Hiiiii
* * * *
-Kylie POV-
"Okay, tunggu disana, aku akan menjemputmu"
"Thanks Li"
"Urwell"
Setelah menutup teleponnya, akupun menunggu Liam menjemputku di halte.
Ya, sekarang aku sudah menjalin hubungan dengan Liam selama kurang lebih satu minggu, dan selama itu juga hubunganku dengan Liam lebih baik dari sebelumnya.
Jika kalian bertanya apakah aku sudah benar benar mencintainya, jawabannya adalah, sebenarnya belum sepenuhnya, tapi aku sudah mulai nyaman dengannya. Tidak tau juga perasaan nyaman ini dalam hal apa karena memang sudah sejak pertama kali bertemu, aku sudah nyaman dengannya. Dan sekarang aku sudah mulai melupakan nya. Iya sudah sedikit melupakan Zayn.
"Kylie!" akupun mendengar Liam memanggilku.
Dengan segera aku mengambil tasku dan masuk kemobil bersama Liam.
"How's your day, babe?" tanya Liam setelah menjalankan mobilnya.
"Biasa saja. Tadi dosennya tidak masuk, jadi aku pulang lebih awal" jawabku.
"Oh okay. Sudah makan siang?" Tanyanya lagi.
"Belum" jawabku sambil mengerucutkan bibirku, Liam pun terkekeh pelan.
"Ayo kita makan" ajaknya.
"Ayo!!" seruku senang, Liam pun tersenyum lalu menjalankan mobilnya menuju restoran makan cepat saji yang berada disekitar sini.
- - - -
"Kau tunggu dikamarku duluan saja, aku ganti baju di kamar Sydney" ucapku sambil menggantungkan jaketku digantungan.
Lalu Liam pun masuk ke dalam kamarku, sedangkan aku mengganti bajuku dengan baju santaiku di kamar Sydney, adikku.
Setelah selesai dengan urusanku, akupun menyusul Liam ke kamarku yang berada dilantai atas.
Kulihat dia sedang menikmati putung rokoknya lagi di dalam kamarku. Erghh, aku sangat tidak menyukainya saat dia merokok. Itu sangat membahaykan dirinya. Sudah berkali-kali aku melarangnya tetapi tetap saja dia tidak mau mendengarku. Dia dengan Zayn tidak jauh berbeda, sama sama menyukai barang sialan itu sampai kecanduan. Bedanya Zayn lebih parah dari Liam. Uhm, oke lupakan tentang Zayn tadi.
"Liam" panggilku sambil melipat kedua tanganku didepan dada. Apakah senikmat itu sampai dia kecanduan?
"Ugh, maaf" lalu dia mematikan rokoknya dan membuangnya ketempat sampah.
"Aku sudah bilang jika itu berbahaya" dia pun berjalan mendekat kearahku.
"Maaf" dia memelukku dengan kepalaku yang berada di dadanya. Apakah aku terlalu pendek?
"Apakah kau masih sering memakainya?" tanyaku.
"Kadang, tapi tidak sering. Akan kucoba menghentikannya perlahan, Kyle" jawabnya.
"Fine" ucapku.
"Oke, hari ini kau mau apa?" tanyanya.
"Tidak tau, aku sedang malas keluar rumah" jawabku.
"Bagaimana dengan menonton film?" usulnya.
"Boleh" jawabku bersemangat dan Liam hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tunggu dulu, aku akan mengambil beberapa makanan" lalu akupun ke daput untuk mengambil beberapa makanan ringan, dua botol minuma soda dan air mineral.
Setelah itu aku kembali ke kamar dan menyusul Liam yang sedang duduk dikarpet dengan di kelilingi banyak bantal dan lampunya dimatikan.
"Whoaa, seperti sungguhan saja" ujarku sambil terkekeh lalu menaruh semua barang bawaanku disebuah meja kecil.
Liam pun ikut tertawa lalu menepuk tempat disebelanya menyuruhku untuk duduk ditempat itu.
"Kau ingin menonton apa?" tanyaku.
"Bagaimana jika horror?" usulnya.
"Tidak tidak" sergahku.
"Kenapa? Kau takut?" tanyanya sambil terkekeh pelan.
"Ngh, enggalah" ucapku sambil menggelengkan kepala.
"Terus?"
"Hanya bosan saja" ucapku sambil menyengir.
Sebenarnya sih aku memang takut menonton film horror, hehe.
"Alasan saja" ucapnya lalu mengambil tumpukkan koleksi kaset film-ku.
"Kenapa tidak ada yang bagus dari kolek--Whooa!! Kau sering menonton ini?" ucapannya terpotong saat melihat kaset film yang bertuliskan 'fifty shades of grey'.
Anjir, mati aku!!
Aku pun merebut kasetnya dan menyembunyikannya ke bawah bantal dengan wajah yang memerah karena malu. Liam malah menertawaiku, huh.
"Sumpah itu bukan punya aku ishh" aku membela diriku sendiri. Sebenarnya sih itu memang punyaku, tapi aku bersumpah kalau aku tidak sering memutarnya, palingan baru 3/4 kali hehe.
"Ternyata kau selama ini--hahahahaha astaga" akupun melemparkan bantal kearah Liam karena tidak juga berhenti menertawaiku.
"Itu tu anu, bukan punyaku" aku menekuk wajahku kesal.
"Jadi punya siapa?"
"Itu punyanya--Chesca! Iya waktu itu ketinggalan disini sampai sekarang belum diambil" ucapku.
"Iya iya, haha"
"Jadii.. Kita mau nonton apa?" tanya Liam.
"Gimana kalau 'The fault in our star'?" usulku.
"Astaga sudah berapa kali kau menonton itu, Kyle? Emangnya kau tidak bosan apa?" ucap Liam.
"Ishh bagus tau itu filmnya" ucapku.
"Dasar perempuan"
"Apa kau bilang??" tanyaku kesal, sebenarnya sih aku dengar dia bilang apa.
"Tidak" elaknya.
"Yaudah, gimana kalo ini?" tanyaku sambil menunjukkan kaset film bertuliskan 'Date Night' .
"Film apa itu?" tanya Liam.
"Kayaknya sih film komedi-action, kita liat aja nanti" jawabku.
"Oke oke" lalu Liam memutar filmnya ke dalam dvd player.
* * * *
Ada yang mau disaranin atau tanya nda? Wkwk siapa tau lupa jalan ceritanya lmao. Sini tanyain princess heheBtw itu manip di mulmed ak taw itu maksa:( I'm just trying ok? Sama itu film date night bagus loh wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE [ziam]//onhold
FanfictionKau tau, ini semua berawal dari tantangan si pirang bodoh itu! Mengapa dulu aku sangat mempercayainya? Apa mungkin karena aku saja yang terlalu bodoh? Cover by : @lukescrowns Dedicated for : @farahazzhr [Sebagian udh diedit, sebagian belum] Ps. FF i...