18. Hate

196 20 1
                                    


Hari ini, Julio hanya lebih banyak diam. Bahkan sejak tadi pagi ia tidak berbicara dengan Ewin dan David, membuat kedua teman nya itu bertanya-tanya tentang apa yang membuat Julio begini. Jika biasanya istirahat Julio berada dikantin dengan Renata ataupun Ewin dan David, kali ini tidak, ia memilih duduk di taman belakang Sekolah dengan tatapan kosong. Mungkin ketika orang melihat nya secara fisik, ia baik-baik saja, namun nyata nya tidak dengan hati nya.

"Aduh!" Pekik seseorang sehingga membuat cowok itu menoleh. Dilihat nya Tasya sudah berada diatas tanah dengan kaki yang berdarah karena goresan. Melihat hal itu, Julio langsung berdiri menghampiri gadis tersebut.

"Lo ngapain disini? Ngintip gue?" Tanya Julio setelah sudah berjongkok dihadapan cewek itu yang tentunya membuat jantung Tasya berdetak sepuluh kali lebih kencang. Tasya menggeleng cepat, "gue tadi disuruh ibu Tika buat nyari lo, ini udah masuk istirahat dan lo gak dikelas"

Julio menatap Tasya yang sudah menunduk, Tasya, gadis yang sekelas dengan nya ini, merupakan cinta pertama nya. Tidak ada yang tau tentang ini, pada waktu kelas sepuluh dulu, ia juga sekelas dengan Tasya. Aura Tasya yang anggun dan sedikit pemalu membuat dirinya terpesona, ia juga pernah menembak Tasya waktu kelas sepuluh namun sayang nya di tolak. Bahkan Renata sahabat nya tidak tau dengan semua itu. Butuh susah payah Julio mengubur perasaan nya pada Tasya namun mereka kembali dipertemukan dikelas yang sama, beberapa waktu terakhir ini dirinya juga dekat dengan Tasya pada beberapa insiden. Bahkan bayangan Tasya kadang suka melintas dipikiran nya.

"Sini gue anterin ke UKS dulu buat bersihin luka lo, Biar gak infeksi" ucap Julio sambil membantu Tasya berdiri. Sedangkan Tasya menatap Julio lalu berkata, "kita harus ke kelas, ibu Tika bisa nyariin kita"

Julio tidak memperdulikan namun ia hanya berkata, "gimana lo mau pergi ke kelas kalo kaki lo kayak gini"

Ada perasaan aneh yang muncul di diri Julio, jantung yang selalu berdetak normal, kini berdetak sepuluh kali lebih kencang, sama seperti disaat ia menyatakan perasaan nya pada Tasya waktu masih kelas sepuluh.


***


Renata menatap layar ponsel nya dengan kesal, pasal nya sudah dari dua jam yang lalu ia mengirim SMS dari Julio namun tidak ada balasan sama sekali. Padahal hari ini ia berencana akan pulang dengan cowok itu, karena Tiara akan pergi kerumah teman nya untuk mengerjakan tugas. Sekarang suasana diluar gedung Sekolah tampak ramai dengan siswa-siswi yang sibuk mencari transportasi untuk mereka pulang, Renata membuang nafas nya dengan kasar, ia paling benci menunggu.
Sudah hampir dua jam Renata menunggu, tidak ada taksi yang lewat dan juga tidak ada batang hidung Julio sampai sekarang, dipikiran Renata, mungkin Julio tidak membaca SMS Renata tadi. bahkan sekarang sudah tidak tampak lagi siswa-sisiwi yang berkeliaran disekitar Sekolah, yang pasti nya mereka sudah berada dirumah mereka. Lain dengan Renata yang kini sudah khawatir akibat langit yang tiba-tiba gelap, ya sekarang Renata seakan-akan menjadi penjaga Sekolah nya. Ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah hampir jam 04:00 sore dan dirinya masih lengkap dengan seragam nya. Satu tetes air berhasil jatuh tepat di tangan Renata, dan ia tau bahwa saat nya mencari tempat untuk berteduh.

***

Cowok itu melempar tas nya dengan asal, sudah hampir jam 05:00 sore kini dirinya baru sampai di rumah. Alasan nya ia sempat mengantar Tasya waktu pulang Sekolah tadi, bukan karena direncanakan tapi Julio memang bermaksud baik untuk mengantar Tasya karena kaki nya terluka. Kini ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar nya, otak nya berpikir keras, semuanya seperti di campur aduk, pikiran nya seperti di bagi-bagi ke berbagai perihal, ia lelah. Lelah dengan situasi yang sedang dihadapi nya sekarang, tentang Ayah nya yang asli, tentang jantung nya yang berdetak tidak normal ketika berada didekat Tasya.

Just Like You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang