CHAPTER 8 : JALAN KELUAR

49 0 1
                                    

"dia sudah mati..."

Asti pun berteriak

merenggut rambutnya sendiri dengan kecang asti berteriak. yang lain sangat kaget mereka tidak bisa bicara. Awalina meneteskan air matanya, bagas menutup matanya dengan erat tidak mau melihat saddam dan menahan air matanya, reza menatap dimitri dan damian dengan penuh amarah, audy tidak bisa memalingkan matanya dari tubuh saddam yang sedang di angkat dua orang.

"gw gak maksud... ini bukan... engak! Boong! BOONG!!!!" Asti terus mengatakan itu sambil menggelengkan kepalanya.

"eliminasi kedua kita malam ini adalah saddam, selamat kepada asti yang mengurangi lawan kalian. Hah itu tadi sangat mengesankan untung kau melakukan itu asti, terimakasih barusan itu sangat menghibur" dimitri terdengar sangat senang. Damian diantara lain hanya terlihat bosan. Lalu dimitri menepuk tangan "sekarang. Tadi seharusnya ini adalah giliran saddam, tapi karna dia tereliminasi sekarang giliran ratu. Ratu, apa kau lebih pilih memotong tangan reza-"

Reza mendengarnya, mengeram dengan kesal.

"... atau ..." dimitri tersenyum lebar mengambil pisau besar yang baru dan memberikannya ke ratu "... tikam pemain manapun yang kau pilih?"

Ratu yang sejak tadi tidak bersuara, langsung berdiri dan mengambil pisaunya dari tangan dimitri. Dia melihat ke arah mereka satu persatu menatap mata ratu yang dingin, lalu ratu bicara "kalo lo semua belum tau. Game ini bukan tentang kerjasama atau nolong satu sama lain. Game ini tentang cari cara buat eliminasi pemain lain terus menangin duitnya!" untuk sesaat dia menatap awalina dengan sinis "gw gak bakal main tim sama lo semua, gw disini buat menangin duitnya. Gw gak peduli sama lo semua" dengan itu ratu berjalan mengitari meja masih mengunci matanya dengan awalina yang mulai takut.

Ratu berhenti sejenak untuk bertanya "boleh tikam di mana aja kan?" dimitri melihatnya dengan senyuman "tolong di bawah pundak. Tapi iya, di mana saja"

Ratu berhenti diantara audy dan awalina. Ratu masih menatap awalina, audy tanpa berfikir langsung mengenggam lengan ratu dengan tangan kanannya, audy tau ratu akan mengincar awalina, tidak memperdulikan jarinya audy menahan tangan ratu "lo sakitin temen gw. Gw bun- akh!" ratu dengan cepat menancapkan pisaunya ke sisi kanan audy, dan langsung di keluarkan. Audy terjatuh dari kursinya, Pisaunya menancap di antara rusuk nya. Audy sangat kawatir pisau itu menusuk paru-paru nya.

"AUDY!" awalina dan yang lain ingin bangun dan memeriksanya tapi seperti apa yang terjadi pada saddam. Senjata di arahkan ke kepala mereka. Ratu dengan puas kembali ke kursinya

"audy! AUDY!" setelah beberapa saat audy baru sadar awalina, bagas, reza dan asti memanggil namanya. Audy tidak bisa befikir jernih, sekali lagi tubuhnya terasa terbakar dan kali ini rasanya lebih sakit dari kehilangan jari. Audy tidak menghiraukan awalina dan reza yang membantu dia duduk kembali, atau awalina yang mengikat sesuatu ke dadanya.

"AWALINA!" teriak dimitri dengan kesal melihat perhatian mereka bertiga teralihkan lagi "sekarang giliranmu!"

"TUNGGU SEBENTAR!!!" audy tidak pernah melihat awalina marah sebelum nya. Awalina terus mengikat yang ternyata tangan jaket asti yang di robek bagas mengunakan pisau yang masih ada di meja. Audy mencoba untuk duduk tegak tapi ia hanya akan jatuh lagi dan di tangkap oleh awalina dan reza. "jangan bergerak dulu dy! Ini bakal sakit banget sementara" audy setelah beberapa detik bisa menjawab "...gw juga tau itu.... anjing... sakit banget" awalina akhirnya selesai "tahan dulu dy..."

Dimitri sudah tidak sabar lagi "AWALINA! Ayo kita lanjutkan permainannya. Apa kau lebih memilih potong tangan reza atau... tikam ratu?"

'itu orang! Sengaja bikin kita ngelawan satu sama lain' pikir, bukan hanya audy tapi juga reza dan bagas. Audy tadinya yakin awalina tidak akan tertipu dimitri, tapi awalina langsung mengambil pisau yang sama digunakan untuk menikam audy dan menghampiri ratu sambil pincang, awalina dengan marah mengatakan "lo rasain ini!" lalu awalina menancapkan pisaunya ke paha kanan ratu dengan kencang. Sebelum pisau itu di lepas ratu dengan kesal menonjok awalina hingga ia terjatuh.

Damian dengan senang menghampiri awalina dan 'membantunya bangun' dengan banyak sentuhan, awalina langsung melepas dirinya dari damian yang hanya tersenyum sadis. Awalina langsung kembali ke kursinya

"damian." ucap Dimitri dengan tegas, damian memberinya tatapan yang mematikan sebelum kembali duduk

"audy, lo udah mendingan blom...?" tanya reza masih mengecek audy, yang masih merasa pusing karna rasa sakit. Audy mengambil nafas dalam dan membalasnya "kayaknya- u...udah mendingan... gak papa kok" audy bohong, tapi rasa sakitnya mulai mereda walau masih sangat sakit. Dimitri memperhatikannya dengan penasaran saat audy mulai duduk dengan sendirinya , akhirnya audy menemukan posisi yang nyaman dengan menyender ke meja tidak memperdulikan darahnya sendiri atau jarinya yang masih ada di meja.

"ronde ini sudah selesai... kerja yang bagus semuanya. Sekarang kita istirahat dulu sebentar sebelum ronde tiga. Tolong tenangkan diri dulu untuk beberapa menit sementara aku dan damian mempersiapkan hal-hal yang di perlukan" dan dengan itu dimitri meninggalkan ruangan sambil menarik damian dengan kasar.

Bagas langsung melihat ke arah audy "audy!!! Gimana luka lo?!" audy menganggut dengan lemah "tahan dulu ok! Gw punya ide"

Bagas menjelaskan idenya yang sederhana. Tunggu damian dan dimitri kembali dan sebelum mereka berdua menyadari apapun, mereka lari sebelum suruhan dimitri mengunci pintunya, mereka masih ingat arahnya. Ada dua pintu di ruangan itu, pintu ke arah ruang tamu yang sebelumnya mereka lewati dan pintu yang mereka tidak ketahui di samping nya. Rencana bagas itu sederhana dan banyak kekurangan tapi hanya itu rencana yang mereka bisa gunakan disaat seperti ini.

Setelah dijelaskan tidak ada yang berpendapat apapun, bahkan ratu hanya diam memegangi pahanya, menahan darah yang masih menetes keluar. Mereka pun menunggu

Akhirnya, pintu terbuka dan dimitri bejalan masuk. Di mata audy semua bergerak seperti slow motion begitu damian terlihat di belakang dimitri, bagas berteriak "SEKARANG!" lima kursi langsung jatuh kebelakang menabrak ke lantai saat mereka semua, kecuali ratu, loncat berdiri dan berlari ke pintu yang mengarah ke lorong gelap di terangi cahaya bulan

Audy berlari sekuat tenaga menuju pintu besar yang menuju ke ruang tamu tempat mereka semua berkumpul sebelumnya, mengabaikan sakit di sisi kanannya yang masih berdarah

BANG!!!!!! BANG!!!!

Suara tembakan bisa terdengar di belakang tapi ia tidak berani berhenti untuk mengecek yang lain. satu-satunya hal yang ada di otaknya hanya dia harus pergi dari tempat terkutuk ini dan kembali ke rumahsakit dimana ayahnya mungkin sudah bangun dan kawatir di mana putrinya

Audy sampai terlebih dulu dan langsung mendorong pintu itu terbuka. ia terus berlari melewati lorong gelap yang hanya di terangi cahaya bulan dari jendela besar yang pasti terkunci. sebelum ia mencapai ruang tamu secara tiba-tiba tubuh besar seseorang menghantamnya ke lantai, dunia berputar untuk sementara dan tanpa di ketahuninya ia sudah terbaring di lantai seseorang ada di atasnya. sisi sebelah kanannya terasa terbakar dan ia langsung tau luka tikamannya terbuka lagi

_____________PILIHAN_______________

Untuk audy ini adalah malam paling mengerikan untuk nya. Damian masih menahan kedua tangan nya di atas kepala audy hanya dengan satu tangan, tangan lain di gunakan untuk menodongkan pistol ke wajahnya.

Damian mendekati audy lagi untuk membisikan sesuatu ke kupingnya. Nafasnya terasa panas di kuping audy, lalu dia membisikan sesuatu kekupingnya, audy berhenti bergerak. Ia tidak bisa bernafas. Dia tidak bisa melihat apapun selain merah amarah. Setelah Damian selesai ia menjilat leher audy yang masih tidak bisa bergerak dan mundur dengan puas melihat ekspressi audy yang terkejut dan takut berubah menjadi marah

"lo sentuh temen gw. Gw bun-.." Damian memukul wajah audy dengan senjatanya, dengan senyuman yang sinis ia tertawa kecil dan berkata

"... kau?... membunuh ku?....bagai mana kau melakukannya jika kau mati disini"

Audy mencoba melawan lagi, Tapi setelah semua hal yang ia alami dia tidak punya cukup tenaga, Damian mengarahkan pistolnya di kepala audy lalu....

BANG!!!!!

MPpIu

PILIHAN TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang