chapter 4

6.7K 555 0
                                    

prilly pov

"ibu harap kamu stop untuk lakuin itu prilly. itu bukan kewajiban kamu. orang tua kamu menitipkan kamu sepenuhnya sama ibu, dan kamu juga tau kan, kamu itu udah ibu anggap anak ibu sendiri" jelas bu mei lagi dan lagi.

"ibu salah! semenjak kejadian itu, ini udah jadi kewajiban prilly buk! ibu ga ada hak buat larang prilly, ini hidup prilly. peduli apa prilly sama pesan mama dan papa pada ibu?! apa mereka pernah selama ini perduli sama prilly?" aku udah ga tahan lagi.
selama ini aku udah berusaha diam nanggapin bu mei, guru biology disekolah ku serta orang kepercayaan mama papa.

"emang apa gunanya sih mereka buat kamu? mereka itu buat malu nama keluarga kamu saja prill"

aku tertawa hambar denger perkataan nya kali ini.

"buat malu keluarga? keluarga yang mana? mereka yang sebenarnya keluarga prilly!" sentakku mulai tak tahan.

"berapa sih yang udah di transfer papa sama mama ke ibu?"

Plak!!

oh tuhan terima kasih. kini aku semakin sadar tak ada yang bisa ku percaya. sebuah tamparan menghampiri pipiku, air mata yang tertahan sejak tadi semakin keluar dibuatnya.
sosok ibu yang selama ini udah aku anggap ibuku sendiri ternyata sama aja kayak mama.

kenapa? apa ia merasa bersalah kini menatapku seperti itu?

"pril.. prilly, ibu minta maaf. ibu ga-"

"makasih bu. permisi" ucapku terakhir kali sebelum langsung berlari keluar ruangannya.

air mataku terus saja keluar tanpa hentinya. muka ku yang udah jelek mungkin akan tambah jelek sekarang. isakkan ku terdengar di koridor yang sepi.
aku harus kesana sekarang, aku udah terlambat dan disana pasti mereka bisa menghibur ku.

saat aku berjalan dikoridor sekolah, mataku tak sengaja terpaku pada sesuatu dibalik pot bunga. sepertinya aku merasa tak asing dengan benda itu.

ini kan?
ah sudah ku duga. pasti akan menjadi koleksiku sendiri lagi. aku tersenyum perih menatap kotak digenggaman ku. ali mana mungkin mau menerimanya, walaupun aku mencoba memaksanya ini pasti akan selalu di buangnya. apa yang bisa aku lakukan selain tersenyum?
tapi besok akan ku coba lagi.

aku membawa kotak itu lalu pergi melangkah meninggal keluar sekolah ini.

sampai di depan gerbang, aku melihat ke kanan ke kiri. sudah sangat sepi.
aku melihat kembali kekotak di genggaman ku.

"padahal kali ini sangat penting" gumam ku kecil dan ternyata air mata ini menetes lagi.

"aku ga punya siapa-siapa lagi" ucapku tambah terisak.

"eh jelek"

itu seperti suara...

ah ga mungkin. hei prilly berhenti bodoh!
mana mungkin itu suara ali. segitu bermimpikah aku mengharapkan agar ali ada disini?
tapi kalo boleh jujur, aku sungguh membutuhkan ali saat ini. walaupun ia tak mengharapkan ku, tapi hanya melihat wajah kesal nya menatapku itu udah cukup menghiburku saat ini. selalu seperti itu.

tapi kayak nya ini bukan halusinasi aku deh. inikan bukan sinetron.
aku langsung berbalik memastikan. dan ternyata emang ali. ah seharusnya aku tak perlu dramatis seperti tadi. ini nyata.

tapi kenapa dia masih disekolah?

"kotak itu?" gumam nya yang masih bisa ku dengar. dia menatap kotak di genggamanku, yang tadi di buangnya, lagi.

Hello, UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang