CHAPTER 4 : PSIKOPAT

63 3 0
                                    

Semua terdiam kecuali awalina yang sedang menangis, audy pun memegang tangannya dengan erat, awalina langsung menagis di pundaknya sambil menggumamkan "gw... gak mau...gak mau..." audy menyadari ada sedikit darah di pundak dan pipi kanan awalina dari utami. Dimitri melihat mereka berdua

"audy bisakah kau tolong buat awalina diam"

audy menatapnya dengan sinis dan reza mengatakan "lo yang diem berengsek" dengan racun di setiap katanya. Dimitri melihat ke arah yang lain menikmati setiap eksresi di kandidat-kandidatnya, audy, reza, bagas menatap nya dengan dingin, asti masih menatap bercak darah di tempat meja utami dengan ekspressi takut dan kaget,  saddam dengan sikut di meja menutup wajahnya dengan tangannya tapi terlihat jelas dia gemetaran dan ratu yang memiliki tatapan kosong. Dimitri tersenyum "kita harus melanjutkan gamenya."

Audy memeluk awalina dan berbicara dengan pelan "lina..lina... kita harus main" awalina hanya bisa mengelengkan kepalanya baju audy mulai basah dari air matanya, tapi audy terus bicara dengan lembut audy mengelus rambut awalina seperti saat mereka smp "lina... kita harus main atau kita bakal di bunuh... lina lo mesti bisa bertahan" setelah beberapa saat awalina tenang. Dimitri tersenyum lagi

"nah... sekarang ayo kita lanjutkan gamenya...."

Seseorang memakaikan alatnya ke asti, asti dengan ketakutan hampir berteriak dan Regina memberikan remotnya ke reza

"reza, pertanyaan yang sama kau lebih pilih menyetrum dirimu atau asti..." reza menengok ke arah asti yang ketakutan "merah buat sendiri, biru buat asti?" dimitri mengangguk

dan reza tanpa ragu-ragu menekan tombol merah dan seluruh tubuhnya langsung kejang karna llistriknya yang ternyata besar audy, bagas, asti, dan saddam bangun dari kursinya "REZA!!!!" Dimtri langsung memberi sinyal pada bodyguard di belakang mereka yang langsung menodongkan senjatanya.

Setelah beberapa detik reza berhenti dan langsung dengan lemas bersender ke meja, audy perlahan menyentuh pundaknya "reza?" dan reza membuka mata dan menengok ke asti. Yang lain melihat ekspresinya bertekat. Dimitri memotong mereka "itu tadi bagus sekali reza, ayo kita lanjutkan"

Orang lain melepaskan alatnya dari reza dan memindahkannya ke audy. asti di berikan remotnya, audy mengangguk ke arah asti. Dan asti mengambil nafas dalam ia menutup matanya dan dengan cepat menekan tombol merah. Semua kaget dan asti mulai kejang-kejang untuk beberapa detik lalu seperti reza dia jatuh ke meja dengan lemas audy memanggilnya "asti lo gak papa ?!... bloon! aturan lo pencet biru!!!"

Lalu audy di berikan remotnya dan seseorang melepas mesinnya dari asti dan memakaikan nya ke saddam. Saddam hanya mengangguk dan berkata "gak papa dy... pencet biru" audy menggelengkan kepalanya dan memencet merah. Tanpa di ketahui yang lain Damian memberi isyarat pada orang yang menangani mesinnya

Sakit. semua tubuhnya sakit, itu yang dirasakan audy separti ratusan jarum menusuk tubuhnya dan beberapa detik itu terasa sangat panjang. Hingga semua berhenti dan tubuhnya sangat lemas dia tidak bisa bergerak. Yang lain melihat asap keluar dari kabel yang menyambung ke kepalanya. Bagas langsung melihat ada yang salah "AUDY !!!! kenapa.... setting dia beda dari yang lain.... " reza langsung memeriksa audy yang masih lemas "audy... lo gak papa?!..." audy pelan-pelan mejawab

"... gw kenapa-napa..."

damian tertawa, mengejutkan yang lain, karna tertawa yang seharusnya penuh kegembiraan dan kebahagiaan, tertawanya berisikan kegilaan dan terdengar jahat. Dimitri melihat anaknya bertingkah seperti itu hanya menghela nafas dan bicara "maafkan anak ku kadang dia suka jahil" dan yang lain pun menyadari. mereka berdua psikopat

Asti berteriak "ITU TADI GAK ADIL!!!!"

Dimitri hanya memberi mereka sinyal untuk melanjutkan permainannya. Seseorang melepaskan alatnya dari kepala audy tidak memperdulikan keadaannya, awalina di pakaikan dan saddam di berikan remotnya, saddam dengan ragu menegok ke audy lalu damian yang masih tersenyum. Saddam mengambil nafas dalam-dalam dan menekan merah, seluruh tubuhnya kejang dan ia pun lemas. 

Mesin itu di pakaikan ke bagas awalina juga mengambil nafas untuk mempersiapkan diri dan menekan merah. Saat mesin itu di lepas dan di pakaikan ke ratu bagas tanpa ragu menekan tombol merah menunjukan keberaniannya

lalu mereka semua perotes saat melihat mesin itu di pakaikan kembali ke reza. Dimitri hanya berkata "jika kalian protes aku akan mengulang proses ini" reza menatap mereka semua dan saat remotnya di berikan ke ratu, tanpa ragu-ragu ratu menekan tombol biru, semua kandidat menatap ratu degan tatapan kaget yang langsung berubah menjadi marah, ratu melihat tatapan mereka dan menjawab

"APA!!!! Gw disini buat berkompetisi bukan buat bantu lo semua!!! dan gw bakal menang". Reza berakasi sangat parah, setelah beberapa saat reza menunduk ke lantai dan muntah

"itu tadi bagus sekali ratu. kita akan istirahat dulu sementara, tolong jangan lakukan hal bodoh pelayan ku tidak akan ragu membunuh kalian. Untung saja kita sudah bersiap untuk mengatasi semua ini. Regina siapkan staff untuk ronde dua, tutupi semua tembok dan hal-hal lain yang mahal dengan pelastik, damian dan aku akan kembali nanti" ucap dimitri saat dia dan Damian bangun dan keluar ruangan

Pelayan datang membawa banyak lembaran pelastik untuk menutupi dinding, lantai dan barang-barang mahal, seperti instruksi Dimitri, mereka juga membersihkan muntahan reza. Audy langsung ingat keadaan reza, yang baru sadar dan coba mengangkat kepalanya ke meja sambil batuk. Kepala audy pun masih pusing dari shock dan bau muntahan reza tidak membatunya.

"ini gila...." bisik audy "dia bakal bunuh kita"

"REZA!!! Lo gak papa?" tanya bagas saat reza mengangkat kepalanya dan bersender ke kursinya, reza hanya mengangguk belum sanggup bicara. Bagas menengok ke yang lain "kalian yang lain gimana..."

Audy melihat ke arah awalina yang dengan gemetaran mengangguk, memberi sinyal dia tidak apa-apa dan yang lain juga mengangguk

"kita mesti ngapain sekarang!?" tanya asti dengan panik dan menatap mereka bergantian "itu tadi ronde pertama, psikopat itu bakal ngapain buat ronde dua?" Bagas coba menenangkan yang lain "kita mesti tenang. Nanti begitu kita punya kesempatan kita kagetin mereka dan langsug lari, sekarang gw saranin kita semua main ikutin peraturan dan berusaha gak kebunuh"

Saat itu Dimitri dan Damian kembali memasuki ruangan dan kembali duduk di bangkunya, dimitri tersenyum melihat semua kandidatnya memperhatikan dia dengan ketakutan dan amarah "hallo lagi semua, siap untuk ronde dua?" dia menengok sekitar dan menyadari reza yang masih bernafas berat dan lemas "reza...? kau sadar?" reza tidak menjawab "Regina tolong lain kali jangan naikkan tenaga listriknya terlalu banyak"

Yang lain hanya bisa menatap reza dengan kawatir. 'mereka naikin tenaganya lebih makanya reaksi reza lebih parah' pikir audy. Damian bangun dari kursinya menghampiri awalina menanyakan "kau tidak papa awalina... kau gemetaran..." sebelum Damian bisa menyentuh temannya audy secara refleks memukul tangan damian dan menatapnya dengan marah yang dibalas damian menatapnya dengan tatapan yang mematikan.

"Audy....." audy langsung menatap dimitri yang memanggil namanya "karna kau sangat semangat ayo kita mulai dengan mu" ucap Dimitri dengan marah bangun dan berjalan ke belakang kursi audy "apa kau lebih memilih....." dimitri meletakan pisau perak besar yang terlihat mematikan di depannya "....menikam awalina di paha dengan pisau ini"

Audy sangat kaget dia berhenti bernafas

".... atau..." pisau lain yang lebih kecil tapi jauh lebih tajam di letakan di sebelahnya

 "...memotong jari telunjuk reza dengan paksa?"

PILIHAN TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang