawa melihatnya. Dia tidak suka dibentak siapapun tapi bentakan gadis ini berbeda, terdengar sangat lucu dan membuatnya gemas. Tunggu, apa? Gemas? Jungkook kembali menggaruk tengkuknya tanpa disadarinya lalu mengacuhkan gadis itu dan berjalan ke dapur. "Apa yang kau lakukan di dapurku?"

Yerim berjalan mengikutinya, masih dengan bibir yang mengerucut. "Aku membuatkan sarapan untuk kita. Karna tidak ada apa - apa di kulkasmu jadi aku membuat roti bakar dengan selai stroberi."

Jungkook merasakan perutnya berbunyi begitu melihat sarapannya, beberapa lembar roti bakar dan segelas susu. "Wah, apa ini bisa dimakan?"

"Aku tidak memaksamu untuk memakannya."

Jungkook kembali tertawa. "Baiklah, aku akan mandi lalu kita akan sarapan bersama. Ingat, sarapan bersama jadi jangan mendahuluiku." Yerim mengangguk lalu dengan cepat Jungkook berlari dan mandi dengan cepat.

Kini mereka berdua sudah ada di meja makan dan mulai menyantap sarapan mereka dalam diam. Jungkook sesekali mengamati Yerim yang sibuk melahap roti miliknya. Pria itu penasaran dengan alasan Yerim tidak ingin bertemu eomma-nya. Apakah mereka bertengkar hebat? Ataukah Yerim marah karna eomma-nya sakit? Atau karna hal lain? Jungkook benar - benar ingin tahu.

"Yerim-a" Yerim menoleh saat seniornya itu memanggilnya. "Ya, sunbae?"

Jungkook berdeham beberapa kali. "Karna aku sudah membantumu melepaskan diri dari kakakmu dan juga membiarkanmu menginap disini, apa aku boleh tahu alasan kau menolak bertemu ibumu?"

Jungkook dapat melihat bahwa gadis itu tersentak walaupun dia berusaha sekuat mungkin agar tidak terlihat. Rahangnya mengeras dan gadis itu seakan sedang mencari kalimat yang tepat untuk mengatakannya, atau mungkin mencari alasan untuk berbohong. "Uh... eomma adalah orang yang sibuk." Yerim menatap Jungkook dan melihat bahwa pria itu menunggu kelanjutannya. "Kita jarang bertukar cerita dan mengobrol layaknya anak dan ibu."

"Hanya itu?" Jungkook memilih angkat bicara ketika melihat bahwa Yerim enggan untuk melanjutkan pekataannya.

Yerim menekan kedua bibirnya menjadi garis tipis sebelum akhirnya melanjutkan. "Aku berpikir bahwa kita jarang berbicara dan melewatkan waktu bersama karna eomma sibuk. Tidak punya waktu yang cukup untuk sekadar menyapaku. Tapi ternyata aku salah." Gadis itu menarik napas panjang sebelum melanjutkan "Semua itu bukan karna dia sibuk, tapi karna dia membenciku."

Jungkook menaikkan alisnya. Awalnya dia enggan untuk menanyakan kelanjutannya karna mata gadis itu mulai berkaca - kaca. Namun rasa ingin tahunya mengalahkannya. "Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Mungkin saja itu hanya-"

"Karna aku bukan anak kandungnya, dan aku mendengar eomma mengatakan bahwa eomma membenciku saat aku menjenguknya di rumah sakit." Airmata Yerim meluncur bebas tanpa disadarinya. Jungkook dengan segera menghampiri gadis itu lalu memeluknya. Jungkook tidak pernah seperti ini pada gadis manapun, semua gadis selalu memeluknya duluan untuk mencari rasa nyaman. Namun kali ini entah kenapa Jungkook merasa empati dan ingin memeluk gadis ini. Memberinya rasa nyaman dan meyakinkannya bahwa semuanya akan baik - baik saja.

Jungkook semakin mengeratkan pelukannya saat mendengar Yerim semakin histeris. "Shh.. shh.. semuanya akan baik - baik saja." Jungkook kemudian melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Yerim lalu menghapus tetesan airmata yang masih mengalir bebas di pipi gadis itu. "Aku tidak tahu rasanya mendengar bahwa kau bukanlah anak kandung dari orang yang selama ini kau anggap sebagai orang tuamu, namun menghindarinya bukanlah cara yang baik. Mungkin mereka memang menyakitimu tapi bukan berarti itu dijadikan sebuah alasan untuk tidak memaafkan mereka. Kau harus memberinya kesempatan."

Jungkook menatap manik mata coklat yang meredup itu. Pancaran kebahagiaan dan kehangatan hilang dari matanya. "Kau harus jadi berani dan menemuinya. Lagipula ibumu sedang sakit, dan pikiran akan kau yang terus menolak untuk menemuinya akan memperburuk kondisinya."

Jungkook kembali menghapus tetesan airmata terakhir yang jatuh dari mata berwarna coklat itu. "Kau harus menemuinya."


**

ini dia chapter baru untuk ff ini! untuk para pembaca ff ini, mohon maaf atas keterlambatan update, soalnya authornya udah mulai ngampus lagi jadi susah untuk update ;A;

tapi diusahakan kok tenang, soalnya author juga seneng ini ff ada yang baca (?)

so, see ya on the next chapter!

Protect My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang