CHAPTER 11 : PENUH DARAH

66 0 0
                                    

Dimitri tersenyum dan mengatakan

"kita akan menyalahkan kembang api di tangan mu..."

"APA!!!" asti, audy, awalina dan reza teriak secara bersamaan, asti menatap dimitri dengan panik "lo gak mungkin serius !!!! GAK BISA LAH !!!! lo mau gw ledakin TANGAN GW SENDIRI!!!!!"

Dimitri tidak menghiraukannya "Regina, ambil barang-barang yang di perlukan untuk pilihan asti" regina dengan cepat kembali membawa kotak kayu, dimitri dengan santai bicara

"asti, agar tidak terlalu berantakan bisakah kau berdiri? Karna mungkin hal ini akan sedikit berantakan ke mana-mana" ucap dimitri pindah ke belakang asti untuk menarik lengannya hingga asti berdiri beberapa orang meletakan lapisan plastik ke atas meja dan dimitri memberinya benda bundar besar berwarna merah dengan tali di satu sisinya

"INI BUKAN KEMBANG API BIASA!!!! INI BOM!!!"

teriak asti dengan panik, lalu dua orang dengan paksa menahan tangan nya seperti yang mereka lakukan sebelumnya pada audy. Dua orang itu dengan paksa meletakan bomnya di tangan kanan asti lalu membukus nya dengan lakban, hanya meninggalkan tali sumbunya keluar, melihatnya reza dan audy hampir bangun dari kursi mereka jika bukan pistol yang di todongkan lagi ke kepala mereka

Asti dengan panik mulai menangis " jangan... tolong... jangan...." dimitri memberinya korek api "asti nyalahkan sumbunya saat kau siap" lalu dimitri mundur beberapa langkah. Asti yang menangis tidak bisa melakukannya

"nyalahkan sumbunya asti!!!" ucap dimitri dengan paksa

Asti hanya bisa melihat tangan nya dengan panik, air mata dengan deras berjatuhan ke pipinya, yang lain dengan tegang memperhatikan asti

"NYALAHKAN !!!!" ulang dimitri dengan marah

Asti dengan cepat menyalahkan sumbunya yang secara perlahan terbakar. lalu dimitri tersenyum puas dan berkata "kau tau, mungkin kembang api ini tidak berkerja atau sudah rusak" asti melihat ke arahnya dengan penuh harapan

"kalo gak nyalah gak bakal di ulang kan?" tanya asti dengan tertawa kecil kosong selagi dia masih menangis

Dimitri tersenyum dan mengatakan "tentu saja tidak"

Seluruh ruangan hening, hanya terdengar suara sumbu yang hampir terbakar habis. Mereka semua memperhatikan sumbunya makin pendek tiap detik dengan penuh ketegangan.

asti berhenti bernafas melihat sumbunya terbakar...

terbakar....

dan habis....

sumbu itu habis dan tidak ada yang terjadi, tidak ada suara apapun, semua mata tertuju ke bom yang masih tertempel ke tangan asti, menunggu sesuatu terjadi

asti tersenyum lega "hah..... mu-mungkin gak bakal me-"

SPLAT!!!!

audy secara tiba-tiba merasakan sesuatu yang basah ter puncrat ke wajahnya mengenai mata hingga ia tidak bisa melihat apapun

lalu di ikuti dengan teriakan yang membuat telinganya bergetar, lalu orang lain ikut berteriak membuat kepalanya pusing. Audy dengan cepat mengusap wajahnya, membersihkan wajahya dari sesuatu yang lengket, dan saat audy membuka matanya. Merah... tangan audy merah dari darah, audy mengusap sesuatu dari wajahnya dan langsung mengangkat tangan nya dan melihat hal yang sama.

Merah... darah... audy melihat ke arah asti

asti masih berdiri. Wajah nya masih memiliki ekspresi kaget dan terror. Dan asti pun berteriak, audy bisa melihat kenapa... tangannya....


asti tidak memiliki tangan...

lengan asti berhenti tepat di atas siku, tulang putih ke abu-abuan dan otot merah terang bisa terlihat dengan jelas di sekitar kulit yang robek dan terbakar. sisa tangan nya menyemburkan banyak darah dan pakaian asti basah kuyup dengan darah. wajah awalina, audy ,ratu dan reza juga terkena darah, audy menyadari yang pertama tadi teriak adalah awalina

"ASTI!! ASTI !!!" teriak reza saat asti secara tiba-tiba terjatuh kelantai audy langsung bangun dari kursinya "audy kursi itu tidak akan mengigitmu. Duduk!" ucap dimitri dengan tegas, lalu dia tertawa "Regina. Apa asti masih bisa lanjut bermain?"

