Twenty One

697 99 6
                                    

Sudah lebih dari dua jam kamar dengan dekorasi yang sangat girly ­itu penuh dengan suara isak tangis. Pemilik kamar itu -yang tentu saja seorang gadis- baru saja mendapat telepon dari seseorang yang sangat diharapkannya, namun sayangnya berita yang dibawa orang itu berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Gadis itu menggenggam ponsel dengan layar retaknya kuat - kuat sebelum akhirnya melempar benda malang itu hingga sepenuhnya mati.

Yein tadi sore kembali menunggu Jungkook untuk mengajaknya pulang bersama. Gadis itu juga ingin memastikan bahwa oppa yang merupakan kekasihnya itu tidak macam - macam dengan gadis yang bernama Yerim. Yein juga sudah siap untuk menjambak gadis itu jika dia masih juga pulang bersama Jungkook. Namun sayangnya Yein tidak menemukan Jungkook di sekolah. Mingyu sunbae mengatakan bahwa oppa-nya itu sempat menyapanya namun dia tidak ke kelas, melainkan ke koridor kelas satu dan tidak kembali sampai sore ini.

Yein yakin bahwa Jungkook oppa pasti pergi membolos bersama gadis itu, maka dari itu dia berusaha menelepon Jungkook. Sayangnya Jungkook menelepon duluan dan tanpa basa - basi lagi pria itu mengatakan hal yang sangat tidak ingin didengarnya. Kalimat yang dulu mereka sepakati hanya boleh diucapkan oleh Yein.

"Yein-a maaf, kupikir kau tidak akan bertahan lama dengan keadaan kita ini tapi nyatanya aku yang lebih dulu tidak tahan. Kita sudahi saja sampai disini." Dan panggilan itu terputus begitu saja tanpa sempat membiarkan Yein membuka mulut.

Sampai saat ini kata - kata itu terus ter-ngiang di kepala Yein. Gadis itu sama sekali tidak menyangka hubungan mereka akan berakhir seperti ini. Yein sangat menyukai Jungkook. Jauh sebelum Jungkook mengenal Yerim, Halla dan bahkan beberapa mantan kekasih Jungkook yang lain. Gadis itu sudah menyukai Jungkook semenjak mereka masih di bangku Sekolah Menegah Pertama. Jungkook yang dulu sama sekali jauh dari kata brengsek. Pria itu sangat baik dan ramah pada siapa saja. Sosok pria yang hangat dan ramah dengan berbagai ke isengan yang membuat Yein jatuh hati padanya. Dan Yein yakin sosok itu masih ada sampai sekarang, untuk itulah dia terus menyimpan rasa pada Jungkook dan berharap impiannya akan menjadi kenyataan.

Yein sangat menyadari bahwa Jungkook tidak menyukainya. Pria itu hanya sebatas menyukai Yein sebagai teman sekolah, tidak lebih. Namun tidak ada salahnya untuk berusaha kan? Maka dari itulah Yein terus berusaha agar Jungkook menjadi miliknya. Yein akhirnya memiliki kesempatan untuk dapat memiliki Jungkook melalui Halla. Gadis itu berpikir bahwa cukup dengan memiliki Jungkook maka semuanya akan baik - baik saja. Cukup dengan Jungkook yang tidak macam - macam maka Yein bisa mengontrol semuanya. Sayangnya Yein lupa hal terpenting, dia tidak memiliki hati Jungkook.

Dengan putus asa gadis itu berlari keluar dengan piyama dan sandal rumahnya. Ini tidak akan berakhir di sini, Jungkook hanya bermain - main seperti biasa. Dia harus tahu bahwa akulah yang terbaik, bukan gadis dengan senyum bodoh itu.

**

Jungkook masuk ke dalam kamarnya sambil tersenyum lebar. Memori akan wajah Yerim yang kaget saat di ciumnya masih terus berputar di pikirannya terutama saat mata coklat gadis itu membulat penuh diiringi dengan semburat merah muda di pipinya. Lamunannya buyar ketika ponselnya berdering tanda ada satu pesan yang masuk.

Apa sunbae sudah sampai di rumah? Diluar turun hujan yang deras jadi kuharap kau sudah sampai. Lihat siapa yang perhatian sekarang ini, Kim Yerim benar - benar manis. Jungkook mengalihkan pandangannya dari ponsel lalu dengan cepat berjalan ke arah jendela dan membukanya. Benar, di luar hujan turun dengan derasnya dan Jungkook kembali tersenyum saat mengingat pesan Yerim. Aku sudah sampai, bagaimana denganmu? Aku rasa sudah. Jungkook membalas pesan itu lalu berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian bersih, pria itu berniat untuk membersihkan tubuhnya yang tidak nyaman karna keringat dan polusi yang menerpanya seharian ini.

Protect My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang