Four

1K 155 2
                                    

Oppa,maaf tapi aku rasa aku akan terlambat. Aku lupa membawa payung dan bunga mataharinya hancur. Mungkin aku akan membelinya lagi nanti.

Sudah hampir tiga puluh menit setelah Yerim mengiriminya pesan, namun gadis manis itu masih belum menampakkan dirinya. Taehyung terus menatap jendela kaca yang sedang dihujani ribuan tetesan air tanpa henti itu. Diluar hujan dan Taehyung yakin kalau adiknya itu tidak pernah membawa baju hangat atau jaket. Taehyung sangat khawatir dan ingin menjemput adiknya, namun perkataan Ibunya sesaat lalu masih membuatnya diam terpaku.

"Eomma, apa itu benar?", Taehyung syok. Berulang kali pria ini terus menggumamkan pertanyaan yang sama.

Nyonya Kim yang terbaring lemah itu hanya bisa terdiam. Dia tahu dia harus mengatakan sesuatu untuk meredam emosi anaknya yang sebentar lagi akan meledak. Namun seluruh tenaganya terasa terkuras habis dan tidak ada lagi yang tersisa untuk melawan emosi anak sulungnya yang sedang memuncak. Bukan, tetapi anak tunggalnya.

Taehyung menatap eomma-nya dengan tatapan penuh benci."Ini gila! Jadi inikah alasannya kenapa eomma terus – menerus bekerja tanpa henti!? Menghindarinya seperti ini!?", Taehyung menarik napas dalam – dalam sebelum melanjutkan perkataannya. "Dia anakmu! Sekalipun dia bukan anak kandungmu tapi kau telah mengangkatnya menjadi anakmu, maka sudah seharusnya kau menganggapnya begitu!", merasa bahwa bentakannya tidak cukup untuk menyalurkan emosinya, Taehyung yang kalap segera melemparkan kursi yang ada disamping tempat tidur Ibunya dengan asal, berjalan menjauh dan membanting pintu dengan kasar.

Untuk pertama kalinya Taehyung benar – benar membenci Ibunya. Dia membenci sikap eomma-nya. Memasang topeng didepan adiknya dan berpura – pura sibuk demi menjauhi dan meminimalisir interaksi diantara keduanya. Tidak seharusnya dia seperti itu. Tidak seharusnya Ibunya mengabaikan Yerim hanya karna dia anak angkat. Jika dari awal Ibunya membenci Yerim, seharusnya eomma-nya itu tidak mengambil Yerim dan mengangkatnya sebagai anak. Ini benar – benar kacau, Yerim tidak boleh mendengarnya. Dengan gagasan itulah, Taehyung merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya untuk menelepon Yerim.

**

Gadis itu mengenaskan. Jungkook heran kenapa masih ada gadis dengan wajah mengenaskan seperti itu. Kantung mata yang seakan menutupi tulang pipinya, matanya yang sembab, serta rambut coklatnya yang sepertinya disisir dengan asal. Mengenaskan. Ditambah lagi dengan kejadian jatuh pingsan itu, gadis ini pasti memiliki kehidupan yang juga mengenaskan. Mungkin dicampakan oleh seorang pria? Bisa jadi, karna wajahnya yang kacau itu persis seperti gadis – gadis lain yang dicampakkan Jungkook.

"Apakah anda kekasih dari gadis ini?", seorang dokter yang merupakan wanita cantik dengan tiba – tiba muncul dihadapan Jungkook. Kening Jungkook mengernyit sebelum akhirnya menangguk pelan dengan senyum hambarnya.

Wanita dengan body  gitar Spanyol ini tersenyum manis kemudian melanjutkan. "Kekasihmu yang manis itu hanya kelelahan. Dia butuh istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaganya." Wanita itu melirik pakaian rumah sakit Jungkook. "Mungkin dia harus menginap disini, karna diluar hujan deras dan kau sudah pasti tidak bisa mengantarnya"

Jungkook kembali tersenyum kikuk seraya dokter itu menghilang, setelah itu dia mendengus. Manis? Kekasihku? Yang benar saja, dokter itu memiliki mata yang buruk. Gadis yang bukan kekasihnya itu terlihat mengenaskan, bukan manis.

Jungkook kemudian melirik gadis yang kini sepertinya sedang menjawab telepon seseorang sambil duduk dari tempat tidurnya. Setelah selesai menelpon, gadis itu memegangi kepalanya sebelum kemudian menyapukan pandangannya kebingungan.

"Kau pingsan, dan aku membawamu kesini karna akulah yang paling dekat denganmu saat itu.", Jungkook berkata tak acuh sambil mengulurkan sebotol air mineral pada gadis itu. Gadis itu kemudian mengambil botol tersebut dengan ragu sebelum kemudian membuka tutupnya. Jungkook melirik gadis dihadapannya yang sepertinya kesusahan dalam membuka tutup botol. Tanpa bertanya lebih dahulu, Jungkook segera merebut botol itu lalu membukanya sebelum memberikannya kembali pada gadis itu.

Gadis itu tersenyum sekilas. Senyum yang membuat Jungkook bergidik ngeri. Setelah menenggak air itu hingga setengahnya, gadis itu menyadari ada yang berbeda darinya. Seragamnya telah berganti dengan hoodie dan celana training kebesaran. Sebelum gadis itu kembali kebingungan, Jungkook buru – buru berkata. "Perawat yang ingin mengganti bajumu mengatakan bahwa kau tidak membawa pakaian ganti, untuk itu aku memberikan pakaian itu untuk kau pakai.", Jungkook tersenyum jahil sebelum melanjutkan. "Kau bisa membawanya kemudian mencucinya, sudah dua hari aku belum mencucinya"

Gadis itu tercengang sesaat sebelum berinisiatif untuk mencium hoodie yang dipakainya. Jungkook terkekeh pelan sebelum kemudian berkata. "Aku Jeon Jungkook. Namamu?"

"Aku- "

Greb!

Belum sempat gadis itu menjawab pertanyaannya, tiba – tiba seorang pria datang begitu saja lalu memeluknya. "Oppa tidak menyangka kau ada disini. Kau kenapa?", pria itu mencecar gadis mengenaskan itu dengan berbagai pertanyaan yang malas untuk didengar Jungkook. Baiklah Panda, sampai bertemu lagi. Jungkook memilih melangkah menjauh dari tempat itu.

Protect My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang