Moon & Back

Abu-Abu

Terima kasih Tuhan karena telah menciptakannya dengan segala kesempuraan yang dimiliknya dimataku.

Tanpa terasa satu tahun sudah kulalui. Tanpa teman sebangku, tanpa teman bicara, tanpa sahabat. Kehidupan putih abu-abu-ku tampaknya memang akan menjadi abu-abu.

Aku baru saja selesai mengerjakan 50 soal Bahasa Indonesia. Aku sedang UKK [Ulangan Kenaikan Kelas]

Kak Rezka? Dia sudah selesai ujian.

Satu tahun menggagumi kak Rezka adalah hal yang menyenangkan. Jam olahraga kelasku dan kelasnya sama. Jadi kami selalu satu lapangan.

Kadang aku hanya bisa memuji kekuasaan Sang Pencipta karena telah menciptakan mahkluk sesempurna dia.

Tubuhnya sempurna dimataku. Tingginya ideal, badannya berisi tapi tidak gendut, panjang rambutnya selalu diatas telinga, alisnya tebal, hidungnya mancung, dan sepertinya jerawat-pun takut untuk hinggap di wajah bersihnya yang hitam manis itu.

Selama satu tahun bersekolah, aku lebih suka membawa bekal dari rumah, karena aku bisa memakannya di taman. Taman yang sama, yang biasa kak Rezka datangi untuk memakan bekalnya.

Mungkin hanya sekolahku yang ada tamannya. Maklum saja, sekolahku ini sekolah berwawasan lingkungan. Kami menjunjung tinggi hak alam.

Kak Rezka selalu duduk dikursi itu. Dengan tempat makan hijaunya, yang aku tau pasti bahwa isinya hanya roti tawar dengan coklat cerres diatasnya.
Dia selalu membawa bekal itu setiap hari.

Dia makan sambil memainkan handphone-nya.

Aku bisa tau ini karena aku duduk ditaman yang sama dengannya. Tentu saja aku memperhatikkannya. Namun aku membawa buku sebagai pengalih perhatian ketika kak Rezka memandangku balik.

Ah, gara-gara terlalu lama bercerita tentang kak Rezka aku baru menyadari bahwa ruangan ini sedang riuh. Teman-teman seruanganku tengah bersiap untuk pulang. Aku juga memasukkan peralatan tulisku lalu memasukkannya kedalam tas.

Terima kasih kak Rezka, berkat mu aku jadi tidak bosan menunggu waktu pulang.