"Kamu mau mampir kerumah?" Refleks aku menoleh padanya.
Mendapatkan aku tidak kunjung bersuara, dia kembali bertanya, "Kamu abis nangis?"
"Uh? Enggak kok." Jawabku gelagapan sambil menggosok mataku.
"Kamu itu nggak ada bakat buat bohong, jadi nggak usah bohong." Suaranya berubah dingin, "kenapa kamu nangis?"
"Aku tuh nggak nangis. Aku tuh cuma sedih. Trus karena sedih aku nangis." Nggak, aku nggak boleh kalah.
"Intinya kamu nangis kan? Kamu sedih kenapa?" Nada bicaranya masih dingin. Ah, tanganku jadi ikut-ikutan dingin.
"Kamu." Bodoh, kali ini aku merasa jadi orang paling bodoh.
"Kok aku?" Argh. Dasar nggak ngerti kode. Zbl.
"Kamu nggak mau nge-date sama aku. Aku pikir kamu suka sama aku, soalnya tadi pegang-pegang tangan aku trus bilang 'Let them know that I am your future' kamu tuh PHP tau nggak." Kampret. Aku keceplosan.
Aku berdoa agar dia tidak tertawa setelah mendengar ucapanku -yang kelewat frontal- barusan.
Alih-alih tertawa, dia malah tersenyum manis, "Aku nggak mau kita nge-date. Aku mau kita kirim-kirim surat,--"
"Kenapa harus pakai surat? Kan zaman udah canggih." Potongku, namun senyum dari wajahnya tak kunjung luntur.
"Komunikasi memang canggih, tapi aku hanya cowok kuno yang lebih suka pakai surat daripada bbm, line, whatsapp, atau yang lainnya." Dia mengeluarkan handphone berlogo apel dari saku celananya. Astaga, itu handphone impianku.
"Tapi aku nggak buta internet loh ya... Aku make hape kok, dan aku memanfaatkan fasilitas didalamnya." Jelasnya sebelum meletakkan iPhone nya di dashboard.
"Kamu tau? Surat punya something special yang buat aku lebih suka make itu buat komunikasi sama kamu." Suaranya menghangat, tak lagi dingin seperti tadi.
"Apa?" Tanyaku penasaran.
"Kertas yang dipakai buat surat-menyurat akan mengantarkan wangi dari orang yang mengirimnya."
"Cuma itu?"
"Ada lagi, kertas itu akan menjadi saksi bisu komunikasi yang kita rajut. Hanya kita, Tuhan, dan kertas itu yang tau apa yang kita tulis." Aku tergumam, dia punya sudut pandang yang berbeda dengan orang kebanyakan.
"Pena nya gimana? Dia nggak jadi saksi juga?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul dikepalaku.
Dia terlihat berpikir, ah jadi makin ganteng.
"Pena nya buta huruf, dan nggak bisa baca."
Lalu kami tergelak bersama. Astaga, tawanya bisa membuat aku menembus langit ketujuh.
***
"Makasih ya udah nganterin sampe rumah."
"Sama-sama. Nanti surat dari aku nyusul ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/79989921-288-k765101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon & Back
Spiritual[S E D A N G R E V I S I] Rezka telah membuat sebuah kesalahan fatal. Kesalahan tersebut membuat ia dan Lankey -gadis pujaannya sejak Sekolah Menengah tingkat akhir tidak bisa bersama. Naufal Wiratama Armandani, seorang pelajar di sekolah penerbang...