Reza dengan kaget melihat ke arah audy, awalina dan ratu yang menundukan kepala mereka, memikirkan orang yang sedang mengandalkan mereka. Reza dengan perlahan berkata
"....jadi.... kita semua disini karena....." reza tidak menyelesaikan perkataannya
Audy hanya bisa memikirkan ayahnya
Reza merasa bersalah "... sorry... gw gak tau... gw pikir Cuma gw... kalian disini juga... buat seseorang..." tidak ada yang mengatakan apapun, tapi pengertian yang jelas ada di antara mereka. Mereka semua disini untuk orang lain yang mereka cintai. Untuk audy orang itu adalah ayahnya, untuk sesaat semua tenang, hingga dimitri mengatakan
"reza. Kuharap kau mengerti point ku disini. Kau disini dengan kemauan mu sendiri karena kau ingin menang, tidak ada yang perlu di tambah-"
"gimana yang lain...." audy memotong perkataannya "asti. Bagas. Saddam. Utami!! Gimana yang lain!! Apa yang bakal terjadi sama orang yang ngandelin mereka!!!???" audy memikirkan mereka, bagaimana jika keluarga mereka sangat memerlukan uang, saddam perlu uangnya untuk pergi dan meninggalkan orangtuanya karna dia di aniyaya, tapi yang lain...
Dimitri dengan senyuman yang seharusnya terlihat baik dan ramah berkata dengan santai "mereka tidak akan menerima sumbanganku. Itu mudah di mengertikan?..." dimitri kembali duduk di kursinya dengan nyaman menghidari meja yang di saat ini sudah di penuhi darah. Dan saat itulah audy menyimpulkan
Pria ini gila
Dia benar-benar punya masalah mental. Benar-benar psikopat. Benar-benar tidak berbelas kasihan. Tapi..... mereka semua disini, mempertaruhkan nyawa mereka dan orang yang bergantung ke mereka di tangannya. Audy penasaran untuk siapa awalina, reza dan ratu bermain? Lutfi mengatakan dia bermain untuk pengobatan adiknya yang mengalami kecelakaan, dan dia menang. 'Itu berarti dimiri menepati janjinya kan...?' pikir audy. audy langsung memikirkan ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit, dia membayangkan ibunya yang tidak berhenti menangis, adik-adiknya yang sekarang selalu diam. Audy dengan kesal meremas taplak meja di depannya sudah tidak peduli dengan darah di depannya. 'Lutfi satu-satunya orang yang tau masalah kita... dan dia udah mati' pikir audy
'keluarga gw gak tau gw di sini..... tunggu! Keluarga gw!!!!'
Audy dengan tangan kanannya perlahan menyentuh kantung celana dan merasakan 'HP GW MASIH DI SINI!!!!' pikir audy dengan senang. 'KOK GW LUPA SIH!!! Goblok. Goblok' pikirnya mengingat pangilan tidak terjawab dari ibu dan adiknya. Audy langsung memikirkan cara untuk menghubungi mereka, lalu audy mengingat 'tapi menurut lutfi polisi itu tidak berguna.... tunggu gw kenal polisi dan gw masih punya nomornya buat emergensi' audy memikirkan pamannya yang seorang polisi. 'tapi gimana caranya gw hubungin dia tanpa ketawan' audy memperhatikan ruangan selain regina dan dimitri masih ada tiga bodyguard
"awalina!" suara dimitri memotong pemikiran audy "kurasa sekarang giliran mu" awalina menghela nafas ketakutan "apa kau lebih memilih ember atau amplop?" tanya dimitri dengan suaranya yang dingin dan kejam
Audy secara perlahan mengeser kakinya menyenggol reza. Reza merasakannya langsung menengok audy dengan bingung, audy dengan cepat mengarahkan matanya ke arah kantong kanannya, dan secara hati-hati menyentuh tombol home, membuat layarnya menyalah untuk beberapa detik. Wallpaper hijau loockscreen dapat terlihat redup lewat celanannya. Reza langsung terkejut memahami apa yang di maksud.
Tanpa menyebabkan perhatian reza menganguk dengan cepat dan kembali melihat ke arah dimitri yang masih memperhatikan awalina. Awalina terbata-bata bingung menjawab, dan mencoba memperlama pilihannya. Sangat perlahan reza memindahkan tangannya ke lutut audy yang terkejut dengan sentuhan kekulitnya (celana audy robek di lutut) lalu reza mengarahkan telapak tangannya ke atas meminta hpnya. Audy berfikir keras mecari cara memindahkan hpnya tanpa ketawan atau terlihat mencurigakan
Audy memindahkan tangan kanannya, tidak memperdulikan rasa sakit dari jarinya yang hilang, dengan sangat perlahan audy mengerakan tangannya ke kantong celannya 'sialan! Kenapa celana cewek itu ketat sih' pikir audy dengan kesal
Sebelum melakukan hal mustahil itu audy menangkap pandangan ratu, dengan lirikan cepat ke arah dimitri mulut ratu bergerak tanpa suara menanyakan "kalian ngapain?"
Audy ingin membalas tapi begitu dia melihat pandangan dimitri audy diam, menunggu saat yang tepat. Tangan reza berputar dan mengenggam lututnya dengan lembut, audy bingung harus menganggapnya sebagai dukungan atau ke tidak sabaran
"awalina...? apa pilihanmu....?"
Audy menahan misinya untuk mendengarkan, awalina gemetaran memperhatikan ember di depannya dengan matanya yang besar, airmata mengalir bebas di wajahnya. Audy hanya bisa melihat saat mata awalina terus berpaling ke amplop dan tangan ratu yang hitam. Dan audy sangat yakin tangan ratu sudah mati, disisi lain ratu tidak merasakan sakit, ratu bahkan tidak terlihat kawatir, audy bisa melihat ratu dapat menahan sakitnya.
Audy tidak yakin awalina bisa sekuat itu
"...a...aku...p-pilih amplop" ucap awalina secara perlahan, membuat dimitri tersenyum "sangat menarik... ok, ayo kita lihat apa yang kau dapat... ayo buka amplopnya awalina" awalina dengan tangannya gemetaran mengambil amplop dan berusaha membukanya. Audy dengan otomatis menyentuh pundak awlina dengan tangan kirinya, dan hal itu menenangkan awalina untuk membuka amplopnya. Awalina membalik amplopnya menjatuhkan sesuatu ke meja, awalina dengan kebingungan mengangkatnya melihat sesuatu yang hitam, setelah beberapa detik reza mengatakan "itu tutup mata ya?" audy pun menyadari "itu penutup satu mata yang biasa di pakek buat kostum bajak laut?" awalina melihat dimitri dengan tidak yakin "i-ini apa maksudnya?" dimitri melihatnya tersenyum lebar
"ooo... awalina kau dapat pilihan yang mudah" awalina menatap dimitri dangan penuh harapan, dan itu adalah kesalahan besar saat dimitri mengatakan
"kita akan mengambil satu matamu..."
Sebelum audy atau reza berteriak untuk menentang dimitri tapi ratu mengejutkan mereka dengan teriakannya "APA MAKSUD LO ITU MUDAH!!! ITU SALAHSATU YANG PALING BURUK!!!"
"diam ratu. Awalina sudah membuat pilihannya, dan saat sudah memilih kau tidak boleh menukarnya. Sekarang, ikuti aku awalina karna mengeluarkan matamu itu agak rumit dan aku sudah menyiapkan tempat yang steril"
Audy dengan cepat menentangnya "LO GAK BIS-"
Tapi suara lain memotong audy
Hp audy berdering
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN TERAKHIR
HorrorWARNING : +14, berdarah, kata-kata tidak baik, kesalahan tulis (author gak bisa ngeja) Audy berlari sekuat tenaga menuju pintu besar yang menuju ke ruang tamu tempat mereka semua berkumpul sebelumnya, mengabaikan sakit di sisi kanannya yang masi...