"apa kau baik-baik saja?" tanya Regina, dengan kawatir dan audy dengan bingung menatapnya karna dari suaranya Regina benar-benar kawatir.
"tidak" jawab audy, suaranya serak dan kecil
"apa yang di lakukan damian. Membuat mu seperti ini, jika aku boleh bertanya?" audy tau dari cara Regina menanyakannya, Regina benar-benar tertarik. Dan hal itu membuat audy sangat kesal. Audy tau Regina tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya. Atau apa yang damian katakan akan dia lakukan kepada temannya awalina. Mengingatnya membuat audy merasa lebih buruk
Audy tidak merespon, atau memperlihatkan bahwa dia mendengarkan Regina atau tidak. Mereka masih berjalan kearah ruang makan dengan pelan, tangannya masih di genggam erat Regina, tiba-tiba audy merasa sangat takut dan dia akan berbohong jika ia tidak mengakui dia sedikit berharap Damian membunuhnya hanya agar ia tidak kembali ke ruang makan itu.
"audy, aku sungguh ingin memohon maaf secara pribadi atas perlakuan Damian yang sangat tidak bisa di terima barusan tadi. Dia memang selalu punya masalah untuk mengendalikan diri di event ini. Biasanya kita bisa mengendalikannya agar hal ini tidak terjadi, tapi malam ini, dengan percobaan pelarian diri mu yang bodoh dan tidak berguna membuat dia melakukan hal ini. Tapi biasanya dia memilih perempuan yang lebih feminin seperti teman mu itu. Tapi sepertinya kau pengecualian"
Selama Regina bicara audy tidak mendengarkannya, terlalu kawatir apa yang terjadi pada yang lain. Dia benar-benar mengharapkan mereka semua baik-baik saja
"audy?" pangilan regina menangkap perhatian audy karna dari kedengarannya regina cemas. "tuan dimitri akan di informasikan dengan apa yang barusan terjadi. Dan aku ragu permainan ini akan berlanjut dengan cara yang sama setelah dia mendengar apa yang terjadi"
Sekali lagi audy diam, apa yang di maksud? Bagaimana game ini akan berubah? Tidak mungkin lebih buruk dari yang sudah terjadi kan?. Sebelum di sadarinya mereka sudah di depan pintu ruang makan. Regina meletakan tangannya di gagang pintu siap membukanya, sebelum Regina mendorong pintu itu ia meletakan tangan satunya lagi di pundak audy, sekali lagi menanyakan apa dia baik-baik saja. Lalu sebelum audy bisa melawan ia mengelap sesuatu dari pipi dan kening audy. Audy melihat merah di tangan regina, ia tidak menyadari ada bercak darah di wajahnya lalu Regina merapihkan kemeja nya.
Audy menundukan kepalanya dan membisikan "makasih" kaget dengan sikap Regina yang beberapa menit lalu bisa membunuh seseorang tanpa ragu, dan sekarang dia mengawatirkan penampilan audy, lalu membantunya terlihat rapih. Ya serapihnya audy dengan baju yang basah kuyup dengan darah dan robek di beberapa bagian
"tuan aku menemukannya" ucap Regina membuka pintu, audy di arahkan masuk dengan tangan di punggungnya. Audy melihat beberapa wajah dengan ekspresi yang berbeda-beda. Asti dan Awalina terlihat lega melihat Audy selamat. Ratu menatapnya tanpa ekspressi, wajah Reza campuran aneh antara lega dan kesal. Audy berfikir 'apa dia kesel gw ketangkep?'
Dimitri melihatnya dengan senang "ah, bagus sekali. Audy, kita baru saja membicarakan seberapa jauh kau bisa melarikan diri. Tentu saja kita bisa mendengarkan teriakan mu dari lorong, kau punya mulut yang kotor ya, jadi kita kira kau tidak terlalu jauh" ucap Dimitri dengan senang dan tertawa kecil. Lalu matanya melihat pakaian audy yang berantakan dan luka-luka kecil di tubuhnya, ekspresinya langsung berubah "dimana Damian?"
Dimitri dan Regina saling bertukar tatapan lalu menghela nafas, ternyata ia menegerti apa yang terjadi. "tolong, duduk Audy. Game nya akan berlanjut" ucap Dimitri pindah untuk berdiri di belakang audy
Audy duduk dengan perlahan dan hampir terjatuh jika tidak Awalina dan Reza bantu dia duduk, "makasih..." audy melihat kearah temannya. Lalu suara Dimitri tepat di kupingnya mengingatkan dia pada apa yang terjadi dengan Damian, berbisik
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN TERAKHIR
HorrorWARNING : +14, berdarah, kata-kata tidak baik, kesalahan tulis (author gak bisa ngeja) Audy berlari sekuat tenaga menuju pintu besar yang menuju ke ruang tamu tempat mereka semua berkumpul sebelumnya, mengabaikan sakit di sisi kanannya yang masi...