CHAPTER 5 : HORROR

46 1 0
                                    

".... atau..." pisau lain yang lebih kecil tapi jauh lebih tajam di letakan di sebelahnya "...memotong jari telunjuk reza dengan paksa?"

"apa-?!" audy akhirnya bisa bicara saat reza menatap matanya "pilihan apaan itu? Gw gak bakal lakuin dua-duanya!" tiba-tiba audy merasakan besi dingin menyentuh lehernya dan ia langsung diam, sementara dimitri terus bicara

"audy... kau ingatkan apa yang terjadi pada lawan mu Utami?" audy menutup mulutnya rapat, mengingat utami hampir membuatnya menangis, mengingat ia terkapar di meja dengan lubang di kepalanya "kita harus membuang-buang peluru untuk mengeliminasi mu dengan alasan yang sia-sia jika kau tidak PILIH...! kau punya tiga puluh detik untuk memilih"

'sialan gw mesti ngapain sekarang?' pikir audy mulai panik

Awalina memberanikan diri bicara pada audy "audy gak papa. Tikem gw. Sakitnya Cuma sebentar kok" ucap awalina tepat di kuping nya dan di sisi lain reza hanya diam membuat pilihan ini makin susah

"tik.... tok...audy....." 

ucap Dimitri dengan main-main "buat pilihan mu sekarang atau...." pistol di lehernya bersuara. Audy menutup matanya rapat berusaha menghilangkan air mata yang berusaha keluar 'jangan nagis di! Jangan nagis! Bodoh. Bodoh!' hanya itu yang bisa dipikirnya

"PILIH !!!!" Damian yang teriak sekarang membuat audy kaget dan menatap nya. Ekspressi damian sangat senang melihat penderitaannya. dengan tangan gemetarannya audy mengambil pisau besarnya dan secara perlahan menghadap ke awalina yang terlihat takut tapi saat awalina melihat ke reza di samping audy dia sedikit lega.

"maap lina..." ucap audy "tapi gw gak bisa motong jari reza. gw gak bisa. gw gak-"

"gak papa dy..." potong awalina "lo milih hal yang bener" ucap awalina yang walaupun sangat takut, ia merasa lega audy tidak memlih pilihan yang lain. Awalina melihat pisau besar di tangan audy dan coba senyum padahal dia gemetaran " Cuma.. em.. tolong cepet ya..." Dimitri tersenyum dan mulai bicara

"kau lebih memilih menikam awalina di paha dengan pisau besar. Pilihan yang menarik audy. Kau mau menikam teman perempuan mu dari smp yang lebih muda dari mu dari pada potong jari Reza. laki-laki yang baru kau kenal di samping mu ini?" senyuman dimitri dan damian melebar. perkataannya membuat audy makin merasa buruk dan bersalah "kapan pun kau siap audy" dimitri melepas pistol dari audy

Awalina bergerak di kursinya dan mengarahkan paha kirinya ke arah audy. 'gw mesti ngapain, gw gak bisa nusuk di tengah nanti kena tulang, tapi terlalu ke samping pembuluh darahnya...' pikir audy mencoba mengarahkan pisaunya. Reza melihatnya langsung bicara 

"jangan di situ! Di situ ada pembuluh darah besar" audy malah makin tertekan

"DIEM ZA GW LAGI MIKIR!!!"

"langsung aja lo tusuk terus tarik yang cepet, langsung tutup lukanya pakek serb-" damian menjadi kesal mendengarnya "DIAM REZA !!!!"

Audy mengambil nafas dalam-dalam dan melihat tepat ke mata awalina untuk sesaat dan dengan cepat menancapkan pisaunya. Untuk sekejap audy terkejut betapa mudahnya pisau itu menancap ke kulit dan langsung di lepas dengan cepat. Begitu pisaunya di lepas darah keluar dengan cepat dan perlu beberapa detik untuk awalina baru merasakan sakitnya. Dan dia tidak teriak hanya mengengam pinggiran kursinya dengan sangat kencang tangannya pucat, dan menutup matanya dengan rapat. Audy masih kaget melihat darahnya mengalir.

"AUDY CEPET TUTUP LUKANYA!"

Teriakan reza menyadarkan audy yang langsung mengambil serbet dan menahan lukanya "lina lo tahan serbetnya biar darahnya berenti" lalu audy mengambil nafas lega "gw gak kenain arterinya"

"semuanya baik-baik saja?" semua kembali menengok ke arah dimitri yang terus bicara "huh.... Itu tadi tidak semenegangkan yang ku kira, iya kan? Ayo kita tingkatkan permainan kita, agar lebih seru. Bagas kau lebih pilih-"

"tunggu, kita gak sesuai urutan?!" tanya reza, bingung kenapa bukan dia yang di tanyakan dimitri hanya menjawab dengan tenang "tidak reza. Aku melewatkan mu untuk alasan yang bagus. Kau harus sabar. Bagas, kau lebih pilih memotong jari reza secara paksa...." bukan hanya bagas dan reza, tapi semua langsung kaget dimitri masih menanyakan itu

"atau jari audy?..."

"APAAN!!!!" Teriak audy. Diikuti dengan reza "pilihan macem apa itu!!!! Lo gak bisa nyuruh itu ke orang lain DASAR ORANG GILA!!!!!" dan hal itu membuat Dimitri makin marah "reza aku akan duduk diam jika aku jadi kau. Dan stop MENANTANG!!!" dimitri menengok ke semua kandidat "aku sudah memberi kalian kesempatan untuk pergi sebelum game dimulai tapi kalian sangat ingin main dan sekarang KALIAN AKAN MAIN!!!. Dan sekarang ini bukan giliran mu reza"

Semua kandidat memperhatikan audy lalu ke reza dan akhirnya ke bagas yang hanya bisa memerhatikan pisau bedah di depannya dengan ketakutan, setelah beberapa saat bagas bicara

"kenapa lo nyuruh gw pilih di antra mereka berdua?..... gw...gw g...gak bisa... gak bisa potong jari mereka!!!"

"bagas tiga puluh detik mu di mulai sekarang. Ku saran kan kau pilih dengan cepat" ucap dimitri kembali tenang dengan senyuman di wajahnya "di antara kedua orang ini salah satunya akan kehilangan jarinya. Siapa yang kau pilih?" bagas masih diam lalu senyuman dimitri membesar

"biar ku bantu kau memilih. Kau tau cita-cita reza itu untuk menjadi dokter bedah" semua diam. Bahkan reza yang sangat terkejut hanya bisa diam dan dimitri melanjutkan perkataannya "bagai mana dia akan jadi dokter bedah tanpa jari telunjuk. Menurutku itu merupakan cita-cita yang sangat bagus, iyakan bagas?. Reza sejak kecil bermimpi untuk membantu orang-orang" reza yang hanya diam tidak membantu bagas untuk memilih

'sialan... sialan... sialan... ini siksaan. Ini siksaan gw gak mau siapapun keilangan jarinya. Itu kenapa gw milih tikem paha awalina. Tapi kalo gw ke ilngan jari gw. Gw gak bakal bisa.....' audy berusaha keras untuk tidak menatap bagas. Akhirnya dia menengok dan bagas sedang memperhatikannya

'sialan'

"apa kau sudah membuat keputusanmua bagas?" tanya Dimitri. Bagas menunduk penuh dengan rasa bersalah dan dengan suara pelan menjawab

"...audy..."

_________PILIHAN_________

Author note :

cerita ini berdasarkan sebuah film lama. Lupa judulnya apa. Mungkin seharusnya note ini di depan tapi gw orangnya gak pedulian, semua karakter ini temen gw semua, gw itu orangnya terlalu males buat bikin original karakter jadi pakek temen-temen gw semua (maafin aku utami) kecuali damian dan dimitri mereka itu buatan (bahkan regina itu orang beneran yang pernah gw temuin). Dan ini pertama kalinya aku buat cerita bahasa indonesia jadi mungkin ada banyak kesalahan, sorry...

PILIHAN TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang