Hi hi hi 😃😃
Aku bawa visualnya Lankey sama Kamilia.
Cantik ya mereka? Iya mirip kaya aku wkwk
Suatu saat aku bakal kasi liat full face mereka. Tapi nanti.
Keep reading ya guys. Ilysm💓"Maaf, Pak Candra. Tapi Bu Hirda nya sedang keluar. Bapak ingin menitip pesan?"
"Dia keluar kemana?"
"Maaf, Pak. Tapi Bu Hirda tidak memberitahu kemana beliau pergi. Apakah Bapak ingin menitip pesan?"
"Tidak. Selama siang."
"Baik, Pak. Selam---" Tut tut tut.
Sungguh, aku benar-benar harus meng-isiulang stok rasa sabar jika diberi tugas disini.
Tugasnya hanya menerima telfon baik tamu hotel atau orang dari luar hotel, tapi kenapa mereka seperti tidak mengetahui tata krama menelfon?"Napa Tha?" Kamil tiba-tiba muncul dari balik dinding kubikel yang memisahkan aku dan dia.
Aku menghelas nafas lagi sebelum menjawab pertanyaannya.
"Biasa." Jawabku sekenanya. Terlalu lelah untuk menjelaskan lebih lanjut.
Tidak semua manusia bersikap baik dengan manusia lain. Mungkin mereka lupa bahwa tidak hanya mereka yang punya hati. Ada hati manusia lain yang harus dijaga juga.
"Gue juga nemu satu hari ini. Parah, masa komplen gara-gara dia nggak sarapan gratis di restoran gara-gara kesiangan. Padahal dia nggak nitip pesan buat dibangunin." Baiklah. Sesi curhat dimulai.
***
"Tha, ini Mas Fariz. Mas, ini Thatha tapi kamu panggil Lankey aja." Oh, ini toh yang namanya Fariz alias calon suaminya Kamil.
"Loh kok gitu?" Tanyanya dengan tatapan kok-Thatha-bisa-dipanggil-Lankey.
"Karena cuma aku yang boleh manggil dia Thatha. Iyakan Tha?" Kamil menggerlingkan matanya genit.
"Iya, Kamil." Balasku setengah kesal.
"Kamu hamil bae?" Bhaks. Aku nyaris tertawa. Ku rasa telinga Fariz harus dibersihkan.
But anyway, how sweet they are. Panggilan sayangnya pake bae segala.
"Eh? Kok? Bukan Mas. Thatha manggil aku Kamil. Dan cuma dia yang boleh manggil aku kaya gitu." Kamil gelagapan.
"Oh gitu..." Iya gitu.
"Makanya kamu jangan kelamaan di negeri orang. Jadi gak tau kan kalo aku punya sahabat nggak normal kaya Thatha." Kamil merenggut sebal sebelum melirik kearahku dengan cekikikan.
Pengen dicekik.
"Fine, yang waras diem." Jawabku yang langsung membuat dia menghentikan kikikannya.
"Fine. Gue juga diem. Eh menurut lo gimana nih calon gue?" Tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Masih gantengan Zayn Malik sih." Jawabku anteng.
"Ah elah lu. Bagusan lu pulang sono. Tuh, mobil hotel udah nunggu. Hus hus sana..." Usirnya dengan gaya usir cantik ala Syahrini.
Aku mencibir sebelum meninggalkan lobi hotel ini.
***
4:59 PM
Kenzi: makasi ya gue nya udh digantiin
Kenzi: kalau lu gamau gantiin gue tadi, mungkin gue udh dipecat
Kenzi: sekali lagi tq ya lankey. Ily
Lankey: iya masama :)) apasih yg enggak buat lu
Kenzi: apa yang enggak buat gue? Hmmm, cogan.
Lankey: gimana mau ngasi lu cogan kalo gue gaada? :))
Kenzi: sudah terlalu lama sendiri wkwk
Lankey: serah👊
Kenzi: fikz gue mau jalan dulu. Mayan cuci mata wkwk
"Mbak, udah selese mandi nya? Kamu dipanggil sama Papa tuh diruang tengah." Duh, tumben Papa pulang cepet. Pasti mau ngomongin perjodohan itu. Pasti.
Aku melempar benda tipis yang daritadi kupegang untuk berbalas pesan dengan Kenzi, teman kerjaku, ke tempat tidur.
Kami, sebagai karyawan hotel memang dianjurkan untuk saling berkomunikasi, biar loyal sama perusahaan. Kenzi termasuk teman chatting yang asik.
Aku keluar kamar dan melihat Mama tersenyum didepanku, lalu berkata, "cantik."
Aku dan Mama langsung ke ruang tengah, disana ada Papa yang sedang berbincang dengan seseorang yang kuprediksikan seumuran dengan Papa.
"Lankey, kesini." Aku menurut. Aku duduk disamping Papa.
"Ini Pak Halim." Aku mendongak memandang tamu Papa. Sementara Pak Halim melempar senyum.
Tiba-tiba Mama datang dan langsung duduk disampingku.
"Ini sudah 7 hari," aku menoleh ke arah Mama yang sibuk menatap Papa. "Sudah waktunya untuk memberikan jawaban."
Aku meremas jemari tangan, pertanda gugup. "Lankey.... Ummmm..."
"Sebelum kamu jawab, Om mau jelasin yang sebenarnya sama kamu." Orang yang bertitle sebagai calon mertua ku ini memotong kalimatku.
"Anak Om itu sebenarnya belum punya pekerjaan. Namun masa depannya sudah bisa dipastikan insyaAllah cerah." Aku mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Tahun ini dia baru masuk kelas tiga disekolahnya. Mulai tahun ini dia akan lebih banyak praktek.
Dia empat tahun lebih tua daripada kamu. Om nggak menikahkan kamu sama anak Om kok. Om sama Papa kamu setuju untuk menjodohkan kalian. Cuma tunangan. Om terlalu takut kalau anak Om single selamanya, Papa kamu juga gitu. Menurut kami, kalian itu cocok banget.""Papa kamu sama Om udah temenan lama banget, sejak SMA. Kalian cuma tunangan kok, belum ada status yang mengikat kalian secara sah. Kalau kamu merasa gak cocok, kamu bisa batalin pertunangan ini ditengah jalan. Om bakal menghargai apapun keputusan kamu."
Aku mengangguk samar mendengar penuturannya.
"Aku terima perjodohannya. Aku tau Papa sama Mama pasti ngasih yang terbaik buat aku." Jawabku mantap dengan senyum tipis.
Senyum mengembang dari semua orang yang berada diruangan ini, "Anak Om juga setuju dengan perjodohan ini."
"Minggu depan acara lamarannya akan dilaksanakan sesuai rencana kan Lim?" Papa angkat bicara. Pak Halim mengangguk antusias.
Well, aku disini sibuk sendiri dengan pemikiran bagaimana tuanganku itu? Apakah dia sangat-nggak-banget sampai-sampai orang tua nya takut kalau dia single selamanya?
Hey, look at yourself, Lankey. You think you are good enough?
Aku tergelak sendiri memikirkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon & Back
Spiritual[S E D A N G R E V I S I] Rezka telah membuat sebuah kesalahan fatal. Kesalahan tersebut membuat ia dan Lankey -gadis pujaannya sejak Sekolah Menengah tingkat akhir tidak bisa bersama. Naufal Wiratama Armandani, seorang pelajar di sekolah penerbang...