Audy memperhatikan amplop di depannya dengan gugup
Berikutnya adalah giliran dia...
Tiba-tiba suara Teriakan yang membuat telinga mereka bergetar terdengar, suara teriakan tersedak yang penuh rasa sakit bergema di sekitar ruangan. ratu tidak bisa memalingkan pandangannya dari lantai, tidak berani melihat yang lain. audy menutup matanya dengan rapat, hatinya pecah berkeping-keping mendengar teriakan temannya. Mata reza terkunci ke arah dimitri, berharap tatapan bisa membunuh seseorang.
Dimitri duduk dengan tenang meminum dari cangkir tehnya, tidak memperdulikan suara teriakan dari ruang lain, audy dengan marah memikirkan perkataan dimitri 'apa tadi katanya? Dilakukan benar sakitnya sedikit? TAI. Dari suaranya lina lagi kesakitan' audy mengalihkan perhatiannya dengan berpikir
'empat orang mati. Gw hampir gak bisa gerak, reza memar-memar, ratu gak bisa pakek tangannya dan jangan lupa pahanya ada luka tikeman, paha lina sama matanya juga.... gimana kita bakal keluar dari sini? Kenapa gw bisa terlibat masalah beginian sih.... dan beberapa jam lalu gw masih bingung mikirin mau pakek baju apa. Celana yang gw pakek faforit gw lagi.... kalo gw berhasil keluar paling ni baju bakal gw bakar. Dan cincin faforit gw juga masih ada di jari gw.......... yang tergeletak mati di meja'
lalu audy mulai memikirkan ayahnya
'ayah.... semua ini buat ayah... dimitri bener, gw perlu menang. Gw perlu duitnya. Duit itu bakal bantu keluarga gw, mungkin juga bisa bayar sekolah ade-ade gw sekolah, ibu bisa rilex lagi..... tapi apa yang mesti gw lakuin? Apa yang bakal gw lakuin buat mencapai semua itu? Apa yang bakal gw lakuin buat selametin bapak gw? Bunuh orang? ENGGAK. Gw belum bunuh siapapun. Dimitri dan Regina yang udah ngelakuinnya. mereka yang nembak utami sama bagas kan? Dan dia bikin asti ngeledakin tangannya sendiri. Tapi asti.... dia nikem saddam'
Audy langsung menyesali pikirannya
'ENGGAK!!! Asti gak punya pilihan. Satu-satunya yang harus disalahin disini itu Dimitri'
Suara teriakan awalina terdengar lagi, suaranya lebih parah dari sebelumnya dan saat itu juga audy sangat ingin membunuh dimitri. Audy tiba-tiba merasakan tangan reza lagi di lututnya, audy menarik nafas terkejut 'HP GW!!!' reza membuka tangannya lagi. audy dengan sangat pelan mengambil mengeluarkan hp dari kantongnya, bersyukur hp dia tidak besar, dan memindahkannya ke tangan kanan, merasakan sakit dari jarinya yang sudah tidak ada. Audy melirik ke arah dimitri lalu menyamarkan gerakannya dengan berpura-pura menggerakan kursinya, ia berhasil meletakan hpnya di tangan reza
Seluruh tubuh reza langsung tegang, terkejut. Audy melirik ke arah Reza dengan tatapan serius, reza menutup tangannya. Hp terletak di antara tangan mereka berdua yang keringatan dan gemetaran, audy sangat gugup sedikit meremas tangan reza yang di balas oleh nya
"...audy?...." audy dengan kaget melihat ke arah dimitri yang ternyata sudah memanggilnya beberapa kali, dimitri tertawa dan berkata "oh... kau masih sadar... untuk sesaat kukira kau mati..." audy dengan kesal mengeram ke arahnya yang di potong dengan suara pintu tertutup. Semua mata tertuju ke arah pintu yang menuju ruang dimana regina membawa awalina
Regina berdiri di depannya
Dimitri tersenyum ke arahnya "sudah selesai?... jadi bagai mana?... apa semua berjalan dengan lancar?" tanya dimitri
Audy bisa merasakan amarah yang membara di dalamnya saat ia melihat awalina berdiri di belakang Regina dengan gemetaran. Kedua tangan awalina memegang kain ke wajahnya, terutama mata kanannya, kain yang di pegang awalina lama-kelamaan berubah menjadi merah. Awalina berjalan perlahan ke kursinya sambil menangis. Dimitri melihatnya berkata
"awalina sayang. Itu tadi tidak terlalu rumitkan? kenapa kau harus menangis..... regina itu seorang ahli" audy membantu awalina duduk dan mengusap pundaknya. Audy memeluk awalina dan membisikan "...shhh... lo gak papa kok.... kita gak papa... percaya sama gw... masih ada harapan buat kita... percaya sama gw..." audy merasa sangat sedih saat awalina mengatakan "...gak... enggak..."
Dimitri tertawa dan berkata "bagaimana pandangan mu dengan hanya satu mata awalina? Aku penasaran..." reza sangat marah
"TUTUP MULUT LO!!!! Apa masalah lo! LO PIKIR SEMUA INI LUCU. Lo pikir ini semua MENYENANGKAN BUAT KITA !!!! apa menurut lo nyiksa kita kayak gini seru? Kasih tau gw APA YANG LUCU DARI NYIKSA KITA SAMPE MATI!!!! Lo punya masalah MENTAL!!! LO ITU GILA!!!"
"reza.... apa kita harus bahas ini lagi? kupikir kalian sudah mengerti... kalian bermain untuk hiburan ku. Kalian bermain untuk menangkan uang ku. Seseorang membutuhkan kalian. Itu alasan kenapa kalian belum pergi dari ruangan ini. Audy berhasil keluar ruang ini dan dia tau dari pengalaman, keluar dari ruang ini hal yang lebih buruk akan terjadi pada mu. Diluar lebih buruk dri di dalam sini, tidak ada peraturan di luar sana, apapun bisa terjadi. Iyakan audy?"
Audy dengan penuh amarah menatap dimitri. Audy bisa merasakan mata awalina, reza dan ratu ke arahnya, dimitri menatapnya dengan sombong. Audy menggigit bibirnya menahan beberapa kata-kata yang tidak pantas dikatakan ke arah dimitri 'dia mau mancing gw buat ngomongin soal Damian... dan Lutfi' pikir audy. dimitri melanjukan perkataannya
"anakku, Damian. Menyerang dan mengancam mu dalam hal yang tidak bisa ku bayangkan, dan karna itu audy, aku ingin minta maaf. Bahkan aku tidak menginginkan hal seperti itu terjadi pada musuh terbesarku, apa lagi terjadi pada seorang perempuan seperti mu"
Reza dengan kesal mengarahkan perhatiannya dari audy kembali ke arah dimitri "APA YANG LO OMONGIN !?" dimitri tersenyum dengan kejam masih menatap audy
"kenapa tidak tanya 'teman' mu itu" reza menengok ke arah audy
"dy. Apa yang dia omongin?!" audy benar-benar hanya ingin melupakannya, karna itu audy menundukan kepalanya, tidak ingin melihat wajah mereka yang menginginkan jawaban. Tapi dimitri menikmati setiap detik, dimitri pun menjawab reza
"damian ternyata 'sangat menyukai' audy. dan memutuskan untuk menyerangnya secara 'sangat dekat' itu yang terjadi" ratu, awalina dan reza mengerti tiap kata yang dimaksud. Ratu mengejutkan mereka saat dia yang berteriak "APA!!! AUDY ITU BENER?!" audy tidak menjawab terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri
'berengsek!! Kenapa dia bilangnya begitu... tapi dia gak sebut apapun tentang lutfi, atau yang sebenernya damian mau itu awalina bukan gw. Tapi....'
Awalina sangat kawatir untuk temannya. Mereka memang sudah lama tidak bertemu tapi awalina masih menganggap audy sebagai teman dekatnya, sejak dulu audy selalu melindunginya dan sekarang awalina bisa membalas semuanya. Tapi perkataan dimitri benar-benar mengganggunya, apa yang dilakukan damian, cara bicara dimitri membuatnya berfikir hal terburuk yang mungkin terjadi. Suara dimitri memotong pemikiran nya
"tapi sudahlah dengan hal itu... ayo kita lanjutkan permainannya" dan perkataannya membuat mereka semua marah terutama awalina, dan awalina jarang marah, reza yang ingin meneriaki dimitri berhenti begitu ia merasakan audy mengenggam tangannya. Reza menengok ke arah audy yang sudah mengankat kepalanya, audy dalam sekejap melirik ke tangan mereka, reza kembali fokus ke alat yang masih di genggamnya.
Dimtiri melihat ke arah mereka satu persatu dan menanyakan
"sekarang giliran siapa?..."
Audy sekali lagi dengan gugup menengok ke amplop di depannya
res: Thm]rQ
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN TERAKHIR
HororWARNING : +14, berdarah, kata-kata tidak baik, kesalahan tulis (author gak bisa ngeja) Audy berlari sekuat tenaga menuju pintu besar yang menuju ke ruang tamu tempat mereka semua berkumpul sebelumnya, mengabaikan sakit di sisi kanannya yang masi...