"kurasa dia terkena serangan jantung tuan!?" jawab regina tanpa belas kasihan saat dia mendekati asti yang mulai mengalami kejang-kejang di lantai, untuk memeriksanya. Dimitri juga memperhatikannya tanpa memperdulikan asti "jadi... bagaimana keadaan asti?"

" dia sudah mati...."


"sayang sekali. Padahal aku punya harapan tinggi untuknya, karna dia atlit nasional. Oh yang sudah terjadi, terjadi. Regina karna dia tidak bisa melanjutkan, singkirkan dia. Sekarang giliran siapa? Hm..." semua masih terkejut mendengar asti sudah mati, dua orang mengangkat asti dan membawanya keluar ruangan, darah masih mengalir keluar dari sisa tangan asti, mengotori lantai

Audy membersihkan wajahnya lagi dan menyingkirkan bagian-bagian dari asti yang menempel ke rambutnya. Audy meliht ke arah awalina yang duduk tepat di depan asti, awalina terlihat seperti keluar dari film horor yang sadis, wajah awalina tertutup darah dan rambut panjangnya basah. Awalina masih menangis, audy langsung membantunya meebersihkan matanya sambil membisikkan "shh.... gak papa lin... lo gak papa..." suara dimitri memotong audy

"kurasa audy dan reza masih harus belajar untuk duduk diam, karna itu kita biarkan mereka berdua duduk dulu dan sekarang giliran Ratu. Pilihan ada di tangan mu, apa kau lebih memilih yang kau ketahui atau yang tidak kau ketahui" ember besi itu di pindahkan ke depan ratu. Audy juga menyadari wajah ratu tidak terlalu kotor dengan darah. Ratu memperhatikan amplop dan embernya dengan tidak yakin

"setelah melihat atraksi kembang api itu...." ratu menggigit bibirnya dengan tidak yakin "hal terburuk yang akan terjadi itu beku karna es, kan?" dimitri pindah ke belakangnya dan meletakan kedua tangannya di pundak Ratu dan membisikan

"sayang. Itu merupakan hal terburuk yang mungkin terjadi. Enam puluh detik itu cukup lama..."

Audy melihat mata Ratu. Dan terkejut melihat ratu dengan ketakutan menatapnya balik, selama permainan ini ratu selalu terlihat berani dan tidak perduli. Audy mengira dia tidak akan terganggu dengan apapun yang terjadi. Tapi jika di ingat ratu selalu menghindari hal-hal yang terjadi, hal terburuk yang di dapat hanya luka tikaman di pahanya. Audy ingin tersenyum untuk menunjukan semuanya akan baik-baik saja, hingga audy sadar dari semua hal yang terjadi, tidak ada yang baik-baik saja dari semua ini dan audy tau itu, dia hanya akan membohongi dirinya sendiri

Tapi wajahnya. Wajah ratu benar-benar ketakutan dan sekarang ratu menetap ke arahnya membuat audy panik. Dan audy sangat ingin menarik mereka semua keluar dari rumah terkutuk ini, melindungi perempuan yang tadinya ingin membunuh mereka semua dan lari membawa uangnya dan ratu yang menikam audy di dada

Lucu sekali bagaimana hal, mudah berubah dalam situasi hidup dan mati. Audy membuka mulutnya untuk bicara "ratu aku-.."

"audy. Giliran mu sebentar lagi. Jadi tolong jangan tidak sabar ya..." potong dimitri dengan cepat sambil memegang erat pundak ratu "jadi bagai mana ratu? Apa pilihanmu?" ratu diam, matanya terus berpaling ke arah audy lalu ke ember yang terus mengeluarkan kabut dingin di depannya. "a-apa hal terburuk yang mungkin terjadi?" ratu tanya dimitri

"ohh... aku sebenarnya tidak tau. Ini pertama kalinya kita menggunakan nitrogen cair" dan dimitri mengatakannya dengan humor di setiap kata, membuat audy dan reza menatapnya dengan marah. Dimitri menengok ke arah regina "regina, apa kau tau jawabannya?"

"aku tidak tau tuan..." jawab regina sambil tersenyum licik ke arah ratu dan berkata "tapi bukankah kejutan itu selalu menyenangkan?" dan dimitri tertawa terhibur, lalu menengok ke arah ratu "tolong buat pilihanmu sekarang" mata ratu menoleh ke arah audy untuk sesaat lalu ke arah ember di depannya

"oh..g- gu-.... gak..." ratu tidak bisa mengatakan apapun

"sekarang ratu!" ucap dimitri dengan tegas

"OK!" teriak ratu secara tiba-tiba

Dimitri tersenyum puas dan menanyakan "nitrogen cair.....?"

Ratu mengangguk.

PILIHAN TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang